Minggu, 31 Januari 2016

Kisah Islam : Tukang sapu jadi miliuner.

Oleh : Rahma Nur Faizah

Kisah ini terjadi waktu Musim haji tahun 2012 lalu, seperti yang diangkat di koran al-Sabaq terbiatan Saudi Arabia tanggal 17 Dzhuhjjah lalu (02/11/2012).
Syahdan, seorang pria bernama Marimir Husain Jihar tengah menyapu jalanan kota Mekkah yang penuh debu. Ia. membersihkan jalanan kota suci ini dari kotoran dan sampah-sampah yang dibuang manusia atau yang diterbangkan angin sepanjang waktu.
Sudah 5 tahun, pekerja imigran asal Bangladesh itu melakoni pekerjaan bersahaja tersebut, pekerjaan yang dipandang sebelah mata orang orang lain. Di Arab Saudi, orang Bangladehs sering disebut sebagai "Benggali". Orang Indonesia pun memanggil mereka dengan sebutan demikian.

Rekan-rekan sekerja Marimir tidak pernah tahu asal-usul marimir, sebab ada ratusan ribu (atau mungkin jutaan) orang Benggali yang menjadi buruh kasar di negeri Haramain ini.
Sampai pada suatu hari di musim haji 2012. Ketika Marimir asyik menyapu jalanan di sekitar wilayah Tan'im, tempat di mana orang-orang akan memulai (miqat) ihram untuk Umrah, suatu kejadian tak terduga terjadi.

Seorang pria tua berteriak dari seberang jalan memanggil nama Marimir. Pria itu berpakaian Ihram, terlihat hendak melaksanakan ihram untuk Umrah. Dari postur tubuhnya, pria tua itu jelas berkebangsaan Bangladeh.
"Marimir…! Marimir…! Marimir….!" Teriak pria tua berkali-kali dari seberang jalan. Namun karena banyaknya manusia dan lalu linta yang sibuk, Marimir tidak mendengarnya.
"Marimir…! Marimir…! Marimir…!" Pria tua itu kembali berteriak. Kali ini ia berlari ke arah Marimir menghadang jalan.
Aksi pria tua itu mengundang perhatian banyak orang di Tan'im, termasuk dari rekan-rekan pria tua itu sendiri. Mereka heran, bagaimana ia mengenali seorang penyapu jalan di kota suci ini.
Tanpa peduli, ia terus berlari tanpa menghiraukan mobil-mobil yang melaju kencang. Orang-orang berteriak memperingatkannya, karena aksinya itu mengganggu lalu lintas.

"Marimir…!". Ujar si pria tua tanpa henti.
Kali ini Marimir mendengar. Ia menoleh, dilhatnya seorang yang sudah tua berlari ke arahnya. Ia pun heran, dari mana orang itu mengetahui namanya.
Pria itu semakin mendekat. Dan semakin dekat. Ketika sudah jelas baginya siapa yang datang, ia pun terperangah. Alangkah kagetnya Marimir, ia seakan tak percaya apa yang dilihatnya.
Ternyata pria tua itu adalah abang kandungnya sendiri….
Dengan berurai air mata, si pria tua itu menghampiri Marimir yang penuh debu, lantas ia memeluk pemuda itu dengan erat sambil menangis.
Aksi jemaah haji tersebut mengundang perhatian banyak orang. Meski tidak mengerti, mereka mengabadikan momen penuh haru itu dengan kamera. Setelah itu, si pria tua bercerita kepada orang-orang yang mengitari mereka penuh keharuan.

Ia menceritakan bahwa tukang sapu itu adalah adik kandungnya sendiri, mereka adalah dua bersaudara yang sudah lebih 5 tahun tidak bertemu.

Kisah perpisahan mereka dimulai ketika orangtua mereka meninggal dunia beberapa tahun sebelumnya. Ayah mereka meninggalkan harta warisan yang sangat banyak, mencapai 17 juta Riyal (sekarang sekitar Rp. 62 Milyar jika dikonversikan dengan kurs saat ini).

Bagaimana tidak, keluarganya adalah keturunan bangsawan, dan salah satu kakek mereka adalah mantan menteri di Bangladesh.

Tapi saudara tuanya itu berbuat serakah. Ia tidak mau membagi harta peninggalan itu dengan adiknya. Beberapa kali si adik meminta pembagian warisan, tapi ia tidak mau. Bahkan, sang adik pernah dijebloskannya ke penjara karena menuntut haknya!

Karena putus asa, akhirnya sang adik pergi meninggalkan Bangladeh. Ia pun menjadi pekerja imigran di Arab Saudi. Hingga bertahun-tahun lamanya. 5 tahun terakhir, ia menjadi tukang sapu di Mekkah.
Selepas kepergian adiknya itu, saudara tuanya pun diserang penyakit kanker ganas.
"Ini hukuman Allah atas kezaliman saya…". Kenang haji tua itu sambil menangis. Dan sejak itulah ia insyaf atas perbuatan serakahnya.
Bertahun-tahun pula lamanya, ia berusaha mencari jejak sang adik. Ia bertanya kepada kawan-kawan adiknya, tapi tak satu pun yang tahu. Ia pun sudah membuat sayembara, siapa yang mengetahui alamat adiknya akan diberi imbalan yang besar.

Namun kabar tak kunjung datang. Sang adik entah di mana rimbanya. Sementara penyakitnya semakin parah, hingga ia mengira umurnya takkan lama lagi.

Hingga datang musim haji tahun 2012. Ketika ia hendak pulang ke tanah air, ia pun melaksanakan umrah terlebih dahulu. Ia bersama rombongannya pun berangkat ke Tan'im, miqat di mana orang Mekkah memulai umrah.

Dan di sanalah keajaiban itu terjadi. Di tempat inilah Allah Swt mempertemukannya dengan adiknya yang selama ini ia cari. Dilihatnya seorang pria muda tengah menyapu jalanan, dan ternyata itu adalah saudara kandungnya.

Saat pertemuan itu, saudara tua itu meminta maaf kepada sang adik atas kezalimannya selama ini. Karena keserakahannya, sang adik hidup sengsara dan terlunta-lunta sebagai tukang sapu di negeri orang.
Ia pun mengajak adiknya pulang. Ia sudah membagi harta peninggalan orangtua mereka seadil-adilnya. Bagian untuk sang adik sudah ia sisihkan, dan akan ia berikan tanpa mengambilnya sedikitpun, jumlahnya milyaran rupiah ditambah properti yang sangat banyak.

Di tempat yang suci itu, sang adik memaafkan abangnya. Ia sama sekali tidak menaruh dendam. Bahkan dirinya merasa bahagia bisa tinggal di tanah suci ini. Di sini, ia menghabiskan waktu untuk bekerja dan menghafal al-Qur'an.
Kepada hadirin yang berkerumun di sekitar mereka, tukang sapu yang jadi milyuner itu mengatakan: "Sungguh ini merupakan pelajaran yang besar dalam hidup saya. Saya sudah merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang teraniaya.

Karena itu, saya berjanji tidak akan menganiaya siapa pun. Allah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya, dan diharamkannya kezaliman itu atas hamba-hambaNya".
Marimir Husain berpelukan dengan saudara kandungnya yang telah insyaf .
Kisah mengharukan itu menjadi buah bibir jemaah haji. Seorang penjual makanan cepat saji di kota Mekkah mengatakan kepada wartawan Sabg:
"Saya sering bersedekah makanan kepada tukang sapu itu, tanpa saya pernah tahu ternyata dia adalah seorang milyuner".

Semoga kita menjadi orang sabar supaya beruntung dunia-akhirat. Amien

Source: sriwijaya pos magazine



Sabtu, 30 Januari 2016

Kisah Umar ra. Teladan pemimpin yang bijaksana

Oleh : Rahmah Nur Faizah

Pada suatu malam, khalifah Umar bin Khathab keluar dari rumahnya. Dia berjalan menyusuri pinggiran kota Madinah. Begitulah kebiasaan pemim­pin kaum muslimin itu. Setiap malam, dia selalu menyempatkan diri berkeliling dari satu kampung ke kampung yang lain untuk memastikan bahwa seluruh rakyatnya dalam keadaan tercukupi segala kebutuhannya.

Umar bin Khathab berjalan dan terus berjalaa. Langit yang cerah sebagai atapnya. Di sana, kelap- kelip bintang seolah menjadi saksi atas apa-apa yang dilakukan khalifah kedua itu. Ternyata, langkah sang khalifah semakin jauh meninggalkan rumahnya, hingga tiba di sebuah gurun yang sangat sepi sekali. Di sana, dia melihat sebuah tenda yang masih ada tanda-tanda kehidupan. Ke sanalah khalifah Umar melangkah.

Setelah kian dekat, Umar bin Khathab dapat melihat seorang lelaki sedang duduk di luar sebuah tenda. Raut muka lelaki tersebut tampak gelisah. Sementara itu, dari dalam tenda terdengar sebuah erangan. Rupanya istri si lelaki itu akan melahirkan. Umar berpikir, pastilah lelaki Badui itu sangat khawatir terhadap keselamatan istrinya. Apalagi tidak ada orang lain selain hanya mereka berdua.

Maka, Umar pun segera berbalik arah. Dia ber­jalan cepat supaya lekas sampai di rumah. Sesampai di rumah, dia segera menemui istrinya, ummi Kultsum bin Abi Thalib.

"Ada apa wahai Amirul Mukminin? Kenapa engkau tampak begitu gelisah?"

"Wahai istriku, ada kesempatan mulia dari Allah untukmu, maukah engkau ikut denganku?"

"Ya!" jawab Ummu Kultsum dengan muka berbinar.

"Ada seorang Badui pendatang yang hidup di ping­giran kota. Saat ini, istrinya akan melahirkan, tetapi tidak ada orang lain yang menolongnya." kata Umar.

"Kalau begitu, marilah kita segera ke sana!" potong Ummu Kultsum. Ummul mukminin itu segera mempersiapkan segala sesuatu untuk mem­bantu persalinan pendatang itu. Sementara itu, Umar mengambil tepung dan segala perlengkapan untuk memasak. Setelah semua siap, lantas mereka beranjak ke tempat orang Badui itu. Dengan sedikit tergesa, mereka pergi menuju tenda pendatang tadi. Tak lama berselang, mereka pun telah sampai.

Sesampainya di tenda milik Badui tadi, Ummul mukminin segera minta izin masuk untuk mem­bantu persalinan. Sementara itu, Umar langsung mempersiapkan tempat memasak. Dia membuat adonan kemudian mengukusnya. Semua itu dila­kukannya seorang diri dengan cekatan.

Laki-laki Badui yang semula kebingungan itu menjadi tenang. Diam-diam, dia memperhatikan kedua tamunya yang misterius itu. Dalam hati, dia sangat bersyukur. Di tengah padang pasir yang gersang itu masih ada yang peduli dengannya. Dia pun berpikir kalau orang itu lebih pantas menjadi khalifah daripada Umar. Dia tidak tahu kalau dia adalah Umar bin Khathab, khalifah yang sangat perhatian kepada seluruh rakyatnya.

Tak berapa lama dari dalam tenda terdengar suara lengkingan tangis bayi. Rupanya istri si Badui itu telah melahirkan. Laki-laki Badui yang sejak tadi berdiri gelisah di depan tenda, pun menjadi lega. Raut mukanya terlihat bahagia.

"Wahai Amirul mukminin, katakan kepada sahabatmu itu kalau istrinya telah melahirkan seorang bayi laki-laki dengan selamat." Tiba-tiba dari dalam tenda, terdengar Ummul mukminin berteriak. Spontan saja dia menyebut Umar dengan panggilan 'Amirul mukminin'. Dia tidak sadar kalau tadi telah bersepakat akan menyembunyikan identitas mereka supaya si Badui merasa nyaman.

Mendengar sebutan itu, si Badui tampak terkejut. Dia mundur beberapa langkah. Dia sungguh tidak menyangka kalau laki-laki tamunya itu ternyata Amirul Mukmrnin, sang khalifah. Rasa bangga, malu, sekaligus takut, bercampur menjadi satu. Se­mentara itu, Umar yang melihat perubahan pada si laki-laki Badui itu segera menenangkannya.

"Tenanglah wahai saudaraku. Aku itu tak lebih hanya sebagai saudaramu!" kata Umar lembut. Dia terus memasak roti itu sampai matang. Setelah dira­sanya matang, dia memberikannya kepada Ummu Kultsum supaya istri si Badui itu makan.

"Sekarang lekaslah engkau makan, wahai saudaraku! Aku y akin, pastilah engkau juga lapar" tawar Umar.

Sejenak, laki-laki Badui itu terlihat ragu. Tapi perutnya tidak mau diajak kompromi. Akhirnya, dia pun memberanikan diri untuk makan roti yang telah dimasakkan oleh khalifahnya.

Setelah semuanya beres, Umar dan Ummu Kultsum pun mohon diri. Khalifah Umar telah menempatkan diri sebagai seorang pemimpin yang sa­ngat peduli terhadap keadaan rakyatnya. Bahkan, dia pernah berkata bahwa kalau rakyatnya lapar, maka dialah orang yang pertama kali akan kelaparan. Kalau rakyatnya susah, maka dialah orang yang per­tama kali menanggung kesusahan.

Wahai saudaraku apa yang dicontohkan umar bin khatab sangat berbeda dengan keadaan pemimpin dijaman sekarang ini. Dijaman jahiliyah modern ini pemimpin cenderung memperkaya diri dibandingkan mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Berebut jabatan dengan menghalalkan segala cara. Belum lagi korupsi dinegri ini yang makin menjadi-jadi. Kalau pemimpin sekarang perutnya kekenyangan memakan harta yang haram rakyatnya dibiarkan kelaparan. Pemimpin sekarang menindas rakyat beserta aparaturnya suka menggerogoti darah rakyat jelata. Kita dibebani pajak yg macam-macam untuk dikorupsi bukan untuk membangun negara. Contoh kecil saja yang sering kita lihat yaitu polisi lalu lintas yang mencari-cari kesalahan pengendara untuk membayar denda tapi kebanyakan masuk kantong mereka sendiri. Naudzubillah. Padahal setiap perbuatan pasti ada pertanggungan jawab diakhirat kelak. Menyia-nyiakan amanah adalah ciri orang munafik yang besar sekali dosanya. Semoga negri ini segera berbenah sebelum azab Nya turun dari langit membinasakan yang berdosa dan yang tidak berdosa pun merasakan dampaknya

Semoga pemimpin kita bisa meneladani umar bin khotob ra.
Khalifah yang dijanjikan masuk surga.

Pustaka : abatasadotcom

ISLAM AGAMA PERADABAN ANTI TEROR

Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi

Jika orang melihat Islam hanya sebagai agama, kesan yang pertama dibenaknya adalah doktrin, dogma, syariat atau ajaran halal-haram. Dalam persepsi orang sekuler, dogma akan dibarengi dengan fanatisme, fanatisme berarti ekslusifisme yang akan membawa kekerasan dan bahkan terorisme. Untuk orang yang berfikiran seperti ini Islam perlu ditampilkan sebagai agama dan sekaligus peradaban.

Islam sebagai peradaban berarti di dalam ajaran Islam terdapat aspek aqidah atau kepercayaan kepada Tuhan, dan syariah meliputi aspek peribadatan pada Tuhan dan tata tertib kehidupan sosial yang diatur oleh hukum. Jadi aqidah dan syariah itu mengandung konsep hubungan antar sesama manusia, sebagai implikasi dari hubungan dengan Tuhan. Semakin baik hubungan seseorang dengan Tuhan semakin baik pula hubungannya dengan manusia.

Jadi Islam bukan agama yang melulu berisi dogma-dogma dan ritual peribadatan, tapi agama yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Maka dari itu ketika Islam diamalkan dalam kehidupan kemasyarakatan ia akan membentuk sistim-sistim kehidupan, seperti ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dan sebagainya. Itulah din al-Islam yang menjadi tamaddun

Tamaddun atau peradaban Islam tentu lahir di tengah kebudayaan lain. Ketika berinteraksi dengan umat, komunitas atau peradaban lain banyak hal yang mungkin terjadi. Pertama, umat Islam yang datang pada peradaban lain akan menawarkan ajaran agama Islam. Ketika tawaran diterima ada aspek kebudayaan itu yang akan tergeser oleh ajaran Islam. Kedua, dengan masuknya Islam ke sebuah kebudayaan atau bangsa lain tentu selain menerima Islam mereka akan mempertahankan tradisi, kultur ataupun kebiasaan mereka masing-masing yang tidak bertentangan dengan Islam. Ketiga, ketika memasuki kebudayaan atau bangsa lain umat Islam akan memanfaatkan apa-apa yang telah mereka capai, oleh sebab itu proses-proses adapsi, asimilasi dan integrasi hal-hal yang berasal dari peradaban lain tidak dapat dihindarkan.

Ketiga kemungkinan di atas dapat dikatakan sebagai proses dan hasil perkembangan peradaban Islam. Prosesnya oleh al-Attas disebut Islamisasi dan hasilnya adalah peradaban Islam. Islamisasi adalah pembebasan masyarakat dari tradisi kultural bersifat magis, mitologis, animistis and etnis yang tidak sesuai dengan Islam. Dan juga pembebasan pikiran dan bahasa manusia dari kontrol paham sekuler, yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Jadi Islamisasi adalah mengembalikan manusia kepada fitrah atau naluri aslinya.

Hasil dari proses itu adalah apa yang dapat disebut sebagai peradaban Islam. Peradaban Islam adalah "Peradaban yang muncul dari berbagai kultur umat Islam di dunia, sebagai hasil dari penyerapan mereka terhadap din Islam dan dari sesuatu yang mereka lahirkan dari hasil penyerapan itu. (SMN.Al-Attas, Historical Fact and Fiction, UTM-CASIS, Kuala Lumpur, 2011, xv). Sudah tentu disini tidak berlaku inkulturasi atau akulturalisasi dimana Islam menyesuaikan dengan kultur manapun meskipun itu bertentangan dengan ajaran Islam.

