Rabu, 01 September 2021

Bagaimana menjadikan Umur kita Berkah?



Kita semua sudah tahu kisah Nabi Ibrahim dan upayanya untuk mempunyai anak. Umur Ibrahim As sudah mencapai delapan puluh tahunan. Isterinya pun, Siti Hajar, sudah tidak muda lagi. Bagi hampir semua orang, tak ada kesimpulan lain yang bisa ditarik kecuali bahwa Siti Hajar mandul. Tapi tidak bagi Ibrahim As. Karena keimanannya yang teguh kepada Allah Swt, dia tak kehilangan harapan untuk mempunyai anak, jika Allah mengizinkan. Maka, kita dapati dalam Al-Qur’an, Allah Swt. merekam doa Bapak Para Nabi itu:

”Ya Rabb, berilah aku (anak) yang (kelak) termasuk orang-orang yang salih
” (Ash-Shaaffat 37:100)

Maka Allah pun menggabulkan doa Nabi Ibrahim, sehingga lahirlah Nabi Isma’il, yang belakangan juga diikuti dengan Nabi Ishaq.

Jika kita pelajari berbagai ayat Al-Qur’an, kita dapati kemudian Ibahim berdoa lagi untuk anak keturunannya. Di dalam al-Qur’an terfirmankan:

”Dia berfirman: "Sesungguhnya aku menjadikan engkau pemimpin bagi seluruh manusia". Dia (Ibrahim) berkata:"Dan anak-keturunanku juga"” (Al-Baqarah 2: 124)

Kita lihat Nabi Ibrahim lebih dahulu berdoa agar anaknya menjadi orang yang saleh, sebelum mengharapkan mereka menjadi peminpin-pemimpin. Makna orang saleh (shalih) di sini adalah orang-orang yang selalu melakukan kebaikan dan menerapkan keadilan. Dari kata ini, dapat pula dibentuk kata "mushlih", yang berarti "orang yang melakukan perbaikan". Dan kerja perbaikan ini bersifat sosial, bukan sekadar kebaikan individual. 

Yakni berbuat baik agar kehidupan manusia di muka bumi selalu menjadi lebih baik. Jadi, lebih dari 'sekadar' berbuat baik, seorang yang saleh selalu bekerja keras untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat, untuk membuat perbedaan dalam kehidupan manusia. Inilah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan beramal saleh, yang penyebutannya tak pernah dipisahkan dengan keimanan. Nah, baru setelah itu, Ibrahim As berdoa agar anak-keturunannya menjadi pemimpin manusia.

Kalau kita analogikan dengan kehidupan kita sekarang, kita belajar bahwa mempunyai anak yang saleh haruslah menjadi cita-cita utama setiap orang. Yang lain-lain -kekuasaan, ketenaran, kekuatan ekonomi, yakni hal-hal yang terkait dengan kesuksesan- harus ditempatkan di bawah kesalehan. Yakni, agar seluruh unsur kesuksesan itu dipergunakan sepenuhnya untuk beramal saleh, berbuat sebanyak-banyaknya bagi kemaslahatan orang lain. 

Jika kita membaliknya, mengutamakan kesuksesan di atas kesalehan, maka -wal-’yadzu bil-Lah- jangan-jangan kesuksesan itu justru menjadi sukses yang pahit (bitter success), yang bukannya membawa kebahagiaan bagi pemiliknya, tapi justru mendatangkan kesengsaraan; atau bahkan sukses beracun (toxic success) yang membawa bencana bagi orang banyak. Memiliki kesalehan adalah satu-satunya jalan menuju pencapaian sukses yang bermakna (meaningful success), yang mendatangkan kebahagiaan bagi diri, maupun kemaslahatan bagi orang banyak.

Berkaitan dengan itu, Allah Swt berfirman:

”Harta dan anak-anak -yang sukses dan membanggakan- adalah perhiasan kehidupan dunia. Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh (baqiyat al-shalihat) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu, dan lebih baik untuk menjadikan harapan.” (Al-Kahfi 18: 46).

Dari sini, marilah kita bahas suatu masalah yang terkait dengan upaya menjadikan hidup kita dipenuhi dengan amal-amal saleh yang dapat menjadi sumber kemaslahatan bagi manusia, dan sumber kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Inilah masalah umur.

Istilah ”umur” berasal dari bahasa Arab ”’a-ma-ra”, artinya ”memakmurkan, atau membuat ramai”. Yakni ”mengisi, memenuhi”. Dalam Islam, secara mendasar dikatakan bahwa Allah memberikan umur -yakni masa antara kelahiran dan kematian kita- agar kita mengisinya dan memperbanyak amal-amal saleh kita:

”(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu (dan melihat) siapa yang paling baik amal-amalnya. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun” (Al-Mulk 67 : 2).

Dalam hubungan ini, Rasul Saaw bersabda:

”Jadikanlah dirimu orang sangat bakhil dengan umurmu, lebih bakhil dari caramu menggunakan dirham dan dinarmu.”

Dengan hadis ini, Rasul mengajar kepada kita agar kita tak menghambur-hamburkan umur kita untuk hal-hal yang kurang bermanfaat dan, sebaliknya, mengisinya dengan sebaik-baik amal saleh. Persis inilah yang diajarkan Sang Rasul kepada kita dalam nasihat beliau kepada Abu Dzar:

”Jauhilah olehmu tash-wif (anggapan bahwa waktu itu berlimpah). Engkau hidup pada harimu yang sekarang, bukan hidup pada waktu yang setelah itu. Andaikan ada waktu (zaman) nanti, seperti yang memang benar-benar akan kamu alami, engkau tidak akan menyesal dengan apa (waktu) yang kamu hilangkan pada hari ini.”

Dalam hubungan ini, Rasul Saaw. juga bersabda:

”Bagi orang mukmin, tidak henti-hentinya kesibukan (beramal saleh) datang kepadanya hingga maut menjemputnya.”

Kiranya ini sejalan dengan apa yang difirmankan Allah Swt:

”Dan jika kamu telah selesai (dengan suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Allahlah kamu berharap.”
(Al-Insyirah 94: 7-8).

Kiranya inilah yang diajarkan Rasul Saaw, teladan kita, lewat hidupnya yang secara keseluruhan dibaktikannya untuk selalu memperbaiki keadaan masyarakat, menghilankan kesulitan dan mendatangkan kebaikan bagi mereka, sebagaimana dipersaksikan oleh Allah dalam Al-Qur’an:

”Telah datang kepadamu seorang Rasul dari antaramu, terasa berat apa-apa yang menimpamu, selalu mengharapkan kebaikan bagimu, dan kepada orang-orang beriman selalu santun dan penuh kasih-sayang,” (At-Taubah 9:128)

Maka, marilah kita didik anak-anak kita untuk menjadi anak yang saleh, yang menjadikan hidupnya dipenuhi amal-amal saleh. Marilah juga kita mengisi sisa umur kita dengan amal-amal saleh agar Allah memberkahi hidup kita di dunia dan di akhirat, serta mengampuni dosa-dosa kita dan menganugerahkan kepada kita ”akhir yang baik” (husnul-khatimah), sesuai dengan ajaran Rasul Saaw:

”Barangsiapa yang berbuat baik pada sisa umurnya, ia tidak akan disiksa karena dosa-dosanya yang telah lalu. Akan tetapi siapa yang mengisi sisa umurnya itu dengan berbuat buruk, ia akan disiksa Allah dengan perbuatan-perbuatannya yang telah lalu, dan perbuatan-perbuatannya yang kemudian.”

Semoga Allah Swt. Selalu memberikan petunjuk dan pertolongan-Nya, agar kita selalu dapat mengisi umur dan kehidupan kita dengan amal-amal saleh. Amin


0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah