Tampilkan postingan dengan label Pendidikan Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan Anak. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Januari 2022

Mirisnya Generasi Z, Generasi Yang Tersesat Oleh Teknologi

Surat Al-Mu’minun Ayat 115

 أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَٰكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ 

 Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

Dalam tafsir menurut depag, ayat diatas mengingatkan para pendurhaka terkait kelengahan mereka, Allah berfirman, 'maka apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu main-main, yakni tanpa tujuan yang jelas; dan apakah kamu juga mengira bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kamu' adalah keliru bila kamu me-ngira demikan. ' maka mahatinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain dia, tuhan yang memiliki 'arsy yang mulia.

Generasi Z Generasi Yang Lalai Akibat Teknologi



Mirisnya generasi Z atau biasa disebut sebagai generasi yang lahir tahun 2000 - 2020 generasi jaman ini biasanya lahir dijaman teknologi sudah terlalu canggih berbeda dengan generasi milenial yang hidup dijaman permainan tradisional dan juga peralihan teknologi jaman nokia jadul, handpone layar sentuh , kemudian jaman android serba canggih sekarang ini kita mengalami. 

Sehingga pola pikir tentu sangat berbeda, kita generasi milenial tentu masih beruntung hidup lahir oleh bapak ibu manusia dididik alam dan juga didik ayah ibu yang masih normal belum keracunan gadget seperti ibu ibu orang tua sosialitah jaman sekarang.

Jangankan saya joged joged ditengah jalan tanpa malu layaknya generasi tiktok atau generasi z jaman sekarang, install tiktok aja ga pernah. Meski pengguna tiktok makin rame makin hari makin populer tapi itu tidak akan menarik saya untuk ikut ikutan kedalam dunia gila tiktok, kenapa?

Saya pernah iseng buka tiktok, penasaran isinya apa? ternyata mayoritas wanita wanita tuna susila meskipun bukan lonte jalanan tapi mereka wanita tuna susila jual gambar seksi dirinya didunia maya sambil goyang goyang pantat dan buah dadanya ditonjol tonjolkan menggoda syahwat kaum ada, pantas saja aplikasi ini sangat banyak peminat isinya rupanya seperti itu. Tiktok adalah salah satu aplikasi perusak moral bangsa terburuk untuk saat ini, dibandingkan aplikasi lainnya. Bahkan lebih miris atas kerudung bawah gunung. Sambil joged joged, laki laki mana yang tidak tergoda menikmati kemolekan gratis ?? kecuali laki laki banci pasti tak suka. Panen dosa tanpa mereka sadari.

Apalagi generasi Z tentu mudah saja ikut ikutan aplikasi ini, yang penting ikut tren tidak tahu kalau tren itu merupakan ajakan menuju neraka. Generasi Z memang generasi yang lahir dari manusia tapi mereka besar dididik dan dibimbing teknologi jadilah generasi peradaban bodoh yang bisa nya cuma ikut ikutan tren teknologi umbar syahwat joged syahwat pakaian seksi sambil goyang dll. Apapun yang lagi trending ngehit akan meraka ikuti tanpa berpikir dua kali, itulah mirisnya Generasi Z, meski tidak semua generasi z ada juga generasi milenial yang berpikir demikian. Akan tetapi saya amati kebanyakan adalah mereka generasi Z yang lebih dekat kepada dunia gadget.

Apakah mereka tidak berpikir bahwa Allah menciptakan manusia  untuk main-main? semua akan ada pertanggung jawabnya kelak, cepat atau lambat. Seperti mukadimah ayat tadi, mengingatkan kita kaum muslimin yang masih taat, supaya menjauhkan keluarga kita dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.

Sadarlah kaum muslimin moral anak anak kita diujung tanduk, awasi handpone mereka jangan sampai handpone malah menjadi bumerang atau alat menuju kerusakan moral bukan sebagai alat pembelajaran.


Jumat, 10 September 2021

Dunia Pendidikan : Pilih Anak Menjadi Pintar Atau Anak Menjadi Bahagia ?



Setiap orang tua yang mendapatkan pertanyaan ini, cepat atau lambat akan menjawab: “Anak bahagia.” Tapi, apakah benar anak pintar tak mesti bahagia? Jawabannya, ya. Anak pintar belum tentu bahagia. Bahkan, anak pintar yang tidak memiliki karakter-karakter tertentu, bisa diduga pasti tidak bahagia. Ya, anak bahagia belum tentu pintar. Anak yang memiliki karakter-karakter tertentu, meski tidak pintar, disuga pasti bahagia. Karakter-karakter itu terkait dengan kemampuan menghasilkan emosi-emosi positif, yang biasa disebut dengan emotional intelligence (EI atau EQ).

Jangankan kebahagiaan, kesuksesan saja tak selalu ada hubungannya dengan kepintaran. Suatu penelitian di Harvard University, atas mahasiswa kedokteran, hukum, bisnis, dan keguruan menunjukkan bahwa kesuksesan tak ada hubungannya sama sekali dengan kepintaran -sebagimana diukur dengan IQ.

Daniel Goleman menemukan: “… Kecerdasan emosional kita menentukan potensi kita untuk belajar keterampilan praktis... Kompetensi emosional kita menunjukkan berapa banyak potensi kita yang telah diaplikasikan menjadi kemampuan yang bisa dipakai saat bekerja.” Clifton dan Rath percaya bahwa emosi positif merupakan kebutuhan penting sehari-hari untuk kelangsungan hidup, dan untuk hidup bahagia.

Tapi, jangan khawatir. Jika dibarengi dengan kepemilikan karakter-karakter tertentu, kepintaran membantu kebahagiaan. Orang pintar yang memiliki karakter-karakter tertentu itu masih punya peluang bahagia lebih besar dibanding yang kurang pintar.

Masalahnya, mendorong anak untuk pintar, dengan cara-cara yang tidak bijaksana (push parenting atau push teaching), bisa menyebabkan anak kehilangan peluang untuk memiliki karakter-karakter yang mendukung kebahagiaan. Kenapa? Karena cara-cara yang tidak bijaksana– menekan, menuntut secara berlebihan, membebani anak dengan kegiatan belajar sehingga merampas waktu luang mereka – demi mengejar kepintaran adalah bertentangan dengan cara-cara untuk mengembangkan karakter yang mendukung kebahagiaan.

Menurut Daniel Goleman lagi, karakter-karakter itu adalah :

     Self Control: Kemampuan untuk mengelola emosi dan impuls yang mengganggu, secara efektif.

     Trustworthiness: Kejujuran dan integritas.

     Conscientiousness: Keteguhan dan tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban.

     Adaptability: Fleksibilitas dalam menagani perubahan dan tantangan.

     Innovation: Keterbukaan terhadap ide-ide, pendekatan, dan informasi baru.

Sedangkan menurut psikologi positif (positive psychology), karakter-krakter itu adalah :

   Wisdom and Knowledge: Kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, cinta belajar, kejrnihan perspektif  (dalam melihat segala hal), inovasi.

      Courage: Keberanian, ketekunan, integritas, vitalitas.

      Humanity: Cinta, kebaikan, kecerdasan sosial.

      Justice: Kewarganegaraan, keadilan, kepemimpinan.

      Temperance: Rasa maaf dan kemurahan hati, kerendahan hati, kebijaksanaan, kontrol diri.

  Transcendence: Apresiasi terhadap keindahan dan keluhurn, rasa syukur, harapan, humor, spiritualitas.

Sayangnya, terkadang kita harus memilih antara mendorong anak untuk pintar dan mendorong anak untuk memiliki karakter-karakter yang dapat menentukan kebahagiaan mereka. Kita memang perlu waktu banyak untuk menanamkan karakter-karakter ini sampai ia menjadi habit. Lebih dari itu, proses ini membutuhkan penciptaan suasana yang nyaman dan menenteramkan. Bukan tekanan. Sudah pasti suasana seperti ini tak diperoleh dengan terburu-buru dan pemaksaan.   (Sampai di sini kita ingat beban kurikulum di sekolah-sekolah kita yang amat tidak proporsional, dan berbagai jenis penilaian/tes yang tidak tepat-guna)     

Tak kalah pentingnya, kita juga perlu memastikan self esteem (harga diri) anak agar terus terpelihara. Hak ini merupakan syarat utama, bahkan bagian dari tjuan pendidikan untuk menanamkan karakter-karakter ini. Studi dari  Dr. Elizabeth Hurlock menunjukkan pentingnya menerapkan psikologi positif – sebuah aliran psikologi yang percaya bahwa semua manusia berbakat baik dan bahagia -- di sekolah dan keluarga. Mengabaikan atau mengkritik siswa dapat menghambat pendidikan mereka. Emosi positif memungkinkan individu untuk belajar dan bekerja dengan kemampuan mereka yang maksimal.

Dr. Elizabeth Hurlock menyimpulkan hal ini dari studi yang pernah dilakukannya. Ini merupakan studi yang dilakukan terhadap siswa antara kelas empat sampai enam. Studi itu dilakukan untuk melihat bahwa pujian, kritik dan sikap tak acuh guru terhadap kerja siswa bisa berefek pada siswa itu. Untuk percobaan ini sekelompok siswa diminta menyelesaikan soal matematika tertentu dalam beberapa hari. Anak-anak yang mendapat nilai tinggi, dipanggil dan dipuji di depan kelas. Mereka yang dapat nilai buruk, secara terbuka dimarahi di depan kelas. Sedangkan mereka yang dapat nilai sangat buruk, diabaikan. Hasilnya, siswa yang dipuji meningkat dengan 71%, siswa yang dikritik meningkatkan kinerja mereka dengan 19% dan mereka yang diabaikan meningkat sebesar 5%.

Untuk membesarkan anak berkarakter, kita juga perlu memberikan ruang seluas-luasnya untuk mereka untuk berekspresi, dan membuat kesalahan-kesalahan serta belajar darinya. Juga untuk belajar apa yang dia senangi.  Dan untuk bermain-main serta bersosialisasi, agar dapat terus belajar keterampilan sosial. Kita juga perlu memberikan ruang seluas-luasnya bagi mereka untuk aktif dalam berorganisasi, untuk punya waktu cukup menjalani hobinya, untuk belajar agama dan spiritualitas, untuk dilibatkan dalam aktivitas-aktivitas menolong orang lain, dan untuk dibawa ke tempat orang-orang yang kurang beruntung agar punya rasa syukur dan untuk belajar seni serta mengapresiasi keindahan

Nah, untungnya, emosi positif dapat menular. Sehingga, memiliki orang tua, anggota keluarga, teman, guru, murid, atau siapa saja di dekatnya yang mengemvangkan emosi positif dapat membantu siswa untuk menjadi positif dan bekerja dengan kemampuan mereka yang terbaik. Sebaliknya, jika ada satu saja yang negatif, hal itu dapat merusak seluruh suasana positif dalam suatu lingkungan.

Kesimpulan yang lain, menurut Clifton dan Rath, 99 dari 100 orang lebih suka berada di sekitar orang positif. Mereka percaya bahwa mereka bekerja lebih produktif ketika mereka berada di sekitar orang positif. Memang, seberapa pintar seseorang, hanyalah orang yang memiliki emosi positif yang akan disukai dan dicintai oleh orang lain. Inilah modal utama untuk sukses di mana saja, sekaligus untuk hidup bahagia.

Maka, marilah kita ubah paradigma kita dalam mendidik anak, dan memfokuskan proses pendidikan kepada pemenuhan syarat-syarat untuk bahagia, ketimbang sekadar untuk pintar. Marilah kita menekankan proses pendidikan pada penanaman karakter-karakter positif anak. Mari juga menjadi orang tua yang selalu memfasilitasi suasana yang nyaman bagi anak-anak kita, selalu memelihara harga diri mereka, dan selalu member ruang seluas-luanya bagi anak-anak kita untuk mencoba dan salah. Hanya dari itu semualah, kreativitas bisa lahir. Dan hanya dengan kreativitas, kita bias unggul berharap banyak kebahagiaan hidup menanti anak-anak kita.

Karena, jika bukan kebahagiaan, apalagi yang dicari orang tua untuk anak-anaknya?

Rabu, 01 Maret 2017

Pendidikan Sekularisme Merusak Moral Bangsa Indonesia

Oleh : Hajjaria Hasanuddin 
Mahasiswi Polikteknik Negeri Ujung Pandang

Dunia pendidikan di indonesia memang sedang terpuruk apalagi pengaruh sekularisme ternyata juga menggerogoti pendidikan, sebagaimana kami kutip dari sebuah wacana “Pendidikan adalah bentengmu. Jika engkau menjaganya maka ia akan menjagamu. Jika engkau membiarkannya maka ia tidak akan mempedulikanmu.”Begitulah sejatinya pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Ia merupakan benteng utama untuk mengatur pola pemikiran yang akan mencerminkan sikap dari seseorang. Pendidikan bukanlah sekadar materi melainkan nutrisi bagi jiwa yang haus akan ilmu.

Namun pada hari ini, pendidikan bukan lagi nutrisi juga bukan sebagai benteng bagi sebagian orang, hal ini tampak jelas dari aksi premanisme kaum terdidik. Akhir-akhir ini marak terjadi seiring pemberitaan media informasi yang acapkali mengulas berbagai aksi kekerasan oleh siswa dari tingkat SMP, SMA hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT). Aksi pemalakan, tawuran hingga pembunuhan antarpelajar, menjadi bukti nyata bahwa wajah dari sistem pendidikaan terkhusus di Indonesia tidak lagi sebagai benteng dari anak bangsa. Ini menjadi pertanyaan besar untuk kita, apa yang terjadi dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia?Tidak hanya menjadi pertanyaan besar untuk Indonesia, juga menjadi PR besar untuk sistem pendidikan yang ada di Indonesia itu sendiri. Menurut Ketua Umum Yayasan Rancage, Ajip Rosisdi, “Sistem pendidikan Nasional di Indonesia masih mewarisi sistem kolonial. Perlu dilakukan perombakan total pada sistem pendidikan nasional, agar bisa membentuk watak anak yang mandiri dan kreatif…….” (26 Agustus 2001, gaulfresh.com).

Pernyataan Ajip Rosidi di atas tentang pendidikan Indonesia yang masih mewarisi sistem kolonial adalah tepat. Ciri khas dari sistem pendidikan kita yang merupakan sistem warisan penjajah ini, bisa dilihat dari ideologinya yang jelas-jelas bernapaskan sekularisme-materialisme. Sekularisme sebagai paham yang tidak menginginkan adanya keselarasan antarajaran agama dan kehidupan bermasyarakat (berupa pendidikan, ekonomi, dan sosial- kemasyarakatan), menjadi acuan sistem pendidikan kita. Sehingga tidak heran ketika sekularisasi di bidang pendidikan telah mampu menciptakan generasi-generasi yang sering dihujat masyarakat, karena kebiadaban dan kerusakan yang dibaktikan untuk negeri ini.
Sementara itu, sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan pribadi- pribadi mulia dan sekaligus mampu menguasai ilmu, pengetahuan dan teknologi secara bersamaan, sebaliknya hanya mampu menciptakan generasi-generasi yang mau memanfaatkan segala cara demi mendapatkan kekuasaan, yang selanjutnya digunakan untuk meraup pundi-pundi uang demi kepentingan pribadi.

Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan ini dimulai sejak adanya berbagai kebijakan dari dua departemen yang berbeda yakni, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama. Salah satu contohnya adalah program pertukaran pengajar yang dilakukan Kemenag Aceh yang menjalin kerja sama dengan pemerintah Inggris.Sebanyak 30 guru pendidikan agama Islam dari tingkat TK hingga SMA dari beberapa provinsi, mengikuti program pelatihan pengayaan teknik dan metode pengajaran pendidikan agama Islam di University of Oxford, di Inggris pada 8-12 Desember. Para pengajar akan mendapatkan cara mendidik pelajaran agama dengan cara menyenangkan, interaktif, dan berlangsung dua arah.Namun hal ini tidak dapat kita anggap sebagai salah satu cara yang solutif untuk mengatasi permasalah pendidikan yang terjadi, karena kita tahu betul bahwa jika pedidikan Islam berkiblat ke Barat yang pada dasarnya merupakan negara yang liberal, maka secara tidak langsung akan menggerogoti sedikit demi sedikit pemahaman dan nilai-nilai Islam. Dan ini juga merupakan upaya pengaburan bahkan penyesatan terhadap ajaran Islam.

Selain itu, apa yang mereka dapatkan tentu bukan hanya teknik mengajar yang baik, juga nilai-nilai yang menjadi pijakan kurikulum di negara-negara barat yang liberal. Bukan hanya itu mereka juga mengunjungi gereja, museum, dan sekolah-sekolah agama di Inggris agar bisa menyaksikan betapa “baik” peradaban Barat. Ini jelas meracuni pendidik-pendidik Muslim agar ramah terhadap nilai Barat bahkan mengunggulkan peradaban Barat yang rusak.Sejatinya, tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk kepribadian islami (syakhshiyah Islamiyah) setiap Muslim, serta membekali dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Permasalahan di atas secara pasti disebabkan karena penerapan sistem sekularisme, khususnya di sektor pendidikan dan umumnya di kehidupan sosial bernegara.

Maka wajar jika negeri ini menjadi miskin, terbelakang, terjajah, dan tak berwibawa akibat terterapnya sistem yang malah semakin menjauhkan masyarakat dari pandangan mengenai kehidupan yang hakiki.Sudah saatnya kita kubur sistem pendidikan yang sekuler dan ganti dengan sistem pendidikan Islam, yang pernah terbukti melahirkan insan- insan mulia yang bukan saja ahli agama, tetapi juga mampu mengetahui dan meguasai bidang IPTEK, dan juga membawa Islam ke puncak peradaban tertinggi di dunia.

Sumber koran fajar.co.id

Senin, 23 September 2013

Berhasilkah Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia ?


Oleh : Muhammad A. Samaaun



Bismillahirrahmanirrahim

Dalam sebuah kajian Pak Ashabus Samaaun mengatakan ;"Pendidikan karakter di Indonesia ini sulit berhasil bukan karena sistemnya, sistemnya udah bagus, tetapi yang terjadi adalah kebanyakan teori sampah dimasukkan keotak anak, yang terjadi adalah anak menjadi jenuh belajar dan yang kedua adalah krisis keteladanan bagi generasi muda".

Kalau kita melihat sejarah bangsa ini dari jaman penjajahan sampai sekarang secara umum kita bisa menyimpulkan "jaman sekarang dengan jaman dahulu tidak ada bedanya". Ya, meskipun sekarang bangsa ini telah merdeka namun hakikatnya masih terjajah secara moral. Karena meski dahulu bangsa kita ini terjajah tetapi masih banyak generasi tua yang bermoral sehingga bangsa ini bisa merdeka dengan berjuang menegakkan moral dan kebangsaaan mereka mati-matian tanpa pamrih. Tetapi semua itu tidak terjadi hari ini. Kenyataan yang terjadi semangat perjuangan para pahlawan tidak terwarisi sama sekali kepada generasi jaman ini. Generasi jaman ini termasuk generasi pasif yang hanya bisa mengikuti alur perkembangan jaman tanpa tahu arah kemana mereka berjalan. Semacam orang dungu yang bisa ngikut saja. Apalagi kerusakan moral pelajar tidak terbendung lagi, dari mabuk,pacaran, hamil diluar nikah, tawuran sampai pembunuhan sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Padahal mereka adalah orang-orang terpelajar, namun pada faktanya perilaku mereka bertentangan sekali dengan kepribadian seorang pelajar yang seharusnya. Kemudian dalam riuhnya masalah ini semua pihak cuman bisa memegang kepala sambil pusing memikirkan cara mengatasi kerusakan moral tersebut. Salah satu pemikiran yang mencuat dalam kepala para intelek adalah konsep-konsep pendidikan karakter bangsa sebagai solusi masalah kenakalan pelajar. Namun setelah berjalan beberapa tahun, teori ini tak ubahnya angin yang berlalu. Atau siulan burung kutilang, yang hinggap kemudian pergi. Kenyataannya kerusakan moral pelajar  makian parah. Sungguh, sia-sia usaha yang mereka usahakan karena hanya menghabiskan dana bermiliar-miliar sekedar merombak kurikulum yang ditambah-tambahi kata "pendidikan karakter" dalam setiap mata pelajaran. 

Bicara pendidikan karakter maka ini erat kaitannya dengan kepribadian bangsa indonesia. dan juga khususnya karakter pelajar di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia mempunyai agenda yang bertumpuk / lengkap. Jika dijilid dalam buku mungkin ada puluhan jilid. Tiap jilid buku setebal 1000 halaman karena saking banyaknya teori tentang pendidikan karakter yang sangat banyak dari para pakarnya. Pakar-pakar dari kalangan guru sekolah dasar  sampai profesor filsafat kependidikan telah berupaya mati-matian menyusun semuanya. Mereka tahu kalau nasib pendidikan di Indonesia ini sangat memprihatinkan. Sehingga mereka dipandu pemerintah menyusun sebuah agenda pendidikan yang nge-tren dengan nama "pendidikan karakter bangsa".

Dalam kenyataan teori yang segudang garam itu jarang sekali terlihat dalam kehidupan nyata. Kita ambil contoh dalam pelajaran Bahasa Indonesia kita diajari cara berbahasa baik dan benar sesuai dengan EYD (Ejaan Yang disempurnakan) tapi dalam praktiknya dikehidupan sehari-hari, ramai remaja-remaja menggunakan bahasa-bahasa "makhluk asing" yang kurang dimengerti artinya, istilah lainnya bahasa gaul atau bahasa alay. Virus bahasa alay ini telah merusak karakter bangsa ini sehingga kita lihat cara penulisan dan cara berbahasa anak sekarang sungguh berantakan sekali. Seakan-akan mereka bukan bangsa indonesia lagi, entah bangsa alien dari planet lain, atau bangsa eropa yang berjasad bangsa indonesia. Lihatlah dari cara berpenampilan dan gaya berbahasa mereka, sungguh sulit dipahami. Sungguh terkesan mengandung pesan "ngajak keributan sosial" dan tindak amoral. Bagaimana tidak, pakaian mereka lebih mirip preman dan anak jalanan tidak selaras dengan profesi mereka sebagai pelajar.

Kemudian contoh yang kedua, katanya mata pelajaran PKN adalah untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkomitmen dalam kebangsaan. namun hasilnya kita lihat, contoh kecil saja, generasi muda lebih menyukai gaya hidup dan produk-produk luar negri daripada warisan budaya dan produk dalam negri. entah kenapa saya juga sangat heran dengan hal ini, saya tidak tahu kenapa semua itu bisa terjadi. di mata pelajaran PKN kita digembar-gembor supaya menjadi warga yang bertanggung jawab akan tetapi murid-murid setelah pulang sekolah pada corat-coret tembok tempat umum, merokok sembarangan dan membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan terlihat sangat kumuh, apa itu cermin pribadi bangsa indonesia "berkarakter kumuh dan tidak bertanggung jawab". Kalau begitu teori tentang kepribadian bangsa indonesia yang katanya menjunjung tinggi karakter dan akhlaq mulia itu cuman bualan semata. Mungkin sebab paling besarnya adalah otak anak didik dicekoki materi-materi sampah (kebanyakan teori) yang justru membuat anak didik ogah belajar, belajar cuman sekedar ngejar nilai pas ada ulangan kenaikan kelas saja, bagaimana mungkin sikap begini akan menghasilkan warga Negara yang berkarakter mulia dan bijaksana,

Faktor kedua tidak kalah pentingnya adalah krisis dan miskin  keteladanan dari para pemimpin dan generasi yang lebih tua. Pemimpinnya berakhlaq korup dan generasi yang lebih tua amburadul tingkah lakunya. tentu saja mau dicekoki segudang teori ke anak didik pun yang terjadi adalah muntah, keluar telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Teori-teori tersebut cuman angin berlalu didalam sanubari anak didik kita. sebabnya mereka tidak tahu cara mempraktikan teori itu karena pemimpin dan generasi yang lebih tua belum bisa mempraktikkan / memberi contoh yang baik kepada generasi mudanya. Itulah yang terjadi di Indonesia ini kenapa dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum tidak berpengaruh sama sekali terhadap kepribadian anak didiknya. Tidak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kajian ini. Tetapi, selaku orang tua, mentor dan pendidik, kita wajib instropeksi diri dalam hal ini.
Wallahu’alam

typing by M. Aliemarz @ September 23, 2013

Rabu, 04 September 2013

PENDIDIKAN ISLAM : MASALAH KENAKALAN REMAJA DAN SEKELUMIT SOLUSINYA

Oleh : Muhammad A. Samaa'un

MASALAH REMAJA

Remaja bukan anak-anak tetapi juga bukan orang dewasa. Mereka punya
pola pikir seperti orang anak-anak akan tetapi mempunyai kondisi
fisik dan emosional layaknya orang dewasa . Bisa diartikan begini jika
seorang remaja mempunyai masalah maka mereka merespon masalah itu
seperti orang dewasa seperti dengan indikasi stress bingung, pusing
mendramatisir dan sebagainya berbeda sekali dengan anak-anak jika
mereka terkena masalah mereka hanya bisa menangis dan sesudah itu
selesai seakan-akan tak pernah kena masalah. Namun berbeda dengan
remaja jika mereka terkena masalah lalu mereka tidak bisa
memecahkannya mereka akan frustasi, jika akhlak mereka tidak dibimbing
dengan agama yang benar maka pelampiasannya kedalam hal-hal yang
negatif seperti merokok, mabuk, mengkonsumsi narkoba,dsb. Biasanya ada
beberapa penyebab munculnya masalah yang akhirnya mempengaruhi
kehidupan remaja kita:
1. Tuntutan sekolah dan frustasi
2. Pikiran-pikiran dan perasaan negatif tentang diri sendiri.
3. Perubahan pada tubuh (fisik dan emosional)
4. Masalah dengan lingkungan dan teman sebaya atau mungkin semacam
teman dekat (pacar)
5. Perpisahan dan perceraian orang tua.
6. Penyakit kronis yang dialami.
7. Meninggalnya orang-orang yang disayangi.
8. Perpindahan ke komunitas yang baru.
9. Pindah sekolah.
10. Terlalu banyak aktivitas atau harapan-harapan yang terlalu tinggi.
11. Masalah finansial ( Ekonomi )keluarga.
12. 1001 masalah yang membebani jiwa mereka, sementara mereka tidak
mampu mengatasinya sendiri.


Beberapa remaja menjadi terbebani dengan berbagai masalah tersebut
diatas. Beberapa tindakan yang dilakukan remaja ketika mengalami
masalah:
• Mengasingkan diri.
• Lepas kontrol/melakukan tindakan kriminal
• Menyalahkan orang lain.
• Mudah menyerah
• Gampang Emosional



SOLUSI KENAKALAN REMAJA

Oleh karena terlalu maraknya tindakan kriminal dewasa ini dan 'tokoh
utamanya' adalah remaja. Maka tidak heran lagi semua masalah itu
sebenarnya berawal dari lingkungan keluarga yang tidak peduli dengan
keadaan mereka / sibuk dengan urusan bisnis, orang tua acuh tak acuh
dengan kondisi psikis mereka, belum lagi bekal ilmu agama yang sangat
kurang. Sebenarnya mereka melakukan tindakan kriminal bukanlah sebab
kemauan mereka. Mereka melakukan semua itu hanyalah sebagai
pelampiasan supaya mereka ada yang memperhatikan keberadaan mereka dan
peduli dengan nasib mereka. Istilahnya cari-cari perhatian walaupun
caranya salah. Karena dilingkungan keluarga mereka tidak mendapatkan
kasih sayang yang seharusnya. Sehingga mereka melakukan tindakan
kriminalisme sebenarnya hanyalah untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungan mereka. Beberapa solusi yang mungkin bisa mengurangi angka
kriminal oleh para remaja dewasa ini adalah :

Pertama, Pembekalan Ilmu Agama. Ilmu agama sangat penting sekali untuk
membentuk mental dan kejiwaan manusia sehingga meluruskan perilaku
mereka sesuai fitrah yang dikehendaki Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu
bekal ilmu agama yang cukup sangat penting untuk membentuk kejiwaan
mereka sehingga mereka menjadi manusia bermental stabil dan bertakwa
kepada Allah SWT ketika menginjak usia dewasa kelak.

Kedua, Kemudian tak kalah pentingnya adalah perhatian dari kedua orang
tua kepada mereka, diharapkan supaya orang tua menjadi tempat curahan
uneg-uneg yang membelenggu benak mereka yang bila tak terarahkan akan
menjadi racun bagi pikiran mereka untuk kemudian menjadi pendorong
melakukan tindakan kriminal sebagai bentuk protes terhadap lingkungan
mereka yang tidak mau memperhatikan mereka. Menjadi orang tua itu
susah-susah gampang. Bagi mereka yang mempunyai anak remaja pasti
banyak mengeluh tentang kebandelan anak-anak mereka. Itu amat wajar.
Karena masa ini adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa
sehingga mereka bermental sangat labil dan mudah terpengaruh
emosional. Orang tua tidak perlu memaksa anak melakukan ini dan itu.
Hanya perlu diarahkan dan disadarkan pelan-pelan supaya ia mengerti
dan dapat meluruskan perilakunya dan terbiasa dengan hal-hal yang
baik. Tidak kalah penting adalah perhatian dan pendidikan islam sejak
dini dari lingkungan keluarga. Karena jika anak terbiasa dengan
ilmu-ilmu dan tradisi agama yang baik maka kelak ia remaja akan selalu
berpikir dua kali untuk melakukan hal yang sekiranya bertentangan
dengan agama. Pendidikan agama yang dimulai setelah anak menginjak
usia remaja maka itu akan lebih sulit dicerna pemikiran mereka. Karena
mereka berpikir bahwa kebebasan itu perlu mereka dapatkan karena
mumpung masih muda, mereka bahkan bisa menganggap agama itu hanya
sekedar 'ceramah' yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Itu
karena perkembangan emosional mereka jauh lebih besar daripada akal
pemikiran mereka. Sedangkan jika ilmu agama dibekalkan kepada anak
sejak dini maka insyaAllah ilmu agama akan menjadikan jiwanya lurus
sampai ia berumur dewasa kelak.

Ketiga, Partisipasi dari pihak-pihak sekolah dan tokoh masyarakat
sekitar untuk bisa memberi motivasi-motivasi yang berharga untuk
kehidupan mereka dan memberikan bekal ilmu dan akhlak yang cukup
kepada remaja. Kemudian juga diharapkan pihak sekolah dan masyarakat
mau meluangkan waktunya setelah jam pulang sekolah untuk memberikan
kegiatan-kegiatan ekstra yang bersifat mendidik jiwa sosial dan mental
mereka. Bahkan lebih penting lagi kajian-kajian agama yang mungkin
dapat memberikan solusi bagi masalah mereka.

Karena seperti kata pepatah "kejahatan terjadi karena niat dan
kesempatan". Umur seusia remaja adalah umur yang sangat banyak
lowongnya dibandingkan dengan sibuknya. Jika mereka mengalami
kebosanan maka yang terjadi menggunakan waktu lowong mereka untuk hal
yang menyimpang, mungkin mereka anggap itu hiburan padahal dampaknya
buruk bagi dirinya dan lingkungannya. Karena kita pahami seorang
remaja mempunyai mental pola pikir anak-anak namun respon emosionalnya
seperti orang dewasa sehingga mereka berpikir sekali saja untuk
melakukan sesuatu tanpa memandang sebab akibatnya.

Mengambil sebuah nasehat dari seorang ulama besar islam mengatakan
bahwa barangsiapa tidak tersibukkan waktunya untuk kebaikan maka
niscaya ia akan tersibukkan dengan hal-hal yang munkar atau minimal
hal yang sia-sia. Oleh karena masa remaja adalah sebuah masa paling
'indah' dan bahagia serta penuh kebebasan maka bila tidak terarahkan
dengan benar maka yang terjadi adalah mereka melampiaskan waktu mereka
yang lowong untuk hal yang tidak bermanfaat bahkan merusak diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Manusia dikaruniai fisik yang kuat
dan masa yang bebas dan kehidupan yang paling senang (tanpa masalah)
adalah pada saat ia menginjak usia remaja. Akan tetapi semua itu hanya
terror bagi masyarakat bila moral remaja rusak. Oleh karena itu
seyogyanya kita umat islam peduli dengan masalah mereka. Karena mereka
adalah penerus umat islam untuk kedepannya.

Wallahu'alam


Refrensi berbagai sumber

Kamis, 13 Juni 2013

KALIMAT TASBIH YANG LUAR BIASA PAHALANYA


KEUTAMAAN KALIMAT-KALIMAT TASBIH YANG LUAR BIASA PAHALANYA

Oleh : M. Ashabus Samaa'un

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh,

 

Gambaran Logika Tentang Pahala Kalimat Tasbih
 
Saudaraku kaum muslimin yang berbahagia. Pernahkah anda beramal atau bersedekah sebesar 1 miliar rupiah atau lebih?. Tentu saja jarang yang bisa melakukan hal tersebut.  Berdzikir adalah sebuah ibadah yang amat ringan namun kita tidak akan menyangka jika kalimat-kalimat dzikir itu berpahala sangat besar sehingga melebihi pahala sedekah seorang kaya yang bermiliar-miliar rupiah atau bahkan bertriliun-triliun rupiah. Misalnya dalam sebuah hadits disebutkan bahwa jika kita berdzikir Subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dengan puji-Nya), maka ditanamkan sebatang pohon kurma di surga. Berapakah harga pohon kurma surga? Tentu saja tak ada yang menjualnya kalaupun ada maka seluruh penduduk bumi akan berusaha memperebutkannya. Semua orang terkaya didunia akan berlomba-lomba menawarnya dengan harga setinggi-tingginya, namun tak ada yang bisa memperolehnya karena harganya tidak akan ada yang mampu membelinya karena barangkali hanya bisa ditukar emas sebesar bola bumi itupun barangkali belum cukup. Lagipula mustahil ada emas permata sebesar bola bumi. Jika diperhitungkan matematika kalau misalnya satu gram emas hargai 200.000 kemudian berat emas sebesar bumi itu sama dengan berat bumi atau sekitar   10 30 gram (sepuluh pangkat 30). Maka nilainya sekitar Rp. 2 x 10 35 (dua kali sepuluh pangkat tiga puluh lima atau dua ratus miliar triliun triliun rupiah). . Kemudian pertanyaannya mana ada orang punya uang sebanyak itu. Kemudian siapa yang memiliki otomatis jadi manusia terkaya diseluruh alam semesta dong. Hebat yah, klo seandainya kita punya pohon kurma dari surga. Begitulah jika kita kalkulasi pakai logika. Namun harga semustahil itupun barangkali memang belum cukup untuk membeli sebatang kurma surga. Kenapa ?

Jika ada seorang memilikinya maka dia akan mempunyai kekuatan yang besar untuk menguasai seluruh dunia dan isinya. Dia akan menjadi raja diatas raja didunia karena sebab berkah yang didatangkan pohon surga itu. Karena kita tidak tahu wujudnya seperti apa sifat pohon kurma surga. Satu pohon kurma surga saja hidup didunia maka seluruh dunia akan takjub kepadanya melebihi takjubnya kepada keindahan benda-benda termewah atau bahkan mengalahkan takjubnya kepada wanita tercantik didunia ini. Mungkin orang yang melihatnya akan jadi lupa diri, lupa anak istri lupa segalanya karena saking indahnya. Seandainya , Satu pohon surga saja tertanam didunia maka wanginya akan memenuhi bumi sehingga penjual parfum tidak akan laku, kasian dong. Seandainya , satu pohon kurma didunia ini tertanam didunia maka seluruh anak cucu adam tidak akan kelaparan karena setiap dipetik buahnya langsung numbuh lagi. Jika dimakan buahnya mengenyangkan dan menyehatkan sehingga tak ada orang penyakitan. Seandainya , Satu orang makan satu buah surga akan kenyang seumur hidup dan akan berumur panjang. Seandainya , Satu orang memakan buah surga maka dia akan menjadi orang yang cerdas, tambah cakep, dan awet muda. Apalagi orang yang sakit parah akan langsung sembuh. Pohon surga adalah pohon abadi sehingga tidak akan hancur sampai hari kiamat. Dan sejuta manfaat lain yang tidak bisa kita jelaskan disini. Begitulah kira-kira sifat makhluk surga, begitu sangat hebat keutamaannya sehingga tidak akan bisa ternilai harganya meskipun ditukar emas sebesar bumi tetap tidak akan cukup. Lagipula siapakah manusia yang punya emas sebesar bumi? Begitulah keutamaan pohon surga jika kita gambarkan logika kita yang amat terbatas ini.  Wallahu'alam.

Namun apakah hikmah pohon surga tidak diciptakan didunia? Allah lebih Maha Tahu daripada kita. Jika kita bayangkan, tentu saja akan banyak kejadian aneh dan huru-hara yang terjadi didunia ini. Coba saja pohon surga satu saja tertanam dibumi maka dia akan dijadikan tuhan/sesembahan orang-orang yang pendek akalnya. Karena kita lihat bahwa sudah terlalu banyak manusia-manusia jaman dahulu maupun sekarang memang terlalu cepat kagum terhadap sesuatu yang indah dan mempunyai kekuatan yang luar biasa sehingga sampai kebablasan mengagumi benda itu sampai-sampai kepada keyakinan bahwa benda hebat dan luar biasa itu tuhannya, seperti kaum bani israil misalnya yang menyembah patung sapi buatan samiri hanya karena patung itu bisa bicara. Apalagi jika ada pohon surga tertanam dibumi yang begitu hebat dan luar biasa manfaatnya maka banyak orang akan mengagungkannya bahkan mengira itu adalah jelmaan tuhan, dewa atau dewi atau jelmaan malaikat dan sebagainya sehingga ramai-ramai orang berbondong-bondong menyembahnya untuk meminta berkah, memohon kekayaan dsb (Seperti yang dilakukan orang-orang musyrik jaman kita yang ngalap berkah dikuburan untuk memperoleh harta duniawi ). Karena memang kenyataan makhluk surga satu saja mendiam dibumi akan mendatangkan berkah yang sangat banyak kepada semua penduduk bumi, misalnya saja hajar aswad (batu hitam dika'bah) dengan ijin Allah sejak jaman Nabi Ibrahim sampai sekarang telah mendatangkan banyak kebaikan bagi kaum muslimin karena setiap hari batu tidak pernah berhenti mendo'akan kebaikan bagi kaum muslimin terlebih bagi yang sedang haji. Dan do'a batu itu pasti dikabulkan oleh Allah. Mereka yang berhaji diwajibkan mengucapkan salam dan mencium hajar aswad sebagai bentuk penghormatan  (bukan berarti menyembah). Begitulah meski cuman berbentuk batu akan tapi memiliki kemuliaan yang besar, karena hajar aswad adalah batu dari surga. Untuk lebih jelas lagi anda bisa membaca lagi kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail waktu membangun ka'bah kemudian datanglah seorang malaikat jibril yang memberikan batu itu untuk dijadikan salah satu bagian dari ka'bah.

Masihkan kita bisa membandingkan kekayaan dunia dengan balasan kekayaan akhirat? Tentu saja tidak bisa. ? Apalagi kekayaan dunia itu bersifat sementara sedangkan kekayaan akhirat itu kekal selama-lamanya. Hanya orang bodoh yang menjual akhirat untuk dunia. Karena satu kalimat dzikir lebih berharga daripada dunia dan isinya. Subhanallahu'Allahu Akbar.
 Maukah anda dikasih Allah Pohon Kurma surga?. Caranya cukup mudah. Perbanyaklah dzikir dan tasbih. Begitulah keutamaan zikir ia akan mendapatkan yang besar, ditanamkan pohon kurma disurga misalnya. Akan tetapi semua itu ada syaratnya . Yaitu kita harus berdzikir dengan khusuk dan hati yang ikhlas, kemudian merealisasikan kalimat dzikir itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kita selalu merasa diawasi oleh Allah dalam segala gerak gerik kita sehingga kita akan mengekang diri kita dari maksiat. Itulah salah satu contoh makna realisasi dzikir yang dimaksud. Misalnya jika kita telah mampu dan hafal serta istiqomah dalam mengucapkan kalimat subhanallah (Maha Suci Allah) maka contoh realisasinya adalah kita wajib meyakini bahwa Allah itu Maha Suci dari segala salah dan dosa karena salah dan dosa adalah sifat makhluk dan Tuhan tidak mungkin melakukan kesalahan, Kemudian meyakini bahwa Dia Maha Suci dari penyerupaan terhadap makhluk-Nya, Dia Maha Suci dari perkataan-perkataan kafir semacam perkataan orang nasrani yang mengatakan Allah mengangkat anak atau orang-orang paganisme (penyembah berhala) yang mengatakan Tuhan itu banyak dan memiliki tandingan semacam dewa api, dewa air, dewa bulan, dewa matahari dsb. Kita harus meyakini bahwa Allah Maha Suci dari semua keyakinan-keyakinan kafir tersebut. Itulah yang dimaksud realisasi terhadap kalimat subhanallah, tetapi tidak terbatas pada ini saja. Mengingat kalimat ini sepele diucapkan namun memiliki makna tak terbatas. Itulah keutamaan kalimat dzikir.

KEUTAMAAN KALIMAT TASBIH

Salah satu kalimat kalimat dzikir yang sangat besar pahalanya disisi Allah adalah kalimat tasbih (kalimat meagungkan dan mensucikan Tuhan, Allah SWT). Berikut beberapa keutamaan kalimat tasbih yang dapat kami sampaikan dalam kajian ini.

1.Pertama, Mendapatkan ampunan  semua dosa, baik yang telah lewat maupun yang baru saja terjadi, dan bahkan dapat memberatkan timbangan amal baik nanti dihadapan Allah ta'ala. Rasulullah Saw. Bersabda:
 "Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah tetapi sangat memberatkan timbangan (amal) dan sangat disukai Allah adalah Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil adziim (Artinya "Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung")
(Hadits ini Diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya)




Kedua. Dapat menghapus atau menghilangkan dosa-dosa orang yang biasa mengucapkan. Nabi Saw. Bersabda: "Apakah salah seorang tidak sanggup untuk mengusahakan seribu kebaikan setiap hari?" Maka ditanyakan kepada beliau: "Bagaimana hal itu dapat diusahakan ya Rasulullah"? Berliau Berkata; "Yaitu bertasbih kepada Allah 100 kali, dengan tasbih tersebut dicatatat 1.000 kebaikan untuknya dan dihapuskan dari padanya 100 keburukan (dosa)". (H.R. Muslim)

Ketiga. Tasbih adalah salah satu ucapan yang paling disukai Allah: Perkataan yang paling disukai Allah ada empat, yaitu: Subhanallah (Maha Suci Allah), wallhamdulillah (segala puji bagi Allah), dan Laaila ha illallahu wallahu akbar (tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar). (H.R. Muslim)

Keempat. Allah Swt menjanjikan balasan surga bagi orang yang membiasakan diri mengucapkan tasbih. "Barangsiapa yang mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dengan puji-Nya), maka ditanamkan sebatang pohon kurma di surga" (H.R. Tarmidzi)

Kelima. Ucapan tasbih dapat menjadi salah satu alat bukti (kesaksian) bagi perbuatan seseorang pada hari kiamat.

 "Hendaklah kamu sekalian membaca tasbih, tahlil, dan taqdis (penyucian), maka janganlah kamu lalai dan ikatan dengan jari-jari, karena sesungguhnya bacaan-bacaan itu dijadikan mampu untuk berbicara (memberikan kesaksian pada hari kiamat)" (H.R. Abu Daud, at-Tarmidzi dan al-Hakim).

 tasbih merupakan kalimat yang ringan dan mudah untuk diucapkan, tetapi mendapat pahala yang sangat besar di sisi Allah Swt.

 "Ada dua kalimat yang ringan atas lidah, tetapi berat di atas timbangan dan dicintai oleh Allah Yang Maha Pemurah, yaitu Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil adzim (Maha Suci Allah Yang Maha Agung)". (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

Begitulah keutamaan dzikir. Sangat banyak dan sangat utama manfaatnya. Oleh karena itu dimanapun dan kapanpun kita diharuskan berdzikir kepada-Nya supaya hati tenang dan tentram dan menghindarkan kita dari semua bentuk kemaksiatan yang menyengsarakan. Sebaik-baik perkataan adalah perkataan dzikir seburuk buruk perkataan adalah perkataan musyrik dan maksiat. Maka seorang mukmin tidak akan menyibukkan dirinya untuk mengucapkan kata-kata sia-sia seperti mencela, mengumpat, berbohong, berkata-kata kotor dsb. Mengingat jatah hidup didunia ini terbatas dan perkataan jelek itu besar dosanya. Kemudian lebih menyibukkan diri kepada kalimat dzikir yang sangat besar manfaatnya.

Wallahu'alam

Refrensi : Auliacendekia.com

Kamis, 29 November 2012

Pendidikan Islam : Pendidikan Islam adalah Solusi Keterputurukan Bangsa

Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Tak ada yang memungkiri ungkapan itu karena memang hal itulah yang akan terjadi. Karenanya, sudah semestinya orangtua memberikan perhatian khusus dalam hal mendidik anak sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam. Pertanyaannya bisakah orangtua mendidiknya menjadi anak yang berguna di masa yang akan datang? Sebagian orangtua mungkin mengira bisa. Para orangtua pun mengira bahwa setelah anaknya menikah (dan kemudian mempunyai anak) lantas bisa secara otomatis siap menjadi orangtua yang cakap dan baik. Kalau ada orangtua yang berpikir begitu, berarti dia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Yang benar, menjadi orangtua itu tidak mudah. Apalagi di zaman sekarang, mengemban amanah mengasuh dan mendidik anak hingga kelak mereka menjadi insan yang tangguh dan shaleh adalah tugas yang mahaberat.

Kemampuan menjadi orangtua yang cakap dan baik tidak begitu saja jatuh dari langit, melainkan harus ditempuh dengan banyak belajar. Mereka yang aktif belajar, insya Allah memiliki banyak ilmu pengetahuan tentang bagaimana mendidik anak dengan baik dan benar. Namun, orangtua seperti ini jumlahnya lebih sedikit dibanding orangtua yang tak mau belajar. Kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan insting dan berbekal pelajaran dari orangtuanya terdahulu.

Akibatnya, dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai orangtua yang terkaget-kaget dan kebingungan menghadapi problema mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Bahkan banyak kasus orangtua yang tega membunuh anaknya, pembuangan bayi, penjualan organ tubuh, dan lain sebagainya. Hal itu disebabkan oleh kegamangan orangtua dalam mempersiapkan masa depan anak-anaknya.

Masalah seperti ini semakin hari semakin serius dan semakin parah berkat gempuran budaya jahiliah yang semakin hari semakin masif menyerang keluarga kita. Gempuran itu langsung datang ke rumah kita melalui tayangan di televisi, DVD, internet, telepon seluler, dan media cetak. Dampak negatifnya sudah terasa di sekitar kita. Pada tahun 2010, sebuah LSM ternama melakukan penelitian tentang perilaku seks remaja di beberapa kota besar di Indonesia. Dari penelitian itu diperoleh data, sekitar 70% remaja kita yang berusia 16-25 tahun mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.

Hasil penelitian ini kemudian diperkuat temuan rekaman video di HP yang melibatkan beberapa siswa-siswi SMA yang melakukan hubungan seks di ruang kelas sekolahnya. Belum reda dengan kasus tersebut, beberapa waktu yang lalu kita juga dikejutkan dengan maraknya penyebaran video porno yang melibatkan artis yang menjadi idola para remaja kita. Semua itu tentu saja membuat cemas semua orangtua dan kita semua. Tapi kebanyakan orangtua cuma sampai di situ (hanya cemas) dan tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk menyelamatkan anak-anaknya. Hanya mampu melihat tak mampu tuk berbuat.

Pentingnya pendidikan dalam koridor Islam, menuntut kita untuk tahu bagaimana cara mendidik anak dalam Islam. Sudah barang tentu, semua harus dipersiapkan oleh orangtua sejak anak berusia dini. Setiap orangtua tentu menginginkan putra-putrinya menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Hal tersebut tidak hanya dimaknai secara sederhana saja yaitu bahwa anak shaleh dan shalehah itu urusan akhirat. Hendaknya, definisi anak shaleh dan shalehah diperluas dalam konteks mencari kehidupan di akhirat dan juga kehidupan dunia.

Untuk itu, diperlukan suatu usaha yang keras dari orangtua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Sesibuk apa pun seorang ayah mencari nafkah untuk keluarganya, ia perlu bahkan menyempatkan diri mendidik anaknya. Ya, anak tidak seharusnya berada di luar kontrol orangtuanya. Banyak orangtua yang terkadang sibuk mencari nafkah dengan dalih demi kelangsungan hidup keluarga malah lupa hakekat pendidikan yang seharusnya. Memberikan perhatian pendidikan kepada anak hendaknya tidak dikalahkan oleh kepentingan memberikannya materi.

Dalam mendidik, hendaknya orangtua menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang. Hal ini dapat kita cermati dari panggilan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu "Yaa Bunayyaa (Wahai anak-anakku)" Seruan tersebut menyiratkan sebuah panggilan dari orangtua yang penuh muatan kasih sayang dan sentuhan kelembutan dalam mendidik anak-anaknya. Indah dan menyejukkan. Kata Bunayyaa mengandung rasa manja, kelembutan, dan kemesraan, tetapi tetap dalam koridor ketegasan dan kedisiplinan meski tidak berarti mendidik dengan keras.

Mendidik anak dengan keras hanya akan menyisakan dan membentuk anak berjiwa keras, kejam, dan kasar. Kekerasan hanya meninggalkan bekas yang mengores tajam kelembutan anak. Ya, kelembutan dalam diri anak akan hilang tergerus oleh pendidikan yang keras dan brutal. Kekerasan akan membuat kepribadian anak jauh dari kebenaran dan kesejukan. kekerasan akan membuat hati anak menjadi keras untuk menerima pelajaran dan nasehat.

Kelembutan dan kemesraan dalam mendidik anak merupakan konsep Al-Quran. Apapun pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya dengan kelembutan dan kasih sayang. Begitu juga dalam prioritas utama pendidikan anak dalam Islam (akidah) yang harus disampaikan dengan lembut dan penuh kasih sayang. Mengapa akidah? Jawabnya adalah karena akidah merupakan fondasi dasar bagi manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Akidah yang kuat akan membentengi anak dari pengaruh negatif kehidupan dunia. Sebaliknya, kalau akidah lemah maka tidak ada lagi yang membentengi anak dari pengaruh negatif, baik dari dalam dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya.

Akidah adalah modal dasar bagi anak menapaki kehidupan. Dapat dibayangkan apa yang terjadi jika seorang anak tidak mempunyai akidah yang kuat. Sudah hampir dapat dipastikan anak akan dengan mudah terserang berbagai virus-virus kekejian, kemunkaran, kemunafikan, dan kemaksiatan kepada Allah, imunitas keimanan yang melemah, dan pada akhirnya anak terjebak dalam kelamnya dunia. Ya, mereka akan mudah terbawa arus deras gelapnya kehidupan, tenggelam dalam kubangan kemaksiatan, dan kegersangan hidup serta kesengsaraan batin.

Kalau kita perhatikan orangtua zaman sekarang, tidak banyak yang menekankan pendidikan akidah kepada anak-anaknya. Orangtua tidak merasa sedih dan takut kalau anaknya terjebak kepada keimanan yang rapuh. Orangtua juga tidak pernah mengeluh kalau anaknya tidak bisa membaca serta menghafal Al-Quran. Mereka justru akan marah kalau anaknya tidak pergi les matematika, fisika, ataupun komputer. Orangtua lebih khawatir kalau belum membayar uang les matematika daripada iuran mengaji. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sikap orangtua terhadap pendidikan anak masih bersifat tebang pilih dan terkesan berat sebelah.

Jadi, sudah saatnya orangtua bangkit dan melaksanakan kewajiban utamanya terhadap anak, yaitu memberikan perhatian, pengawasan, dan pendidikan yang baik agar kelak mereka menjadi generasi yang dapat memberi manfaat bagi orangtua, bangsa, negara, dan agamanya.

wallahu alam

[Sumber : Majalah Percikan Iman]

Senin, 03 September 2012

Jangan Menyerah, Gagal bukan Kalah dan Kalah bukan Gagal !

"JANGAN MENYERAH KARENA SUKSES ITU ADA DIBALIK KEGAGALAN. DAN DIDUKUNG KETEKUNAN DAN KEULETAN "

Oleh : Muh. Ashabus Samaa’un
(pembina majelis ashabul muslimin)




Dalam kehidupan  ini manusia selalu diiringi berbagai macam persaingan dalam berbagai macam bidang kehidupan baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kebudayaan dan lainnya. Apalagi dijaman modernisme dan globalisasi ini segalanya telah mengalami persaingan yang amat ketat sehingga orang yang pertama gagal adalah yang paling pertama putus asa. Apalagi dizaman globalisasi ini tentu saja akan semakin sulit menghadapi segala persaingan tersebut. Banyak orang yang merasa gagal dan putus asa dalam menghadapi persaingan kehidupan kemudian stress dan melakukan tindakan kriminal sebagai pelampiasannya.  Misalnya gagal dalam berbisnis kemudian putus asa lalu tidak makan dan minum karena frustasi akhirnya jatuh sakit, bahkan yang lebih parah adalah sampai menenggak minuman keras yang jadi pelampiasaannya. Bahkan mengkonsumsi narkoba dan heroin untuk sejenak menghilangkan rasa frustasinya padahal tentu saja perbuatan itu justru merupakan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Belum lagi dampak diakhirat nanti. Itulah kehidupan yang barangkali yang dialami artis-artis televisi dan kaum konglomerat. Mereka memang kaya harta tetapi miskin hatinya. Sehingga terasa sempit hidupnya ketika kegagalan kecil menemuinya. Sebab walaupun mereka dipandang sebagai sukses dan kayaraya namun hakikatnya mereka menderita karena jauh dari mengingat Tuhannya.

Dilain cerita juga banyak juga anak sekolah yang cuman gagal lulus UAS atau UN sampai rela mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri minum obat nyamuk. Sungguh hal tersebut sangat ironis sekali karena lulus UN atau tidak sungguh tidak menentukan kesuksesan kehidupan sesudahnya.  Hal itu memang kenyataan karena banyak ternyata banyak yang tidak lulus SD bisa sukses hidupnya karena ketekunan dan sikap yang tidak mudah menyerah menghadapi masalah hidup.


Lebih bodoh dan payah daripada yang diatas adalah bunuh diri gara-gara diputus pacar. Itulah yang dialami abg (anak baru gengsi) seusia remaja hari ini. Pemikiran yang bodoh adalah pemikiran sekali saja tidak memikirkan sebab akibatnya. Artinya juga sebab kegagalan adalah karena seseorang tidak mampu berpikir panjang untuk menyelesaikan masalah. Kurangnya kedewasaan berpikir bukan karena faktor umurnya tapi karena pendidikan akhlaq dan agama yang kurang bagi generasi kita. Jika seorang punya keimanan yang cukup kuat, bila kehilangan sesuatu atau mengalami kegagalan maka dia akan optimis bahwa selama masih hidup tak ada kata gagal. Kata gagal dan sukses hanya berlaku diakhirat. Sukses adalah yaitu ketika seorang bertakwa mendapatkan ganjaran surga dan kegagalan adalah para pendosa yang kemudian merasakan azab akibat perbuatannya. Dengan begitu sebesar apapun kesulitan yang dihadapi didunia seorang muslim akan terus merasa optimis, terus bersemangat dan kemudian pantang menyerah.

Masalah Pendidikan dan Pengangguran


Jika anda mau memperhatikan atau pernah membaca berita dikoran, Televisi ataupun media lainnya atau barangkali anda melihat langsung lingkungan sekitar anda ada banyak orang sukses dalam berbisnis ternyata adalah seorang yang tidak mengenyam pendidikan menengah atau cuman lulus Sekolah Dasar. Jika anda tidak percaya dengan pernyataan saya jika anda membuka internet lalu ketik www.google.com coba anda cari berita yang berhubungan dengan lulusan SD jadi bos, lulusan sarjana jadi karyawan bahkan pengangguran. Untuk rangkuman beritanya klik disini .


Ternyata saya setelah membaca berita tersebut kita dapat mengambil sebuah kesimpulan. Yaitu kebanyakan yang jadi wirausahawan diindonesia ini adalah ternyata kebanyakan orang-orang yang hanya pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar. Bahkan bisa jadi tidak lulus Sekolah Dasar juga ada.  Dan kebanyakan para wirausahawan diindonesia usaha kelas kecil dan menengah adalah lulusan Sekolah Dasar. kemudian peringkat kedua lulusan SLTP kemudian diperingkat ketiga adalah lulusan SMA diikuti paling buruk peringkatnya adalah lulusan sarjana. Kesimpulannya semakin tinggi pendidikan malah semakin manja orangnya. Karena kerja hanya mau "ndompleng" alias ngikutin orang lain atau status buruh /karyawan. Tidak mau ambil pusing jadi seorang pengusaha atau seorang wirausahawan yang mendirikan sebuah usaha sendiri  dengan alasan yang macam-macam padahal pendidikannya kelas intelek. Seharusnya intelek sarjana lebih pandai mendirikan usaha sendiri daripada yang pendidikannya lebih rendah karena mengingat ilmunya juga yang didapat harusnya lebih banyak. Akan tetapi lihatlah sendiri kenyataannya.


Mau jadi apa negri kita ini kira-kira 10, 20, atau 30 tahun kedepan jika terus begitu. Secara kasar saya dapat menyimpulkan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran akan semakin membeludak. Karena terbatasnya lapangan pekerjaan, tetapi tidak seimbang dengan jumlah para pencari kerja yang setiap tahun terus meningkat. Tidak seimbang dengan sumber lapangan pekerjaan yang ada dan terbatasnya para pelaku usaha (wirausahawan). Padahal semua itu dapat dituntaskan dengan berwirausaha. Dengan berwirausaha kita bisa ikut membantu pemerintah mengentaskan masalah pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia. Apalagi dengan berwirausaha akan ada rasa kepuasan bathin tersendiri dalam bekerja. Dari sisi kebebasan dan inovasi mudah kita kembangkan sendiri daripada kita jadi karyawan tentu saja kebebasan mengelola usaha adalah terbatas oleh peraturan pimpinan.


Jika anda memperhatikan dengan seksama berita tersebut diatas,  memang benar-benar tidak tanggung-tanggung angka pengangguran lulusan sarjana diindonesia.  Semakin tahun ternyata semakin meningkat tajam. Menurut berita  Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan angka pengangguran mencapai 4,1 juta (21,2 persen) dari jumlah angkatan kerja sebanyak 21,2 juta pada 2011. Dari jumlah tersebut, separuhnya adalah lulusan diploma dan sarjana. Apakah arti dibalik semua ini? Ternyata saya dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa ternyata pendidikan diindonesia ini telah gagal total karena ternyata semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula menghasilkan manusia pengangguran. 


Barangkali salah satu sebabnya adalah mungkin semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula gengsinya sehingga tidak mau bekerja keras istilahnya adalah “setelah lulus sekolah harus dapat pekerjaan orang berdasi” alias maunya pada mau enak-enakan kerja dikantoran gaji gede kerjaan ringan. Padahal orang itu kalau mau sukses ya kerja keras dan pantang menyerah. Tak ada cerita orang duduk enak-enakan tidak pernah merasa pusing menghadapi berbagai kesulitan dan pahitnya kegagalan bisa sukses. 


Pantaslah kemana-mana nyari kerjaan gak dapat-dapat karena lapangan pekerjaan semakin sempit sementara setiap tahun pencari kerja membeludak. Salah satu solusi dari semua itu adalah dengan berwirausaha. Seorang wirausahawan biasanya mempunyai karakter pekerja keras, tekun, tidak mengenal gengsi, dan pantang menyerah. Sementara mental para lulusan intelek diindonesia adalah mental gengsi dan manja yang tentu saja sangat berlawanan dengan karakter seorang sukses atau wirausahawan. Setelah lulus yang dipikirkan hanya mencari pekerjaan bukannya mendirikan sebuah lapangan pekerjaan. Itulah sebab mengapa angka pengangguran diindonesia ini meningkat. Yaitu karena sedikitnya lapangan pekerjaan dan wirasusahawan tetapi angka peledakan pencari kerja sangat memprihatinkan karena jika kita mau mengamati tiap tahun diindonesia ini ada ratusan ribu lulusan sarjana / intelek keluar dari “kandang”nya ( lulus sekolah) menuju “alam bebas “ mencari penghidupan. 


FAKTOR KEGAGALAN HIDUP


 Kembali kepada permasalahan awal yaitu kenapa banyak orang gagal dalam menghadapi persaingan hidup? dan malah malah sampai bunuh diri sebagai puncak pelampiasaanya karena tidak bisa menahan rasa stres atau frustasinya. Dalam pembahasan ini saya hanya akan mengemukaan faktor-faktor yang umum saja sedangkan faktor lainnya yang khusus kita jelaskan dilain waktu, insyaAllah.


Faktor Pertama sebagai Jawaban pertanyaan diatas adalah karena banyak manusia sudah lupa dengan yang Maha Kuasa, yang memberi kesuksesan itu alias lupa kepada Allah SWT sehingga hidupnya terasa gersang dan sempit padahal dunia ini tak seluas daun talas. Banyak orang berlomba-lomba dalam urusan dunia sampai tidak mau tahu dari jalan mana ia dapat entah diperbolehkan agama atau tidak. Sementara untuk urusan kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat banyak manusia malah meremehkannya bahkan tidak memperdulikannya sama sekali. Seakan-akan memandang dunia ini sebagai tempat tujuan hidup padahal suatu saat setiap manusia itu akan mati. Lihatkah kehidupan persaingan yang sangat keras diperkotaan banyak gedung-gedung megah tinggi menjulang sementara disampingnya banyak pemukiman kumuh milik orang fakir miskin yang tidak dipedulikan bahkan dianggap “sampah yang terbuang” oleh sebagian besar manusia diperkotaan yang sudah mati rasa hatinya.

Itulah hasil kesuksesan pembangunan yang tidak diiringi dengan pembangunan keimanan / ketakwaan hasilnya adalah kesenjangan sosial yang memprihatinkan dan penyakit materialisme dan individualisme yang sudah sangat akut. Karena banyak yang telah menganggap uang sebagai tuhan dengan anggapan apa saja bisa dibeli dengan uang. Dan kita telah melihat kenyataanya yaitu di indonesia ini hukum bisa dijual beli. Para koruptor bisa bebas sesuka hati dan maling ayam tewas digebuki, itu semua adalah persoalan punya duit atau tidak.


Padahal orang seperti itu telah lupa hal sepele yaitu mati tidak bisa dijual beli. Dan juga siksaan neraka tidak bisa ditebus dengan apapun, bahkan seandainya orang punya emas bumipun jika digunakan untuk tebusan pembebasan siksa akhirat di neraka, maka tak akan pernah diterima oleh Allah Yang Maha Kaya , Maha Bijaksana Dan Maha Adil. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an, Allah Ta’ala berfirman,

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mereka mati tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak itu). Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong." 

(Q.S. Ali ‘Imran/3: 91)

Ingatlah sebuah nasehat yang sangat bijak dari nabi Muhammad saw yaitu “barangsiapa yang mengingat Allah SWT diwaktu lapang niscaya Allah akan mengingatnya diwaktu sempit”. Artinya adalah ketika kita sedang dalam keadaan lapang kesehatan dan rejekinya kita banyak bersyukur kepada Allah diriingi dengan amal shalih yang banyak niscaya Allah akan membantu kita disaat kita susah. Kita tahu sendiri keadaan manusia jaman sekarang. Ketika banyak harta banyak yang menemani tetapi ketika kita sedang kesulitan mereka semua menjauhi. Maka jika siapa lagi yang akan menolong kita pada saat kita seperti itu kalau bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu tidak salah jika kita diharuskan bersyukut dan beramal shalih saat kita sedang dilapangkan rejekinya agar ketika kita susah Allah akan menolong kita. Itulah kesuksesan yang diiringi dengan takwa. Hasilnya juga tidak hanya dinikmati diri sendiri tetapi juga orang disekitarnya. Tidak hanya sukses dunia tetapi juga sukses akhirat. Siapakah yang tidak menginginkan kehidupan seperti itu?


Faktor yang kedua penyebab kegagalan hidup adalah karena penyakit mudah putus asa karena sebuah kegagalan. Itulah yang terjadi pada zaman sekarang ini orang mudah putus asa dengan satu usaha percobaan sehingga dia menunda kesuksesan pada percobaan yang berikutnya. Atau malah membuang kesuksesan itu karena tidak mau mencobanya sekali lagi dan sekali lagi kegagalan itu. Banyak orang sekarang itu takut mendirikan usaha sendiri dengan alasan takut bangkrut. Hal itu sungguh pernyataan salah dan tidak beralasan. Apalagi mental seperti itu adalah mental seorang pecundang yaitu kalah sebelum bertanding.


Sebagai sebuah motivasi untuk kita semua marilah kita kembali mengingat masa lalu kita. Yaitu ketika kita masih bayi digendong kemudian belajar merangkak setelah merangkak kemudian belajar berjalan. Belajar berjalan ternyata tidak semudah yang dibayangkan bayi selalu terjatuh berkali-kali ketika sedang belajar berjalan. Tetapi kita waktu itu tidak pernah menyerah untuk bisa berjalan. Sehingga telah terlihat hasilnya yaitu sampai sekarang kita telah bisa kemana-mana dengan berjalan kaki dan melakukan berbagai aktivitas dengan bantuan kaki. Coba kita menyerah sejak bayi. Sekali jatuh langsung tidak mau belajar berjalan lagi tentu saja mungkin barangkali kita tidak akan pernah bisa berjalan dengan kaki meskipun mempunyai kaki. Dapatkah anda mengambil kesimpulannya?. Kesimpulannya adalah pantang menyerah dan terus bangkit dari kegagalan adalah salah satu faktor kesuksesan kita.


Untuk lebih jelasnya kita dapat mengambil contoh seorang anak yang belajar bersepeda, dia akan terjatuh berkali-kali sampai dia bisa bersepeda dengan lancar. Jika sekali saja belajar lalu terjatuh dan takut untuk mencobanya lagi maka anak seperti itu tidak akan pernah bisa bersepeda roda dua. Hanya bisa menaiki sepeda roda tiga seumur hidupnya. Aliasnya hidupnya tidak pernah berkembang sama sekali bisa dibilang gagal karena tidak mau merasakan pahitnya kegagalan.


Faktor yang ketiga, Gengsi yang dituruti. Faktor yang ketiga ini memang cukup komplek untuk dijelaskan. Karena dijaman globalisasi ini banyak alasan dilakukan untuk gengsi. bahkan sampai rela menghambur-hamburkan duit banyak sekedar untuk memuaskan gengsi. Penyakit gengsi secara kasar dapat digambarkan sebagai penyakit  tukang pamer dalam bahasa kita dalam agama islam kita mengenal penyakit riya'. Penyakit gengsi dan riya' adalah dua saudara kembar yang sulit dibedakan. Penyakit ini selalu mengajak pengidapnya untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu biar dianggap wah oleh orang sekitarnya. Misalnya membeli Hape kelas terbaru supaya dianggap gaul oleh temannya, membeli mobil supaya dipandang orang kaya oleh orang lain padahal mobil kredit. Untuk sekelas anak sekarang sifat gengsi ini yang terlihat jelas adalah malu ke sekolah jalan kaki lalu pakai motor padahal jarak kesekolah cuman beberapa meter dari rumahnya. Untuk kelas para konsumtif maka dia akan selalu membeli produk dari luar negri biar dibilang up to date  alias tidak ketinggalan jaman. Padahal produk dalam negri bisa jadi harga lebih murah dan berkualitas, manfaat lainnya adalah membantu perekonomian rakyat kecil kelas pedagang. 


Itulah sifat gengsi. Sifat ini adalah sifat jelek yang sulit dihilangkan dalam benak masyarakat kita sekarang ini. Apalagi pengaruh budaya barat kian mendominasi gaya hidup masyarakat kita sekarang. Yang sifatnya serba konsumtif (boros) dan glamour alias gaya hidup ngawur.  Apalagi yang tiap hari santapannya sinetron dan lauknya iklan televisi. Tentu saja gaya hidupnya akan lebih parah daripada yang tidak nonton sinetron. Seseorang yang tiap hari nonton sinetron maka secara sadar atau tidak orang itu akan mengikuti gaya hidup para artis sinetron atau bintang iklan. Sehingga kehidupannya menjadi boros, konsumtif dan gampang diakali orang lain. 


