Rabu, 01 September 2021

Jangan Mengeluh, Setiap Kesulitan Pasti Ada Kemudahan










“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

”(QS. al-Insyiroh: 5-6)


Ujian, Wujud Cinta Allah

Kita percaya bahwa Allah Swt adalah Dzat Maha Penyayang. Kita percaya bahwa apa pun yang datang kepada kita, meski pun yang datang itu dalam kemasan yang kelihatannya tidak mengenakkan, adalah pancaran atau perwujudan kasih sayang Allah Swt.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran,,yang datang dari Allah Swt itu selalu baik dan yang buruk itu dari kita sendiri. Semua yang datang dari Allah Swt adalah kasih sayang, termasuk bala’ (ujian) dalam bentuk musibah. Ujian menjadi pengingat ketika kita jauh dari Allah Swt. Dengan ujian, Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk berhenti, untuk berfikir, diberikan sesuatu yang menyebabkan kita betul-betul jeda dan tafakur, melakukan soul searching. Jika seseorang ‘lari’ ke arah yang salah, Allah Swt akan memaksanya berhenti, kadang dengan peringatan lemah lembut, namun juga kadang dengan keras. Kalau peringatan itu diabaikan dan kita terlanjur menabrak 'tembok', baru muncul kesadaran tentang kekeliruan tersebut.

Itu sebabnya Nabi bersabda; ”Jika Allah mencintai seseorang, maka dia akan mengujinya.”

Ada sebuah kisah yang berjudul "Ketika Allah Melempar Kita dengan Batu". Diceritakan, tentang seorang pekerja yang bekerja di sebuah proyek konstruksi berlantai banyak. Suatu ketika, ada panggilan masuk ke telepon selular temannya yang mengabarkan bahwa anak rekannya itu sedang sakit dan dia diminta segera pulang. Keluarganya terpaksa mengabarkan lewat si rekan karena telepon selularnya tidak aktif. Namun sayang, ketika itu si rekan berada dilantai tinggi, sedang si pekerja ada di bawah. Si rekan kebingungan karena terlalu jauh. Dipanggil-panggil, tak mendengar juga. Akhirnya muncul ide, ia mengambil uang logam di kantongnya, kemudian dijatuhkan dari atas dan mengenai kepala si pekerja. Rekannya terkejut. Tapi, karena yang jatuh menimpa kepalanya sebuah koin, lantas ia ambil tanpa menoleh ke atas. 

”Lumayan,” pikirnya. Kemudian pekerja itu melanjutkan pekerjaannya. Lemparan koin ini terjadi berulang-ulang sampai koin yang ada di kantong si rekan habis. Karena kehabisan koin, akhirnya si rekan mencari kerikil dan dilempar kepada si pekerja. Kerikil itu tepat mendarat di kepalanya. Ketika tahu yang menimpa dirinya itu kerikil, pekerja itu pun marah, dan menengok ke atas. Baru pada saat itu teriakan si rekan bisa didengar dan kabar bisa disampaikan.

Memang, ujian pun jika kita cermati, ujian dalam bentuk musibah sejatinya adalah buah manis kasih sayang Allah Swt. Lebih dari itu, yang datang dari Allah Swt juga sudah terukur kadarnya. Selain bersabar dalam mendapatkan cobaan dari Allah Swt, kita diajarkan untuk berdoa agar Allah Swt tidak menurunkan cobaan yang kita tidak kuat menanggungnya. Allah Swt tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita, kecuali kalau kita menjadikan kita sendiri yang tidak punya kemampuan untuk menanggungnya, yakni menolak untuk berlapang dada menerimanya dan menjadikannya bahan untuk introspeksi..


Bahkan apa yang kita pahami sebagai siksa kubur, siksa akhirat dalam bentuk neraka, itu semua wujud kasih sayang Allah Swt. Adzab dalam bahasa Arab berasal dari akar kata yang sama yang menghasilkan kata 'adzb (biasa diterjemahkan sebagai ”siksa”). Sesungguhnya, salah satu arti kata ini adalah "rasa manis". Apa yang disebut sebagai siksa kubur atau siksa akhirat itu sebetulnya kepanjangan dari apa yang dilakukan oleh Allah Swt di dunia ini. Sesungguhnya semua itu -apakah adzab di dunia, ataukah itu adzab di alam barzakh, ataukah itu azab di neraka- sebetulnya tidak lain dan tidak bukan adalah suatu upaya untuk menjadikan kita lebih bersih. Sehingga kita lebih dekat kepada Allah Swt, sampai pada satu titik dimana kita kembali menyatu dengan Allah Swt di surga-Nya.

Setiap kesulitan ada kemudahan


Jangan katakan kepada Allah kalau kita punya masalah, tapi katakan kepada masalah kalau kita punya Allah.

Kutipan di atas saya copas dari status Facebook salah satu teman saya. Setelah membaca status itu saya langsung me-like-Nya padahal baru beberapa detik muncul di laman Facebook. Karena menurut saya kata-kata di atas sangat luar biasa. Iya, di tengah banyak dinding-dinding Facebook digunakan sebagai luapan keluh kesah, kekesalan, dsb. Yang seolah-olah menunjukkan ketidakikhlasan kita dalam menerima segala takdir ketentuan Allah Swt, teman saya ini meng-update status dengan nilai optimis.

Status teman saya di atas sangat luar biasa menurut saya, dan status seperti itulah yang semestinya kita publish ke depan facebooker mania. Karena dengan membaca status yang luar biasa itu, teman kita yang membacanya mungkin akan tercerahkan walau boleh jadi sebelum membaca status kita itu dia sedang kegundahan. Kemudian biasanya status yang luar biasa di laman Facebook akan memunculkan komen-komen luar biasa lainya. Kalau begitu bukankah pahala akan mengalir kepada si peng-update status itu? Karena dia telah mencerahkan yang sedang gundah,memberi solusi yang sedang dirundung masalah.Jika ini yang terjadi, maka satu sisi fositif laman “muka buku” ini telah dirasakan, dan kita telah menanam satu kebajikan.

Jika sebalik-Nya yang kita lakukan, yakni meng-update status-status yang berisi keluhan, emosi, cacian dan lain sebagainya. Apakah itu tidak menimbulkan satu dosa bagi kita sendiri. Karena kita sangat dilarang berkeluh kesah akan masalah atau takdir yang kita jalani. Kemudian jika ada teman yang memberikan jempol manis-nya akan status yang berisi keluh kesah itu, apakah dia tidak dikatakan melakukan sebuah keburukan karena seolah teman kita itu merasa setuju dengan apa yang kita update(keluh kesah kita).Jika itu yang terjadi berarti kita telah menanam satu keburukan bagi diri sendiri bahkan orang lain.

Jujur saya sangat tidak suka ketika membaca status-status teman saya yang berisi keluh kesah, sumpah serapah, atau cacian atas apa yang sedang mereka rasakan saat meng-update status-status mereka tersebut. Apalagi kalau saya tau mereka adalah teman-teman saya yang sama-sama telah mengenyam pendidikan pesantren yang diajarkan bagaimana sebenarnya kita dalam menghadapi sebuah masalah. Yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah serta introspeksi diri. Mungkin jadi masalah itu datang sebagai teguran darinya atas apa yang telah kita lakukan sebelum-Nya atau masalah itu datang sebagai ujian untuk men-tes keimanan kita.

Ketika kita ditimpa sebuah permasalahan, berarti Allah mau kita lebih dewasa dalam menghadapi hidup ini. Ketika kita ditimpa musibah, berarti Allah ingin agar kita mendekat kepadanya. Ketika kita ditimpa kesusahan, berarti Allah telah menyediakan untuk kita kemudahan. Karena sesungguhnya dibalik permasalahan ada proses pendewasaan, dibalik musibah ada hikmah, dibalik kesusahan ada kemudahan.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(QS. al-Insyiroh: 5-6)

Ketika permasalahan datang menghampiri, jangan mengeluh di hadapan sang pencipta, jangan memberontak akan keputusannya apalagi mengatakan bahwa Allah tidak adil. Namun, mintalah agar kita diberi kesabaran serta ketegaran dalam menghadapinya, diberikan solusi yang terbaik bagi kita, dan selalu mengharap dia memberikan ganjaran pahala untuk kita.

Tanpa malam purnama takkan indah. Tanpa lapar nikmat makanan takkan terasa. Tanpa dahaga sejuknya dingin air takkan memberi banyak makna. Begitu juga kemenangan atau kemudahan takkan banyak memberi arti tanpa didahului rintangan masalah kesusahan. Setelah mendung terbitlah cerah.

Tak ada hidup tanpa masalah, karena masalah adalah sunnah-Nya. Yang kita perlukan hanya kebijakan dalam menyikapinya. Jika ketegaran yang kita bina, nikmat masalah akan terasa. Jika keluhan yang kita bina sengsara masalah akan selalu bertambah.

Masalah datang untuk kita hadapi, bukan untuk dicaci atau dimaki. Masalah adalah mediator dalam proses pendewasaan. Tanpa masalah kita takkan pernah dewasa. Tanpa masalah kita takkan menjadi orang yang luar biasa.”Jalan yang lurus dan mulus takkan pernah menghasilkan pengemudi yang hebat. Laut yang tenang takkan pernah menghasilkan pelaut yang tangguh. Langit yang cerah takkan pernah menghasilkan pilot yang handal.”

Di saat kita mencari solusi dalam suatu masalah, di saat itulah sebuah proses pendewasaan hidup akan dimulai. maka, berbahagialah mereka yang memiliki masalah dan mampu mengatasi masalah tersebut dengan brilian, yaitu dengan tetap selalu bersandar akan keputusan sang eksekutor yang maha adil setelah tawakal dilakukan. Mari bersama taklukkan masalah…!

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah