Tampilkan postingan dengan label Hadits Nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadits Nabi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 November 2024

Apa Makna Ipar Adalah Maut dalam Hadits?


Ada hadist bahwa Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa ipar adalah maut. UAS menyarankan agar iparnya pulang kampung ke rumah orang tuanya, agar iparnya menikah dengan laki-laki lain. 

Mengenai hadits tentang ipar adalah maut, berikut ini haditsnya yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

سنن الترمذي ١٠٩١: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَجَابِرٍ وَعَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَإِنَّمَا مَعْنَى كَرَاهِيَةِ الدُّخُولِ عَلَى النِّسَاءِ عَلَى نَحْوِ مَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ وَمَعْنَى قَوْلِهِ الْحَمْوُ يُقَالُ هُوَ أَخُو الزَّوْجِ كَأَنَّهُ كَرِهَ لَهُ أَنْ يَخْلُوَ بِهَا

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Abu Al Khair dari Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian menemui para wanita." 

Ada seorang Anshar bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda dengan saudara ipar?" 

Nabi Muhammad SAW menjawab, "Saudara ipar adalah kematian (maut)." (HR Imam Tirmidzi)

Abu Isa berkata bahwa hadits semakna diriwayatkan dari Umar, Jabir dan Amr bin Al Ash. Dia menambahkan bahwa hadits Uqbah bin Amir merupakan hadits hasan sahih. 

Maksud dibencinya menemui para wanita sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, "Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.

terbukti era modern ini kita sering menyepelekan pergaulan dengan non muhrim dan termasuk anggapan ipar adalah sodara jadi tak ada masalah justru dari sini muncul bibit bibit kemaksiatan. dari awalnya bergaul biasa, akrab timbul rasa suka sehingga terjadilah perselingkuhan atau perzinaan. itulah kenapa ipar malah lebih berbahaya daripada wanita non muhrim lainnya. Jika anda punya adik dari istri dan dia adalah perempuan maka hati-hatilah pintu godaan setan lebih besar daripada bergaul dengan wanita yang tidak ada ikatan sodara.

sumber (e-republika)

Senin, 11 Oktober 2021

Hadits Nabi : Amal Yang Pertama Kali Di Hisab

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh amal seorang hamba yang pertama kali dihisab di Hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik dia akan beruntung dan selamat; jika shalatnya tidak baik dia akan celaka dan merugi. Jika shalat fardhu yang dilaksanakan kurang sempurna, Rabb Azza Wazallah berfirman; ‘Lihatlah apakah hamba-Ku ini pernah melaksanakan shalat sunnah?’ Lalu Allah menyempurnakan  kekurangan yang ada pada shalat fardu dengan shalat sunah. Demikianlah seluruh amal, akan dihisab seperti itu.”

Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang itu melakukan sejuta kebaikan dalam amalan lainnya, misalkan membangun seribu masjid di muka bumi, namun ia sendiri tidak melaksanakan shalat, maka sia-sialah amal itu. Karena yang pertama dihitung adalag amal shalat.

Jumat, 01 Oktober 2021

Hadits Rasulullah SAW Tentang Bahaya Pujian




Pujian adalah sesuatu yang sering kita cari kita banggakan dan kita kenang, namun apakah bahaya dibalik pujian orang lain terhadap kita? simak bahasannya


 Dari Adi bin Artha, ia berkata, “Apabila salah seorang dari sahabat Nabi saw disucikan (dipuji-puji), ia berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau menghukumku karena apa yang mereka ucapkan, dan ampunilah aku atas apa yang mereka tidak tahu.” (Atsar ini Diriwayatkan Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, No 761, sanadnya sahih).

Pujian itu dapat membuat seseorang terpesona akan dirinya sendiri. Ia bisa merasa takjub dengan dirinya sendiri. Sehingga bisa membuat seseorang yang tadinya berjalan di jalan yang lurus, akhirnya tercebur dalam kubangan dosa akibat munculnya sifat riya.Sedangkan orang yang merasa takjub dengan dirinya sendiri, dan menghendaki atau menginginkan pujian orang lain, baik dalam hartanya, ilmunya, maupun amalannya, kelak akan dicampakkan dalam Jahannam.


Maka seseorang harus mewaspadai pujian dari orang lain. Jangan sampai ia terpedaya dengan pujian tersebut.Ketahuilah syaitan itu suka memuji manusia secara berlebihan. Sehingga ia menjadi takjub akan dirinya sendiri, dan memandang sebuah perkara yang buruk, baik di mata dia.Larangan pujian kepada manusia terterah dalam hadits Rasulullah saw yang ditulis oleh Imam Al-Bukhari, yang tidak diragukan lagi keshahihannya selama lebih dari seribu tahun sampai sekarang. haditsnya sebagai berikut;

Abdurrahman bin Abu Bakrah berkata’Seorang laki-laki memuji laki-laki lain di sisi Nabi saw.’ Beliau saw lantas bersabda; “Celakalah engkau, engkau telah memenggal leher temanmu, engkau telah memengal leher temanmu.” Beliau mengucapkannya berulang kali. “Apabila salah seorang di antara kalian terpaksa harus memuji temannya, hendaklah ia berkata, “Aku mengira si fulan demikian dan demikian, tetapi Allah yang Maha Mengetahui keadaannya. Aku tidak mensucikan seseorang di sisi Allah, aku mengira bahwa si fulan—jika dia mengetahuinya—itu begini dan begini.” (HR. Muslim, 7501).

Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya, dari Nabi saw, bahwasanya ada seorang laki-laki yang disebutkan keadaannya di di hadapan Rasulullah saw, lalu seorang laki-laki lain berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang setelah Rasulullah saw yang lebih utama daripada dirinya dalam hal begini dan begini.” Nabi saw bersabda, “Celakalah kamu, kamu telah memengal leher temanmu.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian terpaksa harus memuji temannya maka hendaklah ia berkata, ‘Saya mengetahui si fulan.’ Jika memang si fulan terlihat memiliki sifat demikian.’ Dan aku tidak menyucikan seorang pun di sisi Allah.” (HR. Muslim, No. 7502).


Dari Mujahid, dari Abu Ma’mar, ia berkata, “Seorang laki-laki berdiri sambil memuji salah seorang gubernur. Lalu Al-Miqdad menaburkan tanah kepada laki-laki tersebut seraya berkata, “Rasulullah saw memerintahkan kita untuk menaburkan tanah ke muka orang-orang yang gemar memuji.” (HR. Muslim, No. 7505).

Dari Haman bin Al-Harits, bahwa seorang laki-laki memuji Utsman (bin Affan), lalu Al-Miqdad mendekati laki-laki tersebut kemudian berlutut—karena dia seorang bertubuh besar—lalu Al-Miqdad menaburkan pasir ke wajah laki-laki itu. Utsman bertanya, “Apa urusanmu?” Al-Miqdad berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Apabila kalian melihat orang-orang yang gemar memuji, taburkanlah debu di wajah mereka.” (HR. Muslim, 7506).


PENDAPAT IMAM AN-NAWAWI

Imam An-Nawawi berkata, sabda Rasulullah saw; “Kalian telah memenggal leher temanmu.” Di dalam riwayat lain, “Kalian memtong punggung laki-laki itu.” Maksudnya, kalian telah membinasakannya.Ini adalah metafora yang menyerupakan pujian dengan memenggal leher yang merupakan tindakan pembunuhan, karena kedua-duanya sama dalam hal membinasakan.Akan tetapi kebinasaan orang yang dipuji adalah pada agamanya, namun bisa juga ia binasa dalam urusan dunia, karena kondisinya menjadi rancu disebabkan perasaan ujub (membanggakan diri).

Wallahu'alam

Kamis, 09 September 2021

Hadits Nabi : Golongan Yang Masuk Surga Tanpa Hisab Dan Azab






Mukadimah Hadits :


عَنْ حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ اْلأَسْلَمِـيِّ أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَـيَّ اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ


Dari Hushain bin Abdurrahman berkata:

"Ketika saya berada di dekat Sa'id bin Jubair, dia berkata: "Siapakah diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?"

Saya menjawab:
"Saya.”

Kemudian saya berkata:

"Adapun saya ketika itu tidak dalam keadaan sholat, tetapi terkena sengatan kalajengking."

Lalu ia bertanya:

"Lalu apa yang anda kerjakan?"

Saya menjawab:

"Saya minta diruqyah"

Ia bertanya lagi:

"Apa yang mendorong anda melakukan hal tersebut?"

Jawabku:

"Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya'bi kepada kami."

Ia bertanya lagi:

"Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya'bi kepada anda?"

Saya katakan:

"Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib:

'Tidak ada ruqyah kecuali karena 'ain atau terkena sengatan.'."

Sa'id pun berkata:

"Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, Beliau bersabda:

'Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allâh, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya:

"Itu adalah Musa dan kaumnya".

Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya:

"Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.".'

Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya,

'Siapakah gerangan mereka itu?'

Ada diantara mereka yang mengatakan:

'Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.'

Ada lagi yang mengatakan:

'Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allâh.'

dan menyebutkan yang lainnya.

Ketika Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda:

'Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di kay dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.'

Lalu Ukasyah bin Mihshon berdiri dan berkata:

'Mohonkanlah kepada Allâh, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!'

Beliau menjawab:

'Engkau termasuk mereka'

Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata:

'Mohonlah kepada Allâh, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!'

Beliau menjawab:

'Kamu sudah didahului Ukasyah.'."



TAKHRIJ HADIST

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.


BIOGRAFI SINGKAT RAWI DAN SAHABAT YANG TERDAPAT DALAM HADITS
Hushain bin Abdurrahman, beliau adalah As-Sulami Abu Hudzail Al-Kûfi, seorang yang tsiqah. Wafat pada tahun 136 H pada usia 93 tahun.
Sa'id bin Jubair, beliau adalah seorang imam yang faqih termasuk murid senior Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu. Periwayatannya dari Aisyah radhiyallâhu'anha dan Abu Musa adalah mursal, beliau seorang pemimpin Bani As'ad yang dibunuh oleh Al-Hajâj bin Yusuf ats-Tsaqafiy tahun 95 H dalam usia 50 tahun.
Asy-Sya'bi, beliau bernama Amir bin Surahil al-Hamadani, dilahirkan pada masa kekhalifahan Umar radhiyallâhu'anhu dan termasuk tabi'in terkenal dan ahli fiqih mereka, wafat tahun 103 H.
Buraaidah bin al-Hushaib, beliau adalah Ibnul Harits al-Aslamy, shahabat masyhur, wafat tahun 63 menurut pendapat Ibnu Sa'ad.
Ukasyah bin Mihshon radhiyallâhu'anhu, beliau berasal dari Bani As'ad bin Khuzaimah dan termasuk pendahulu dalam Islam. Beliau hijrah dan menyaksikan perang Badar dan perang-perang lainnya. Beliau mati syahid dalam perang Riddah dibunuh Thulaihah al-Asady tahun 12 H. Kemudian Thulaihah masuk Islam setelah itu, ikut berjihad melawan Persi pada hari Al-Qadisiyah bersama Sa'ad bin Abu Waqash dan mati syahid di Waqi'atûl Jasri'al-Mashurah.



KEDUDUKAN HADITS

Hadits ini menjelaskan beberapa hal, diantaranya :
Pentingnya beramal dengan dalil,
Penjelasan tidak semua Nabi punya pengikut, dan
Penjelasan mengenai golongan yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.



KETERANGAN HADITS

Beramal dengan dalil.

Hushain bin Abdurrahman terkena sengatan kalajengking, lalu meminta ruqyah dalam pengobatannya. Beliau lakukan hal itu bukan tanpa dalil. Beliau berdalil dengan hadits dari Buraidah bin al-Husaib

"Tidak ada ruqyah kecuali karena ain atau sengatan kalajengking".


Jumlah pengikut Nabi.

Sa'id mendengar hadits dari Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu, berisi keterangan diperlihatkan kepada Nabi beberapa umat. Beliau melihat seorang nabi beserta pengikutnya yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh. 

Seorang nabi beserta satu atau dua orang pengikutnya, dan seorang nabi yang tidak memiliki pengikut. Kemudian diperlihatkan kepada beliau sekelompok manusia yang banyak dan ternyata adalah umat Nabi Musa 'alaihissalam. Kemudian baru diperlihatkan umat Beliau sebanyak 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.

Hal ini menunjukkan kebenaran itu tidak dilihat dari banyaknya pengikut.


Golongan yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.


Mereka adalah umat Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam yang merealisasikan tauhid. Sebagaimana dalam riwayat Ibnu Fudhail:

"Dan akan masuk surga diantara mereka 70 ribu orang."

Demikian juga dalam hadits Abu Hurairah dalam shahihain:

"Wajah-wajah mereka bersinar seperti sinar bulan pada malam purnama".

Dalam hal yang sama Imam Ahmad rahimahullâh dan Baihaqi rahimahullâh meriwayatkan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu dengan lafadz:

"Maka saya minta tambah (kepada Rabbku), kemudian Allâh memberi saya tambahan setiap seribu orang itu membawa 70 ribu orang lagi".

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata mengomentari sanad hadits ini:

"Sanadnya jayyid (bagus)".

Mereka itu adalah orang-orang yang:


A. Tidak minta diruqyah.

Demikianlah yang ada dalam shahihain. Juga pada hadits Ibnu Mas'ud radhiyallâhu'anhu dalam musnad Imam Ahmad rahimahullâh. Sedangkan dalam riwayat Imam Muslim (وَلاَ يَرْقُوْنَ ) artinya yang tidak meruqyah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

"Ini merupakan lafadz tambahan dari prasangka rawi dan Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam tidak bersabda (وَلاَ يَرْقُوْنَ ) karena Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang ruqyah, lalu beliau menjawab:

“Barangsiapa diantara kalian mampu memberi manfaat kepada saudaranya, maka berilah padanya manfaat"

dan bersabda:

"Boleh menggunakan ruqyah selama tidak terjadi kesyirikan padanya."

Ditambah lagi dengan amalan Jibril 'alaihissalam yang meruqyah Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dan Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam meruqyah shahabat-shahabatnya. Beliaupun menjelaskan perbedaan antara orang yang meruqyah dengan orang yang meminta diruqyah:

"Mustarqi (orang yang meminta diruqyah) adalah orang yang minta diobati, dan hatinya sedikit berpaling kepada selain Allâh. Hal ini akan mengurangi nilai tawakkalnya kepada Allâh. Sedangkan arrâqi (orang yang meruqyah) adalah orang yang berbuat baik."

Beliau berkata pula:

"Dan yang dimaksud sifat golongan yang termasuk 70 ribu itu adalah tidak meruqyah karena kesempurnaan tawakkal mereka kepada Allâh dan tidak meminta kepada selain mereka untuk meruqyahnya serta tidak pula minta di kay." Demikian pula hal ini disampaikan Ibnul Qayyim.


B. Tidak Minta di kay (وَلاَ يَكْتَوُوْنَ)

Mereka tidak minta kepada orang lain untuk mengkay sebagaimana mereka tidak minta diruqyah. Mereka menerima qadha' dan menikmati musibah yang menimpa mereka.

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali Syaikh berkata:

"Sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam (لاَ يَكْتَوُوْنَ) lebih umum dari pada sekedar minta di kay atau melakukannya dengan kemauan mereka.

Sedangkan hukum kay sendiri dalam Islam tidak dilarang, sebagaimana dalam hadits yang shahih dari Jabir bin Abdullah:

Bahwa Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam mengutus seorang tabib kepada Ubay bin Ka'ab, lalu dia memotong uratnya dan meng-kay-nya.

Demikan juga di jelaskan dalam shahih Bukhari dari Anas radhiyallâhu'anhu :

Anas berkata, “Bahwasanya aku mengkay bisul yang ke arah dalam sedangkan Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam masih hidup.”

Dan dalam riwayat dari Tirmidzi dan yang lainnya dari Anas:

Sesungguhnya Nabi mengkay As'ad bin Zurarah karena sengatan kalajengking Juga dalam shahih Bukhari dari Ibnu Abbas secara marfu':

“Pengobatan itu dengan tiga cara yaitu dengan berbekam, minum madu dan kay dengan api dan saya melarang umatku dari kay. (Dalam riwayat yang lain: "Dan saya tidak menyukai kay").

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Hadits-hadits tentang kay itu mengandung 4 hal yaitu:
Perbuatan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Hal itu menunjukkan bolehnya melakukan kay.
Rasulullah tidak menyukainya. Hal itu tidak menunjukkan larangan.
Pujian bagi orang yang meninggalkan. Menunjukkan meninggalkan kay itu lebih utama dan lebih baik.
Larangan melakukan kay. Hal itu menunjukkan jalan pilihan dan makruhnya kay.


C. Tidak Melakukan Tathayyur

Mereka tidak merasa pesimis, tidak merasa bernasib sial atau buruk karena melihat burung atau binatang yang lainnya.


D.  Mereka Bertawakal Kepada Allâh


Disebutkan dalam hadits ini, perbuatan dan kebiasaan itu bercabang dari rasa tawakkal dan berlindung serta bersandar hanya kepada Allâh.

Hal tersebut merupakan puncak realisasi tauhid yang membuahkan kedudukan yang mulia berupa mahabbah (rasa cinta), raja' (pengharapan), khauf (takut) dan ridha kepada Allâh sebagai Rabb dan Ilah serta ridha dengan qadha'-Nya.

Ketahuilah makna hadits di atas tidak menunjukkan bahwa mereka tidak mencari sebab sama sekali. Karena mencari sebab (supaya sakitnya sembuh) termasuk fitrah dan sesuatu yang tidak terpisah darinya.

Allâh Ta'ala berfirman:

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allâh, maka Allâh akan cukupi segala kebutuhannya."
(Ath-thalaq: 3)

Mereka meninggalkan perkara-perkara (ikhtiyar) makruh walaupun mereka sangat butuh dengan cara bertawakkal kepada Allâh. Seperti kay dan ruqyah, mereka meninggalkan hal itu karena termasuk sebab yang makruh. Apalagi perkara yang haram.

Adapun mencari sebab yang bisa menyembuhkan penyakit dengan cara yang tidak dimakruhkan, maka tidak membuat cacat dalam tawakkal.

Dengan demikian kita tidaklah meninggalkan sebab-sebab yang disyari'atkan, sebagaimana dijelaskan dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiAllâhu’anhu secara marfu'.

”Tidaklah Allâh menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan obat untuknya, mengetahui obat itu orang yang mengetahuinya dan tidak tahu obat itu bagi orang yang tidak mengetahuinya.”


Dari Usamah bin Syarik dia berkata: Suatu ketika saya di sisi Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam , datanglah orang Badui dan mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami saling mengobati?"

Beliau menjawab: "Ya, wahai hamba-hamba Allâh saling mengobatilah, sesungguhnya Ta'ala tidaklah menimpakan sesuatu kecuali Dia telah meletakkan obat baginya, kecuali satu penyakit saja, yaitu pikun.”
(HR. Ahmad)

Berkata Ibnu Qoyyim rahimahullah: Hadits-hadits ini mengandung penetapan sebab dan akibat, dan sebagai pembatal perkataan orang yang mengingkarinya.

Perintah untuk saling mengobati tidak bertentangan dengan tawakkal. Sebagaimana menolak lapar dan haus, panas dan dingin dengan lawan-lawannya (misalnya lapar dengan makan). Itu semua tidak menentang tawakkal. Bahkan tidaklah sempurna hakikat tauhid kecuali dengan mencari sebab yang telah Allâh Ta'ala jadikan sebab dengan qadar dan syar'i. Orang yang menolak sebab itu malah membuat cacat tawakkalnya.

Hakikat tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allâh Ta’ala kepada perkara yang bermanfaat bagi hamba untuk diri dan dunianya. Maka bersandarnya hati itu harus diimbangi dengan mencari sebab. Kalau tidak berarti ia menolak hikmah dan syari'at. Maka seseorang hamba tidak boleh menjadikan kelemahannya sebagai tawakkal dan tidaklah tawakkal sebagai kelemahan.

Para ulama berselisih dalam masalah berobat, apakah termasuk mubah, lebih baik ditinggalkan atau mustahab atau wajib dilakukan? Yang masyhur menurut Imam Ahmad adalah pendapat pertama, yaitu mubah dengan dasar hadits ini dan yang semakna dengannya.

Sedangkan pendapat yang menyatakan lebih utama dilakukan adalah madzhab Syafi'i dan jumhur salaf dan khalaf serta al-Wazir Abul Midhfar, Demikian dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muslim. Sedangkan Madzhab Abu Hanifah menguatkan sampai mendekati wajib untuk berobat dan Madzhab Imam Malik menyatakan sama saja antara berobat dan meninggalkannya, sebagaimana disampaikan oleh Imam Malik: "Boleh berobat dan boleh juga meninggalkannya."

Dalam permasalahan ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Tidaklah wajib menurut jumhur para imam, sedangkan yang mewajibkan hanyalah sebagian kecil dari murid Imam Syafi'i dan Imam Ahmad.”


Kisah 'Ukasyah bin Mihshan 'Ukasyah

'Ukasyah bin Mihshan 'Ukasyah meminta kepada Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam supaya mendo'akannya masuk dalam golongan orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.

Lalu Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Engkau termasuk dari mereka." Sebagaimana dalam riwayat Bukhari beliau berdo'a: "Ya Allâh jadikanlah dia termasuk mereka."

Dari sini diambil sebagai dalil dibolehkan minta do'a kepada orang yang lebih utama. Kemudian temannya yang tidak disebutkan namanya meminta Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam mendo'akannya pula, tapi Rasullullah SalAllâhu ‘Alaihi Wassalam menjawab: "Engkau telah didahului 'Ukasyah."

Berkata Al-Qurthubi: "Bagi orang yang kedua keadaanya tidak seperti 'Ukasyah, oleh karena itu permintaannya tidak dikabulkan, jika dikabulkan tentu akan membuka pintu orang lain yang hadir untuk minta dido'akan dan perkara itu akan terus berlanjut. Dengan itu beliau menutup pintu tersebut dengan jawabannya yang singkat. Berkata Syaikh Abdirrahman bin Hasan Alu Syaikh: "Didalamnya terdapat penggunaan ungkapan sindiran oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dan keelokkan budi pekerti Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.”




FAIDAH-FAIDAH HADITS:


Beramal dengan berdasarkan dalil yang ada. Umat-umat telah ditampakkan kepada Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama nabinya. Kebenaran itu tidak dilihat pada banyaknya pengikut tetapi kualitasnya. Keistimewaan umat Islam dengan kualitas dan kuantitasnya. Diperbolehkan melakukan ruqyah karena terkena ain dan sengatan. Di dalam hadits terdapat penjelasan manhaj salaf. Hal ini dapat dipahami dari perkataan Sa'id bin Jubair: "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan hadits yang telah ia dengar." Dengan demikian jelaslah bahwa hadits yang pertama tidak bertentangan dengan hadits kedua. Tidak minta diruqyah (tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan) dan tidak melakukan tathayyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang benar. 

Sikap tawakkal kepada Allâh lah yang mendasari sikap tersebut Dalamnya ilmu para shahabat. Karena mereka mengetahui orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat dan kedudukan yang demikian kecuali dengan amalan. Gairah dan semangat para sahabat untuk berlomba-lomba mengerjakan amal kebaikan. Golongan yang masuk surga tanpa hisab dan adzab adalah yang tidak minta diruqyah, dikay dan tidak melakukan tathayyur serta bertawakkal kepada Rabb dengan sempurna. 


Sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam : "Kamu termasuk golongan mereka," adalah salah satu tanda kenabian beliau. Keutamaan 'Ukasyah Penggunaan kata sindiran: "Kamu sudah kedahuluan 'Ukasyah." Tidak berkata: "Kamu tidak pantas untuk dimasukkan ke golongan mereka." Keelokkan budi pekerti Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. 

 Disadur dari: Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid (hal 54-62) karya Syaikh Abdir Rohman bin Hasan Alu Syaikh. (Majalah as-Sunnah Edisi 03/Tahun VI)

Rabu, 08 September 2021

Hadits : "Berbudi pekertilah kamu seperti budi pekertinya Allah"

 "Takhallaqu bi akhlaqillah"

"Berbudi pekertilah kamu seperti budi pekertinya Allah Swt"

(Hadist)

Diri manusia sesungguhnya memiliki sifat Ilahiyah. Sifat Ilahiyah ini akan mendapatkan ruang untuk berkembang sekiranya kita mampu memperlakukannya dengan tepat. Uraian berikut ini akan mengupas 3 sifat Ilahiyah yaitu Allah SWT adalah Kebaikan Mutlak, Kebenaran Mutlak dan Keindahan Mutlak, serta bagaimana cara mengembangkannya.

Pertama, mencintai kebaikan. Di dalam Islam, sesuatu yang baik dikatakan sebagai "al-ma'ruf", dan hal-hal yang buruk dikatakan "al-munkar". Ma'ruf artinya hal-hal yang sudah diketahui dan sesuai dengan pengetahuan yang ada di dalam fitrah manusia. Sementara munkar adalah sesuatu yang disangkal oleh hati manusia. Lebih jelas, Rasulullah Saw menyampaikan perbedaaan antara ma'ruf dan munkar. Rasulullah mengatakan, "Kebaikan itu adalah sesuatu yang jika kita lakukan maka hati menjadi tenang. Sebaliknya, keburukan ialah sesuatu yang jika kita kerjakan maka hati menjadi gelisah." Dalam penjelasan yang lain, Rasulullah menyatakan bahwa kebaikan itu sesuatu yang jika kita lakukan, hati mau menerima dan keburukan itu sesuatu yang disangkal oleh hati manusia, sehingga jika dilakukan menyebabkan kegelisahan.

Dengan demikian, sebenarnya manusia mengetahui dan dapat membedakan kebaikan dan keburukan. Namun sayang, karena berbagai sebab, kita sering terlena untuk memenuhi hati kita dengan kebaikan. Padahal salah satu syarat kebahagiaan adalah ketika kita dekat kepada Allah Swt dan hal ini berarti kita setia kepada kebaikan.

Kedua, adalah cinta kebenaran (al-haq). Agar bahagia, syarat berikutnya adalah setia dengan kebenaran, karena Allah Swt itu adalah al-haq. Al-haq bermakna kebenaran yang tidak tercampur sama sekali dengan kesalahan. Maka jika kita ingin dekat dengan Allah Swt, hendaknya selalu berupaya menjadi orang yang obyektif. Obyektivitas akan muncul ketika kita mampu menaklukkan ego kita. Manusia sepintar apapun, secerdas apapun akalnya, jika ego masih berkuasa pada dirinya, ia tidak menjadi pintar, justru ia menjadi bodoh.

Ketiga, selalu mengapresiasi keindahan. Allah Swt itu indah dan menyukai keindahan. Dalam sebuah hadisy disebutkan, "Innallaha jamil yuhibbul jamal". Dalam bahasa yang lebih filosofis, Allah Swt adalah keindahan itu sendiri. Oleh karena itu hendaknya setiap manusia selalu memelihara hubungannya dengan keindahan. Keindahan yang paling dekat dengan Allah Swt itu adalah keindahan alam. Allah Swt mengatakan, "Aku tunjukkan kepada kalian tanda-tanda-Ku di alam semesta dan di dalam diri kalian". Di dalam Al-Quran, Allah Swt pun banyak menggunakan alam sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya.

Menurut Ibnu Arabi, alam itu sebetulnya 'saudara' manusia. Alam itu kadang disebut al-insan al-kabir (manusia dalam skala besar), sementara manusia itu disebut al-alam al-shaghir. Artinya, dalam makna lain, manusia itu alam semesta kecil dari segi ukurannya. Sementara alam itu 'manusia besar'. Allah Swt menciptakan alam semesta dan manusia dengan aturan-aturan yang sama persis.

Manusia sesungguhnya sangat dekat dengan alam semesta. Karena itu, jika terpisah dari keindahan alam, mereka akan merindukannya. Misalnya orang kota senang dengan pemandangan alam yang indah. Mereka merindukan pemandangan alam yang indah tersebut. Demikian juga orang desa. Orang desa pun yang lama di kota akan rindu pada keindahan alam. Ini menandakan bahwa fitrah manusia itu salah satunya adalah mencintai keindahan.

Karena Allah Swt menciptakan alam semesta sebagai 'saudara' manusia dalam keindahan, maka manusia harus mengapresiasi estetika tersebut. Makin dekat dengan hal-hal yang indah, maka kita akan semakin dekat dengan Allah Swt.

Jadi manusia itu diciptakan dengan fitrah mencintai kebaikan, mencintai kebenaran dan mencintai keindahan. Jika manusia tidak terpuasi fitrahnya, hatinya, ruhnya dengan ketiga hal tersebut, ia pasti tidak bisa mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan sejati akan datang jika manusia berupaya berbuat kebaikan, mencintai kebenaran dan senantiasa mencintai keindahan. Semakin keras kita mengupayakan ketiga syarat tersebut, maka semakin dekat dengan Allah Swt, sehingga semakin besar pula kemampuan kita untuk berbahagia. Wallahu a'lam bi ash-shawab 

 

Hadits Nabi Tentang 5 Zaman Yang Akan Dilalui Umat Islam Hingga Akhir Zaman



Rasulullah SAW bersabda :

"Telah berlaku zaman kenabian keatas kamu, maka berlakulahzaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allahmengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah zaman khalifah yangberjalan sepertimana zaman kenabian. Maka berlakulah zaman kenabianitu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya.Kemudian berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit. Berlakuzaman itu seperti yang Allah kehendaki. Kemudian Allahmengangkatnya juga, kemudian berlakulah zaman pemerintahan diktator(zaman penindasan dan penzaliman), dan berlakulah zaman itusebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula zamankhalifah yang berjalan diatas cara hidup zaman Kenabian"

 [H.R. ImamAhmad, Bazzar dan Attabrani dari Abu Huzaifah Al-Yamani]


Penjelasan Hadits :

 Sesungguhnya Allah mengatur alam ini dengan suatu pengaturan yang rapi dan tersusun. Penciptaan alam ini ada mulanya dan adaakhirnya dengan cara dan masa yang telah ditentukan-Nya. Kitasebagai makhluk hendaknya menyadari tentang hakikat ini, denganmerenung hikmah dan pengajaran disebaliknya agar dapat bertindaktepat sesuai dengan kehendak Allah.

Oleh karena itu senantiasa ada peringatan dari Rasulullah SAWuntuk umatnya agar menyadari di zaman apa dia berada dan bagaimanadia harus bertindak demi menyelamatkan Iman dan Islamnya.

Hadits diatas jelas menunjukkan bahwa Umat Rasulullah SAW akanmenempuh 4 zaman secara bergilir-gilir sebelum dunia kiamat yakni:

  1. Zaman Kenabian (Nubuwwah) dan rahmat
  2. Zaman Khulafaurrasyidin dan rahmat
  3. Zaman pemerintahan yang menggigit (kerajaan-kerajaanIslam)
  4. Zaman fitnah (kerusakan) dan kegelapan
  5. Zaman Khalifah atau Ummah kedua yang berjalan diatas cara hidupzaman kenabian yakni zaman pemerintahan Imam Mahdi dan NabiIsa.

Zaman Nubuwwah (Kenabian) dan Zaman Khulafaurrasyidin

Zaman ini adalah zaman pemerintahan di bawah Rasulullah dan zamanpemerintahan di bawah khalifah 4 (Sayyidina Abu Bakar as Siddiq,Sayyidina Umar al Faruq, Sayyidina Utsman bin Affan, dan SayyidinaAli). Dua zaman pertama ini mempunyai banyak kesamaan, dan dikenaljuga sebagai Zaman Ummah Pertama.

Iman umat Islam ketika itu sangat kukuh. Menyebut nama Allahsaja mampu menggetarkan hati mereka. Cinta dan takutnya kepadaAllah tergambar pada setiap perkataan dan perbuatan mereka. Secaraumum ciri-ciri zaman ummah pertama ini dapat diketahui sebagaiberikut :

  1. Ibadah mereka sangat banyak. Shalat, puasa, zikri dan wiridsusah ditandingi banyak dan khusyuknya.
  2. Ukhuwah dan kasih sayang sangat padu, setiap orang mencintaisaudaranya seperti mencintai saudara sendiri.
  3. Jihad dan mati syahid menjadi idaman dan cita-cita. Mereka akansangat merasa dukacita jika tidak diizinkan untuk pergi ke medanjihad.
  4. Akhlak menjadi perhiasan diri, mereka mampu berbuat baik kepadaorang yang berbuat jahat kepada mereka.
  5. Masyarakat dan negara Islam dapat dibangun sehingga layakdigelar sebagai negara yang aman makmur dan mendapat keampunanAllah.
  6. Tamaddun dan pembangunan rohani mencapai zaman puncaknya.
  7. Islam berhasil menaklukkan dua imperium besar dunia yang sedangberkuasa saat itu (kerajaan Romawi dan Persia) untuk kemudianmemayungi ¾ dunia.

Zaman Pemerintah Yang Mengigit

Zaman berlaku setelah khalifah 4 (Khulafaurrasyidin), danberakhir setelah jatuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun1924. Pada zaman ini pemerintahan Islam masih wujud, namun sangatsedikit pemimpin yang benar-benar berhasil. Di antara pemerintahyang benar-benar berhasil adalah:

  • Sultan Muhammad al Fateh, yang berhasil mewujudkan janjiRasulullah untuk merebut kota Konstantinopel (sekarangIstanbul).
  • Sultan Salahuddin al Ayyubi, yang berhasil menghentikan perangsalib (crusader)

Zaman Fitnah atau Zaman Kerusakan

Zaman ini diawali dengan jatuhnya kekhalifahan Islam terakhir,yaitu kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924. Zaman ini masihberlaku sampai dengan ke hari ini.

Zaman ini merupakan zaman kerusakan dan kegelapan. Pada zamanini umat Islam jatuh kedalam jurang kehinaan yang berkepanjangan,yang merupakan akibat dari kelalaian dan angkara murka yang terjadidi dunia Islam, sehingga Allah biarkan merka. Hal ini sesuai denganjanji Allah bahwa Allah hanya akan menjadi pembela kepadaorang-orang bertaqwa.

Ciri-ciri zaman fitnah ini adalah :

  1. Negara Islam satu persatu mulai jatuh dan dijajah oleh orangkafir.
  2. Akidah umat Islam pada saat itu sangat rapuh, ada diantaranyaIslam di waktu pagi dan kafir di waktu petang
  3. Ibadah sangat lemah, shalat, puasa dan membaca Al-Qur'an tidaklagi diamalkan secara bersungguh-sungguh atau bahkan diamalkan samasekali.
  4. Ukhuwah sesama Islam sangat lemah sehingga terjadi peperangandan pembunuhan sesama umat Islam.
  5. Orang kaya sangat kikir dan pelit, manakala orang miskin tidaksabar dan hasad dengki.
  6. Penyakit cinta dunia dan takut mati sangat tebal dan mewabahdalam hati umat Islam.
  7. Kriminalitas dan kemunkaran yang terjadi dalam masyarakat Islamhampir tidak ada bedanya dengan apa yang terjadi di kalanganmasyarakat yang bukan Islam.
  8. Akhlak umat Islam sangat lemah dengan berleluasanya hasaddengki, umpat mengumpat, tuduh menuduh, caci-mencaci dan salingmengkafirkan sesama umat Islam.
  9. Wanita-wanita Islam telah dicabut rasa malunya denganbertingkah laku tidak senonoh, menampakkan aurat di depan umum,menari dan menyanyi tanpa menjaga harga diri.
  10. Umat Islam terhina di seluruh aspek kehidupan. Politik,ekonomi, pendidikan, pengobatan, pertanian, dan lain-lain, sehinggaumat Islam terpaksa bergantung pada sistem kufur dan paham-paham(isme) buatan manusia.
  11. Sedikit demi sedikit cara hidup umat Islam telah mengikuti carahidup orang-orang Yahudi dan Nasrani.
  12. Terjadi gejala-gejala buruk dan keji di tengah-tengahmasyarakat Islam seperti narkoba, homoseks, lesbian, danlain-lain.

Namun kemunkaran yang sedang terjadi di zaman fitnah ini tidakmelemahkan keyakinan dan semangat perjuangan segolongan manusoayang tetap pendiriannya. Mereka bukan saja mampu mempertahankanidentitas Islam di kalangan mereka, bahkan mereka gigih berjuanguntuk memperbaiki masyarakat. Inilah golongan-golongan yang lemahtetapi mempunyai keimanan dan keyakinan yang kuat dan kukuh sertaperjuangan yang padu.

Rasulullah SAW bersabda :

"Senantiasa ada di kalangan umatku satu thoifah yang akanmenzahirkan kebenaran dan tidak dapat dibinasakan oleh orang-orangyang tidak suka disisi mereka sampailah hari kiamat"

Namun untuk menghidupkan suasana Islam di tengah-tengahkerusakan dan kegelapan zaman zaman fitnah ini bukanlah suatu kerjayang mudah. Thoifah-thoifah islamiyah ini senantiasa diuji danditentang dengan berbagai macam fitnah dan ancaman. Tepat sekalisabda Rasulullah yang mengatakan bahwa Islam akan kembaliasing.

Namun walaupun begitu, Islam akan kembali kuat dan memusnahkansegala bentuk kekufuran sebagaimana Rasulullah dulu berhasilmelakukannya yaitu dengan jalan berdakwah dan mendidik hatimanusia. Inilah langkah-langkah awal menuju zaman Imam Mahdi danNabi Isa yang merupakan peringkat zaman terakhir yang akan dialamiumat Islam sebelum hari kiamat, setelah sekian lama umat Islammengalami zaman fitnah.

Zaman Khalifah Akhir Zaman Atau Zaman Ummah Kedua

Zaman Khalifah kedua ini adalah zaman pemerintahan Imam Mahdidan Nabi Isa. Zaman ini diawali dengan munculnya Imam Mahdi,kemudian disusul munculnya nabi Isa a.s yang akan mengalahkanDajjal. Zaman ini berakhir ketika seluruh orang Islam di muka bumidiwafatkan, yang kemudian akan dilanjutkan dengan kiamat besar.

Di zaman ini Islam akan kembali lagi ke zaman kegemilangan dankeemasannya seperti di zaman Rasulullah dan Khulafaurrasyidin.Islam dapat menguasai dunia dan kembali menjadi penguasasejagat.
Rasulullah SAW bersabda :

"Sebelum hari kiamat datang pastilah Islam itu bangunkembali walaupun antara mulanya Islam bangun dan mulanya kiamathanya sekedar masa memerah susu. Zaman ini berlaku selama 40 tahundan barulah dunia ini akan dibinasakan (kiamat) olehAllah"

Kebangkitan Islam zaman ini akan sampai kepada puncaknya apabilaberpadunya ketinggian kerohanian umat Islam dengan kecanggihanteknologi di bawah dua pemimpin besar umat Islam yaitu Imam Mahdidan Nabi Isa.

Ciri-ciri zaman ini :

  1. Islam dapat mencapai keagungannya kembali seperti yang telahdicapai oleh Rasulullah SAW 14 abad yang lalu.
  2. Dunia seluruhnya akan kembali aman dan damai, keadilan akankembali ditengakkan setelah sekian lama dipenuhi dengan huru-haradan kezaliman.
  3. Hati orang-orang miskin dan kaya dipenuhi dengan sifat redhadan kanaah sehingga tidak seorangpun yang mau menerimasedekah.
  4. Harta-harta yaang melimpah ruah akan dibagi-bagikan dengan adildan merata.
  5. Umat Islam hidup dengan penuh kasih sayang dan cinta-mencintaisatu sama lain.
  6. Aqidah, ibadah dan seluruh aspek kehidupan masyarakat Islamberjalan sepenuhnya di atas landasan syari'at Nabi MuhammadSAW.
  7. Segala fitnah dan maksiat, riba, zina minuman keras danlain-lain kekufuran berhasil diperangi dan dimusnahkan.

Selasa, 07 September 2021

Siapakah itu al-Jassasah si mata-mata dajjal paling setia



al Jasassah konon adalah wanita pengikut dajjal paling setia, dia kemungkinan bangsa siluman, atau jin setan karena kadang bisa menjadi binatang melata untuk memata matai dunia akhir zaman ini dan melaporkannya kepada dajjal.

Siapakah al Jassasah?

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Fathimah binti Qais berkata,”Aku mendengar suara seruan dari muadzin Rasulullah saw untuk melaksanakan shalat maka aku pun berangkat ke masjid dan shalat bersama Rasulullah saw. Aku shalat di shaff para wanita dibelakang kaum laki-laki. Ketika shalat sudah selesai, Rasulullah saw duduk diatas mimbar sambil tersenyum beliau bersabda,”Demi Allah sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Dari yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasranai kini telah memeluk islam dan membaiatku.

Ia telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yang pernah aku katakan kepada kalian tentang al Masihaddajjal. Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak (badai) selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau ditengah laut didaerah tempat terbenamnya matahari, Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat yang terletak sangat dekat dengan kapal.

Setelah itu mereka masuk kedalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.

Mereka berkata,”Celaka, dari jenis apakah kamu ini.” Ia menjawab,”Saya adalah al jassasah. Mereka bertanya,”Apakah al jassasah itu? (tanpa menjawab) ia berkata,”Wahai orang-orang pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita dari kalian!”

Tamim ad Dari berkata,”Katika ia telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi.

Kami berkata,”Celaka, siapakah kamu ini?’ ia menjawab,”Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?’ Mereka menjawab,”Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya. Maka kami berkata,’Celaka, apakah kamu ini?’ ia menjawab,”Aku adalah al jassasah.’ (Tanpa menjawab) ia berkata,”Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang kalian bawa! Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan.”

Ia (laki-laki besar yang terikat itu) berkata,”Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon korma yang ada didaerah Baisan?” Kami berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?” Ia berkata,”Saya menanyakan pakah pohon-pohon korma itu berbuah?’ Kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Adapun pohon-pohon korma itu maka ia (sebentar lagi) hampir saja tidak akan berbuah lagi.’

Kemudian ia berkata lagi,”Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia.’ Mereka berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya? Ia bertanya,”Apakah ia tetap berair?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’adapun airnya, maka ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis.’

Kemudian ia berkata lagi,’Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.’ Mereka menjawab,’Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’ Ia bertanya,”Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?’ Kami menjawab,’benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu.’

Lalu ia berkata lagi,’Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi, apa sajakah yang sudah ia perbuat?’ Mereka menjawab,’Dia telah keluar dari Mekah menuju Madinah.’ Lalu ia bertanya,’Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia bertanya,’Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?’ Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia (Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.’ Lalu ia berkata,’Apakah itu semua telah terjadi?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah al masihuddajal dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya terdapat malaikat yang menjaganya.

Ia (Fathimah, si perawi hadits) berkata,”Rasulullah saw bersabda sambil menghentakkan tongkatnya diatas mimbar,”Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?’ Orang-orang (para sahabat) menjawab,”Benar.’ Beliau saw berkata,’Saya tertarik dengan apa-apa yang dikatakan oleh Tamim ad Dari, karena ia bersesuaian dengan apa-apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Mekkah. Bukankah ia (tempat dajal) terletak di laut Syam atau laut Yaman? Dimana Rasulullah saw mengisayaratkan tangannya kearah timur. Ia (Fathimah) berkata,”Hal ini saya hafalkan dari Rasulullah saw.” (HR. Muslim)

Didalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah mengakhirkan shalat isya pada suatu malam kemudian beliau saw keluar dan bersaba,”Aku terhalangi oleh kisah yang diceriakan oleh Tamim ad Dari tentang seorang laki-laki di sebuah pulau di tengah laut. Dan ketika ada seorang wanita yang terurai rambutnya lalu ada yang bertanya,”Siapakah kamu?’ wanita itu menjawab,”Aku adalah al jassasah. Dan pergilah ke biara itu.’ Maka aku (Tamim ad Dari) pun pergi menemui seorang laki-laki yang terurai rambutnya dan terbelenggu oleh besi melompat-lompat antara langit dan bumi.’ Aku pun bertanya,’Siapakah kamu?’ dia menjawab,’Aku adalah dajjal. Apakah tekah diutus seorang nabi yang ummi?’ Aku menjawab,’benar.’ Dia berkata,’Apakah mereka menaatinya atau makasiat terhadapnya?’ aku menjawab,’bahkan mereka menaatinya.’ Dia berkata,’hal itu lebih baik bagi mereka.”

Didalam menjelaskan tentang al jasssasah ini, al ‘Alamah Abu Thayib Abadi mengatakan bahwa mereka (rombongan Tamim) bertemu dengan seekor binatang melata yang berambut sangat lebat lalu binatang itu ditanya,”Siapakah kamu?’ dia menjawab,”Aku adalah al jassasah.” Ada yang mengatakan bahwa untuk menggabungkan antara dia riwayat tersebut yaitu bahwa dajjal memiliki dua al jassasah. Yang pertama adalah seekor binatang sedangkan yang kedua adalah seorang wanita.

Ada kemungkinan juga bahwa al jassasah adalah setan yang kadang menyerupai seekor binatang melata dan kadang menyerupai seorang wanita. Dan setan memiliki kemampuan untuk merubah bentuk dalam bentuk apa saja yang dia inginkan.

Atau ada kemungkinan bahwa ia adalah seorang wanita, karena wanita juga dinamakan dengan binatang melata sebagai bentuk kiasan sebagaimana firman Allah swt :

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا

Artinya,”Dan tidak ada suatu binatang melata (makhluk Allah yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Huud : 6) – (Aunul Ma’bud juz XI hal 334 – 335)

Prilaku Tajassus Dalam Keseharian

Tentang al jassasah ini, Imam Nawawi mengatakan bahwa dinamakan al jassasah dikarenakan binatang itu ditugaskan untuk tajasssus atau memata-matai dan menyelidiki untuk mencari berbagai berita yang akan diberikan kepada dajjal. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 104)

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa al jassasah berada disuatu pulau ditengah laut memata-matai sambil mencari berita yang akan diberikan kepada dajjal.. sebagaimana disebutkan didalam hadits Tamim ad Dari, yang mengatakan,”Saya adalah al jassasah” yaitu binatang yang dilihat disuatu pulau ditengah laut. Dan dinamakan dengan nama itu dikarenakan biantang itu mencari berbagai berita untuk diberikan kepada dajjal. (Lisanul Arab juz VI hal 38)

Penuturan Imam Nawawi dan Ibnu Manzhur diatas adalah menurut arti bahasanya yang berarti memata-matai, mengintip atau menyelidiki. Sehingga orang yang senantiasa berusaha mencari-cari berita atau informasi disebut dengan al jaasuus. Al Jaasuus juga dipakai untuk orang yang senantiasa mencari-cari aib atau cacat orang lain, sebagaimana disebutkan didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah saw bersabda,”Janganlah kalian saling memata-matai…”

Dan mereka semua tidaklah bisa disebut dengan al jassasah dikarenakan dalil-dalil yang menceritakan tentang al jassasah tidaklah diperuntukkan bagi mereka, sebagaimana penjelasan diatas meskipun secara lahiriyahnya ada kesamaan prilaku antara keduanya yaitu sama-sama mencari berita.

Wallahu A’lam

Hadits Tentang Tingkatan Surga, Pintu-Pintu Surga Serta Adanya Rumah-Rumah Di Surga


Surga bukan harga ganti dari amal ibadah manusia, tetapi murni karena rahmat dan kemurahan Allah Tabaraka wa Ta'ala 
  
 "Amalan seorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke dalam surga", para shahabat bertanya:"Begitupula engkau wahai Rasulullah?", begitupula aku, kecuali Allah meliputiku dengan kemurahan dan rahmat dari-Nya". (HR Muslim) 
  
 Tetapi amal ibadah adalah penyebab masuk surga 
  
  Artinya: "Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak pernah terbetik di dalam hati manusia, bacalah jika kalian menghendakinya: "Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai ganjaran terhadap apa yang telah mereka kerjakan.  
  
  Pintu-Pintu Surga.  
  
  1. Ahli Puasa.  
  
  "Di dalam Surga ada delapan pintu, ada sebuah pintu yang bernama ar Rayyan, tidak ada seorangpun yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa". HR Bukhari Muslim. 
  
  2. Ahli Shalat, Jihad, Puasa dan Shadaqah. 
  
  "Barangsiapa yang menafkahkan dua barang di jalan Allah maka akan dipanggil dari pintu-pintu surga, wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Barangsiapa yang termasuk ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat, siapa yang termasuk ahli jihad maka ia akan dipanggil dari pintu jihad, siapa yang ahli puasa maka ia akan dipanggil dari pintu ar Rayyan dan siapa yang ahli shadaqah maka ia akan dipanggil dari pintu shadaqah". HR Bukhari dan Muslim  
  
  3. Berwudhu dengan sempurna kemudian membaca doa setelah berwudhu . 
  
  "Tidaklah seorang berwudhu lalu ia sempurnakan wudhunya kemudian ia mengucapkan: (Aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya) kecuali dibukakan untuknya pintu surga yang delapan, dia bisa memasukinya sekendaknya". HR Abu Daud dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Abi Daud, no: 169. 
  
  4. Wanita yang menjaga shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya 
  
  "Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka dikatakan kepadanya; masuklah surga dari pintu-pintunya yang engkau kehendaki". HR riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jami', no: 160.  
  
  5. Di tinggal mati oleh tiga anaknya yang belum baligh. 
  
  "Tiada seorang muslim yang meninggal dari anaknya tiga orang yang belum baligh kecuali mereka akan menemuinya dan ia akan masuk dari pintu surga yang delapan dari mana saja yang ia kehendaki". HR riwayat Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihut Targhib wat Tarhib, no: 1993.  
  
  Tingkatan Surga  
  
  1. Mujahid di jalan Allah Azza wa Jalla. 
  
  "Sesungguhnya di dalam surga ada seratus tingkatan yang telah Allah sediakan untuk para mujahid di jalan- Nya, setiap dua tingkatan jarak antara keduanya laksana antara langit dan bumi, jika kalian memohon kepada Allah maka mintalah surga Firdaus, sesungguhnya letaknya di tengah dan di tingkatan tertinggi dari surga dan di atasnya 'Arsynya Allah Yang Maha Luas Rahmatnya, darinyalah terpancar sungai-sungai surga". HR Bukhari. 
  
  2. Istighfar seorang anak untuk orangtuanya.  
  
  "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar akan mengangkat kedudukan untuk seorang hamba yang shalih di dalam surga, lalu ia bertanya; "Wahai Allah, bagaimanakah saya mendapatkan ini?", kemudian dijawab: "Karena istighfar anakmu untukmu". HR Ahmad . 
  
  1. Memperbanyak shalat sunnah 
  
  "Rabi'ah bin Ka'ab al Aslami radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku memohon kepadamu agar aku bisa menemanimu di surga?", Nabi menjawab: "Adakah permintaan lain?", aku berkata: "Itu saja permintaanku", nabi menjawab: "Kalau begitu, tolonglah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan kamu memperbanyak sujud (maksudnya shalat). HR Muslim 
  
  2. Mengurus anak yatim 
  
  "Aku dan orang yang mengurus anak yatim jaraknya di dalam surga seperti dua jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah". HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no: 800. 
  
  3. Mengurus dua anak perempuan sampai baligh 
  
  "Barangsiapa yang mengurus dua anak perempuan sampai baligh maka aku dan dia akan datang pada hari kiamat sepertia dua jari ini", kemudian beliau menunjukkan dua jarinya. HR Muslim. 
  
  4. Mengurus dua anak perempuan atau mengurus tiga atau dua saudara perempuan  
  
  "Barangsiapa yang mengurus dua atau tiga anak perempuan atau mengurus dua atau tiga saudara perempuan sampai mereka baligh atau sampai ia meninggal dunia, maka aku dan dia di surga seperti dua jari ini", sambil beliau menunjukkan jari tengah dan jari disampingnya". HR Ibnu HIbban dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no: 296.  
  
  Rumah di Surga 
  
  1. Untuk yang membaikkan perkataan, memberikan makanan, selalu berpuasa dan shalat malam. 
  
  "Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah kamar yang bagian luarnya terlihat dari dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari luarnya", lalu seorang Arab badui bangun dan bertanya: "Milik siapakah itu wahai Rasulullah?", beliau menjawab: "Bagi siapa yang membaikkan perkataan, memberikan makanan, selalu berpuasa dan melaksanakan shalat malam ketika manusia lagi tertidur". HR Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihut Tirmdzi, no: 1984.  
  
  2. Untuk yang membangun masjid. "Sesungguhnya Utsman bin Affan menginginkan perluasan masjid, tetapi orang-orang tidak menyukai akan hal itu dan mereka lebih mencintai masjid dibiarkan tetap apada semula, kemudian beliau berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah maka niscaya Allah akan bangunkan seperti itu untuknya di surga". HR Muslim 
  
  3. Menjenguk orang sakit atau menziarahi saudara .  
  
  "Jika seseorang mendatangi atau menziarahi saudaranya, maka Allah Azza wa Jalla berfirman: "Kamu telah berbuat baik, perjalananmu baik dan kamu telah mendapatkan kedudukan di dalam surga". HR Ahmad, Ibnu Majah dan Timidzi serta di shahihkan oleh Al Albani di dalam shahihut targhib wat tarhib, no: 2578. 
  
  4. Membangun masjid walaupun hanya sebesar sangkar burung ke ka mengerami telurnya. 
  
  "Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah seperti sangkar burung ketika mengerami telurnya atau yang lebih kecil dari itu, maka Allah membangun sebuah rumah di surga untuknya". HR Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jami', no: 6129. 
  
  5. Menjaga shalat rawatib. 
  
  "Barangsiapa yang selalu menjaga 12 raka'at maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga, 4 raka'at sebelum Zhuhur, 2 raka'at setelah Zhuhur, 2 raka'at setelah maghrib, 2 raka'at setelah Isya', 2 raka'at sebelum Shubuh". HR An Nasa-i dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no: 2374. 
  