 Penonton sendiri tidak sadar kalau dibohongi kaum kapitalis. Mereka mempengaruhi masyarakat untuk menguntungkan produknya sendiri dengan berbagai cara misalnya dengan tayangan iklan televisi. Padahal namanya saja iklan. Tentu saja banyak kebohongannya dalam menayangkan produknya. Karena prinsip mereka yang penting masyarakat terbujuk untuk membeli produk mereka dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan menyihir  para penonton dengan pesona bintang iklan televisi sehingga cepat atau lambat penonton akan tertarik untuk membeli produk mereka. Misalnya iklan handphone blackberry yang harganya sekian juta padahal banyak hape yang lebih murah dari itu akan tetapi karena masyarakat telah tersihir bintang iklannya maka masyarakat khususnya kalangan remaja akan mudah terpengaruh untuk membeli produk mereka meskipun mahal sekali. Hal itu barangkali dilakukan untuk sekedar memenuhi gaya gengsi yang disuguhkan oleh bintang iklan televisi itu tadi. Harusnya orang akalnya sehat dapat memilih mana kebutuhan yang lebih penting dan mana kebutuhan yang tidak penting. Orang bijak yang memiliki karakter wirausahawan akan lebih memilih membeli barang bermanfaat misalnya membeli buku pengetahuan untuk menambah keilmuan atau ditabung daripada membeli barang yang fungsinya tidak terlalu berguna. Hape kan sebenarnya fungsi utamanya adalah untuk menelpon dan sms. Tetapi karena jaman telah maju fungsinya sudah banyak berubah salah satunya adalah sebagai media hiburan, chatingan, fesbukan dan sebagainya. Maka tak ada yang memegang hape sekarang ini kecuali sebagian besar waktunya untuk bersia-sia memijit-mijit tombol hape berjam-jam yang tidak jelas bermanfaat atau tidak. Bisa dibilang jaman sekarang manusia sudah jadi budak teknologi yang radikal. Karena dampaknya juga sudah sangat terlihat jelas yaitu perilaku kriminal dan kebodohan massal telah terjadi pada masyarakat dewasa ini. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh negatif perkembangan teknologi.
Terlebih lagi, masyarakat dewasa ini tidak mau ambil pusing dengan apa yang mereka tonton itu termasuk pendidikan yang membangun atau merusak moral anak-anaknya. Karena kita banyak melihat tayangan televisi jaman sekarang adalah tayangan berbau semi cabul dan glamouristik. Misalnya tayangan sinetron abg yang berbau pacaran dan kenakalan-kenakalan remaja.  Tentu saja anak-anak remaja pemikirannya masih belum stabil sehingga apa saja yang kelihatannya menarik maka gampang saja ditiru. Tidak pikir panjang apa sebab dan akibatnya. Maka tindakan kriminal dan kenakalan anak muda sekarang ini tidak lain juga faktornya dari racun televisi. Atau sinetron dewasa yang isinya temanya rebutan warisan atau selingkah selingkuh. Sungguh hal itu akan memperkeruh pemikiran para penonton. Sehingga tidak jarang pula adegan kriminal yang dilakukan orang kadang mirip sekali adegan sinetron karena barangkali awal mula inspirasinya dari situ. Itulah dampak tontonan yang menjadi tuntunan. 

Kembali kepada masalah gengsi. Sifat gengsi adalah penyakit berbahaya dalam kehidupan. Karena sifat ini akan melahirkan juga sifat malas dan manja dan sifat angkuh bin takabur (sombong). Misalnya setelah lulus kuliah maunya kerja jadi orang kantoran. Padahal  pekerjaan kantoran sudah penuh diisi orang. Solusinya adalah  misalnya berdagang tetapi karena penyakit gengsi maka seorang  sarjana akan malu untuk berdagang padahal berdagang adalah pekerjaan halal, jika objek dan asal jualannya halal. Jadi kenapa harus malu. Barangkali dia menganggap dirinya orang intelek yang seharusnya duduk dilingkungan kerja orang berdasi, tidak duduk bersama orang pasar karena barangkali menganggap orang-orang yang dipasar adalah semuanya orang kampungan yang berpendidikan rendah. Sedangkan dirinya adalah seorang sarjana. Lalu bagaimana orang seperti ini mau maju sementara sifat gengsi telah merasukinya!. Orang seperti ini tidak akan pernah jadi pengusaha sukses karena seorang pengusaha sukses biasanya banyak pengalaman dalam dunia usaha, pengalaman bergaul dengan siapa saja baik awam, intelek, kaya maupun miskin dan sifatnya adalah supel (gampang menyesuaikan) dan seorang pekerja keras lagi pantang menyerah. Biar bagaimanapun walaupun dia merasa sombong dengan menganggap dia sendiri lulusan intelek terpelajar tapi orang ini melupakan satu hal yaitu pengalaman hidup dilapangan usaha tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan seorang pedagang bakso keliling sekalipun. Mengingat baru lulus sekolah saja sudah belagu. Padahal lingkungan sekolah bisa jadi berlawanan situasinya dengan lingkungan dunia usaha. Pemikiran dilingkungan sekolah bisa jadi adalah pemikiran teori serba instan akan tetapi lingkungan dunia kerja adalah lingkungan yang tidak hanya menuntut kelimuan dan keahlian tetapi juga pengalaman untuk terjun dalam bidang tertentu. Inilah satu hal yang tidak dimiliki "anak kemaren sore" itu /  sarjana yang baru lulus dari kuliah.

Sebenarnya ada banyak peluang pekerjaan dimuka bumi ini, tidak hanya terbatas pada urusan kantoran atau businesman saja. Salah satunya pedagang. Dari dagang kue,cabe, mie, batu bata, saham sampai properti. Atau menjadi seorang peternak, montir radio, montir motor, atau menjadi ahli perkebunan. 



Sebagai pelajaran untuk kita marilah kita ingat kisah abdurrahman bin auf. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad saw yang sukses dalam berbisnis atau seorang sudagar kaya raya, namun tidak mengenal apa itu gengsi. Beliau pernah ditawari jabatan pemerintahan saat itu. Tetapi apa jawab abdurrahman bin auf? . Dia kaya tapi tidak gila kekuasaan seperti orang saat ini. Dengan hartanya dia membeli suara rakyat, suara umat dengan cara nyogok, dengan cara nyuap dan politik uang. Ketika Abdurrahman ditawarkan menjadi khalifah, dia katakan apa? “Lebih baik engkau berikan pisau kepadaku, taruh di leher, tusuk sampai tembus ke sebelahnya. Sesungguhnya jabatan itu tidak aku inginkan. Beliau malah hanya meminta ditunjukan dimana pasar kemudian kembali berdagang disitu. Benar-benar seorang yang berkarakter luar biasa. 


Saya memang tidak heran kenapa berdagang lebih dihindari daripada jadi orang kantoran untuk manusia jaman sekarang. Karena sejak kecil barangkali kita dididik untuk menjadi konsumen bukan sebagi produsen, dididik menjadi seorang manja yang tidak mengenal kerja keras bukan dididik menjadi seorang pekerja keras yang ulet. Sehingga sifat gengsilah yang kemudian tumbuh dalam benak kita kemudian mendarah daging menjadi karakter seorang pecundang. Maunya kerja enak dan dapet duit banyak. Sementara dia sendiri tak mau merasakan pahitnya orang kerja keras dan pahitnya kesulitan hidup. Padahal seorang sukses berawal dari sebuah kesulitan kemudian menjadi pembelajaran hidup untuk kemudian bangkit menjadi seorang pengusaha yang ulet yang bisa mengatasi kesulitan hidupnya. 


Memang tidak ada yang bisa menjamin kesuksesan pada kita, kecuali Allah yang  Maha Berkehendak. Tapi berdagang atau bertani dan berternak tak ada salahnya, daripada nganggur. Atau anda akan mendapatkan julukan pepatah "Besar gengsi daripada pendapatan".


Kita tidak akan membahas lebih jauh tentang penyakit gengsi ini. Tetapi penyakit gengsi ini adalah penghambat munculnya sebuah kreativitas dan kerja keras untuk mencapai sebuah usaha. Orang yang mempunyai sifat gengsi hanya mau sukses tapi tidak mau bekerja keras dan usaha yang tidak sedikit menghabiskan tenaga dan biaya. Pemikiran gengsi adalah pemikiran bagaimana seseorang mau sukses dengan cara instan.


Penutup


Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan. Yang pasti tawakal kepada Allah itu yang paling utama dan pantang menyerah adalah faktor pentingnya dalam membangun sebuah kesuksesan hidup dalam berbagai hal. Saya akan membawakan satu syair yang barangkali berguna untuk kita semua yang menginginkan sebuah kesuksesan tanpa batas :


Jangan takut musuh ketika perang

Jangan takut kalah jika ingin menang

jangan takut ombak jika mau berlayar
jangan takut gagal jika menginginkan usaha lancar

Jangan takut kotor jika ingin menanam benih tanaman .

Jangan gengsi jika ingin sebuah keberhasilan.

Pepatah saya diatas dapat diartikan kunci keberhasilan adalah tidak mudah putus asa, tidak gengsi dan tidak takut mengalami kegagalan dan memerlukan sebuah ketekunan untuk sebuah keberhasilan.

Inilah hidup segalanya perlu usaha tidak ada yang instan. Pemikiran serba instan dan tidak mau berusaha dan membesarkan gengsi adalah pemikiran seorang yang gagal selamanya. Bahkan bisa gagal diakhirat, alias masuk neraka karena sifat manja. Karena sifat tersebut biasanya hanya akan membuat orang bermental pengecut, munafik dan culas. Naudzubillah.