  6. Meninggalkan pertengkaran meskipun di pihak yang benar, meninggalkan dusta walaupun bercanda, berakhlak baik. 
  
  "Aku bertanggung jawab dengan sebuah rumah di hamparan/tepian surga bagi siapa yang meninggalkan pertengkaran meskipun berada di pihak yang benar dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta meskipun dalam bercanda,serta sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa yang membaikkan akhlaknya". (HR Abu Daud) 
  
  sumber:kafemuslimah.com

Kamis, 02 September 2021

36 Hadits Pilihan Nabi Tentang Akhlaq









Kumpulan Hadits Pilihan Nabi Tentang Akhlaq




1. Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

2. Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud)

3. Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, “Ya Rasulullah, seorang wanita dari kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?” Nabi Saw menjawab, “Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata, “Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat.” (HR. Ath-Thabrani)

4. Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik (simpati) dan dengan akhlak yang baik. (HR. Abu Ya’la dan Al-Baihaqi)

5. Kebajikan itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)

6. Ya Rasulullah, terangkan tentang Islam dan aku tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang lain. Nabi Saw menjawab, “Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah lalu bersikaplah lurus (jujur)’.” (HR. Muslim)

7. Jauhilah segala yang haram niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Relalah dengan pembagian (rezeki) Allah kepadamu niscaya kamu menjadi orang paling kaya. Berperilakulah yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu termasuk orang mukmin. Cintailah orang lain pada hal-hal yang kamu cintai bagi dirimu sendiri niscaya kamu tergolong muslim, dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa itu mematikan hati. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

8. Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji ditepati. (HR. Ad-Dailami)

9. Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

10. Menghemat dalam nafkah separo pendapatan (belanja), dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separo akal, sedangkan bertanya dengan baik adalah separo ilmu. (HR. Ath-Thabrani)

11. Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

12. Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang muki-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, “Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang)”. (HR. Ahmad)

13. Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.(HR. Muslim)

14. Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai.”(HR. Muslim)

15. Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)

16. Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, “Hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini…begini.” Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza wajalla. (Mutafaq’alaih)

17. Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah. (HR. Abu Ya’la)

18. Berhati-hatilah terhadap buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka adalah ucapan yang paling bodoh. (HR. Bukhari)

19. Makar, tipu muslihat dan pengkhianatan menyeret pelakunya ke neraka. (HR. Abu Dawud)

20. Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)

21. Bila hilang budaya malumu lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki. (HR. Bukhari)

22. Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)

23. Sesungguhnya Allah tidak menyukai banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan terlalu banyak bertanya. (HR. Bukhari)

24. Semua (dosa) umatku akan diampuni kecuali orang yang berbuat (dosa) terang-terangan, yaitu yang melakukan perbuatan dosa pada malam hari lalu Allah menutup-nutupinya kemudian pada esok harinya dia bercerita kepada kawannya, “Tadi malam aku berbuat begini…begini…” Lalu dia membongkar rahasia yang telah ditutup-tutupi Allah ‘Azza wajalla. (Mutafaq’alaih)

25. Barangsiapa mengintai-ngintai (menyelidiki) keburukan saudaranya semuslim maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya. (HR. Ahmad)

26. Sesungguhnya bila kamu mengintai-intai keburukan orang maka kamu telah merusak mereka atau hampir merusak mereka. (HR. Ahmad)

27. Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa. (HR. Al Hakim)

28. Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” Nabi Saw lalu berkata, ” Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka.” (HR. Muslim)

29. Sesungguhnya Allah membenci orang yang selalu berwajah muram di hadapan kawan-kawannya. (HR. Ad-Dailami)

30. Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah ialah yang dijauhi manusia karena ditakuti kejahatannya. (Mutafaq’alaih)

31. Dua sifat tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu kikir (bakhil) dan akhlak yang buruk. (HR. Ahmad)

32. Akan tiba satu jaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan mereka hanya benda semata-mata. Kiblat mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah harta mas dan perak. Mereka adalah makhluk Allah yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan di sisi Allah. (HR. Ad-Dailami)

33. Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain. (HR. Ad-Dailami)

34. Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar (kejam dan keras), sombong, angkuh, bersuara keras di pasar-pasar (tempat umum) pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keledai, mengetahui urusan-urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan tidak mengetahui) urusan akhirat. (HR. Ahmad)

35. Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) tingkah-laku suatu kaum maka dia tergolong dari mereka. (HR. Abu Dawud)



36. Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas). (HR. Al Hakim)

sumber :

“1100 Hadits Terpilih”,

Dr. Muhammad Faiz Almath, Penerbit: Gema Insani Press, 1991

Rabu, 01 September 2021

Hadits Hadits Nabi Tentang Dajjal




قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.”
(HR. Thabrani 1672)

Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan bisa dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.

ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad 22215)



Menariknya lagi, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan bahwa kemunculan Dajjal untuk menebar fitnah dan kekacauan justeru bakal terjadi ketika kebanyakan manusia awam telah lalai dan tidak peduli akan Dajjal. Sedemikian rupa sehingga bila ada yang membicarakan soal Dajjal, maka mereka cenderung mentertawakannya dan menganggapnya sekedar sebagai mitos atau legenda. Demikian pula halnya dengan orang-orang pintar ketika itu. Malah para penceramah, Ustadz, da’i dan Imam di mimbar-mimbar tidak memandang perlu untuk mengangkat tema bahaya fitnah Dajjal.

لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ

“Dajjal tidak akan muncul sehingga sekalian manusia telah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para Imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad 16073)

Siapakah sebenarnya Dajjal? Dan apakah ia seorang manusia anak keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam, ataukah ia termasuk makhluk kalangan jin atau raksasa atau apa?

Saudaraku, ada sebuah hadist yang panjang dimana di dalam hadits tersebut terungkaplah bahwa Dajjal merupakan seorang lelaki dari kalangan manusia keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam. Namun ia merupakan makhluk yang diberikan Allah keistimewaan tidak seperti kebanyakan manusia pada umumnya. 

Dan di antara keistimewaan tersebut ialah bahwa ia telah hadir ke muka bumi kita ini sejak zaman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat. Artinya, umur Dajjal sampai saat ini telah mencapai belasan abad atau sekitar seribu empat ratusan tahun. Subhaanallah...

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَّرَ الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ ذَاتَ لَيْلَةٍ ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ نَّهُ حَبَسَنِي حَدِيثٌ كَانَ يُحَدِّثُنِيهِ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ نْ رَجُلٍ كَانَ فِي جَزِيرَةٍ مِنْ جَزَائِرِ الْبَحْرِ فَإِذَا أَنَا بِامْرَأَةٍ تَجُرُّ شَعْرَهَا قَالَ مَا أَنْتِ الَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ اذْهَبْ إِلَى ذَلِكَ الْقَصْرِ فَأَتَيْتُهُ إِذَا رَجُلٌ يَجُرُّ شَعْرَهُ مُسَلْسَلٌ فِي الْأَغْلَالِ نْزُو فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَقُلْتُ مَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الدَّجَّالُ خَرَجَ نَبِيُّ الْأُمِّيِّينَ بَعْدُ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَطَاعُوهُ أَمْ عَصَوْهُ قُلْتُ بَلْ أَطَاعُوهُ قَالَ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ

Fatimah binti Qais berkata, "Pada suatu malam pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengakhirkan shalat isya` yang akhir, lalu beliau keluar dan bersabda: "Sesungguhnya yang menghalangiku (untuk segera keluar) adalah kisah yang diceritakan Tamim Ad Dari kepadaku dari seorang laki-laki yang berada di sebuah pulau dari gugusan pulau-pulau. Tamim berkata, "Saat itu tiba-tiba ada seorang wanita yang berambut panjang." Tamim selanjutnya bertanya, "Siapa kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Jasasah. Pergilah kamu ke istana itu." Tamim berkata, "Aku pun mendatanginya, ternyata di sana ada seorang laki-laki berambut panjang yang terikat dengan sebuah rantai. Tingginya menjulang antara langit dan bumi. Aku lalu bertanya, "Siapa kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Dajjal. Apakah telah ada seorang Nabi buta huruf yang diutus?" Aku menjawab, "Ya." Ia kembali bertanya, "Apakah orang-orang mentaatinya atau mengingkarinya?" Aku menjawab, "Orang-orang mentaatinya." Ia berkata, "Itu yang lebih baik bagi mereka." (HR. Abu Dawud 3767)


Tamim Ad Dari adalah nama seorang pelaut Nasrani yang hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Ia telah mengadakan suatu pelayaran dimana ia sampai ke sebuah pulau kecil dari gugusan pulau-pulau kecil. Lalu setelah ia turun di pulau itu ia berjumpa dengan Dajjal yang dalam keadaan terikat dirantai. 

Dan karena begitu ketemu, Dajjal langsung menanyakan perihal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka itulah sebabnya Tamim segera berangkat ke Madinah begitu meninggalkan pulau tadi. Dan setelah Nabi Muhammad mebenarkan soal fakta yang telah dilihat oleh Tamim, maka Tamim langsung mengucapkan dua kalimat Syahadat alias masuk Islam. Alhamdulillah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal." (HR. Muslim 924)

sumber : eramuslim