Proses Islamisasi pandangan hidup yang telah terjadi dalam sejarah peradaban Islam diilustrasikan dengan baik oleh al-Attas melalui teorinya tentang Islamisasi pandangan hidup bangsa Melayu. Dalam hal ini al-Attas membagi proses itu menjadi tiga periode. Periode pertama dimulai sejak abad ke 13 dimana Islam masuk ke dunia Melayu melalui penerapan syariah. Maka dari itu Fiqih dan pengamalan Islam secara praktis disaat itu sangat dominan. Konsep Tuhan dalam Islam belum banyak ditekankan sehingga masih kabur, difahami secara samar-samar dan bahkan bertumpang tindih dengan pandagan hidup kuno Hindu-Buddha. Periode kedua, dimulai sejak abad ke 15 hingga akhir abad ke 18. Pada periode ini tasawwuf dan kalam cukup dominan, sehingga konsep fundamental tentang Keesaan Tuhan dijelaskan. Disini pandangan hidup Islam jelas mempengaruhi pandangan hidup bangsa Melayu dengan masuknya istilah dan konsep-konsep Arab kedalam istilah-istilah bahasa Melayu. Periode ketiga proses Islamisasi adalah kelanjutan dari fase kedua. Sebagai hasil dari proses Islamisasi tersebut al-Attas menyimpulkan:

Melalui tasawwuflah masuknya semangat intelektual dan rasional yang tinggi ke dalam pikiran masyarakat waktu itu, ia membangkitkan semangat intelektualisme dan rasionalisme yang tidak wujud pada era pra-Islam… yang merevolusi pandangan hidup bangsa Melayu-Indonesia, mengubahnya dari suatu dunia mitologi yang rapuh.. kepada dunia intelektualisme, dunia akal dan dunia yang teratur; ….dan akhirnya semangat itu mempersiapkan bangsa Melayu-Indonesia, dalam beberapa hal, untuk dunia modern yang akan datang. (Al-Attas, The Mysticism of Hamzah Fansuri. Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1970, hal. 191-192).

Bagaimana konsep dari masa pra-Islam itu berubah oleh karena konsep-konsep dalam pandangan hidup Islam, dicontohkan dengan jelas oleh al-Attas dalam kata "ada" dan "wujud". Kata-kata "ada" (yang berarti menjadi, meng-ada atau sesuatu yang ada) pada masa Pra-Islam telah dipakai dengan prefix ber atau digunakan secara sinonim dengan kata-kata isi. Ia menunjuk suatu kategori wujud atau Being yang terbatas yang sebenarnya bersifat material, kebendaan atau fisik yang meruang dan me-waktu. Namun dengan datangnya Islam, khususnya melalui tasawuf dan kalam, konsep ada itu berubah secara mendalam dan radikal, yang merefleksikan suatu pandangan hidup metafisika Islam yang baru yang dikaitkan dengan konsep al-mawjud, yaitu yang mengejawantah secara zahir tapi juga yang tersembunyi secara batin.( Al-Attas, The Mysticism, hal. 163–169). Demikian pula kata-kata bahasa Arab wujud, yang menunjukkan makna suatu konsep yang abstrak yang sekaligus juga suatu realitas Being atau sesuatu yang ada (being), tidak pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu karena tidak adanya kata-kata yang sesuai.

Selain kedua istilah di atas masih terdapat beberapa istilah dan konsep-konsep kunci yang berasal dari bahasa Arab yang kemudian terserap dalam bahasa Melayu dari sejak abad ke 15 hingga sekarang. Konsep-konsep itu diantaranya adalah roh (ruh), akal ('aql), kalbu (qalb), nafsu (nafs), faham (fahm), jasad (jasad), jisim (jism), jasmani (jusmani), jauhar (jawhar), juz (juz'), kuliah (kulliyah), ilham (ilham), sedar (dari bahasa Arab sadr = dada), fikir (fikr), zikir (dhikr), ilmu ('ilm), yakin (yaqin), shak (shakk), zann (zann), jahil (jahl), alam (alam), pengalaman (dari bahasa Arab: 'alam), sebab (sabab), musabab (musabbab), akibat (aqibah), hikmah (hikmah), adab (adab), martabat (maratib), derajat (darajat), maudu' (maudu'), adil (adl), zalim (zulm), ma'rifat (ma'rifah), ta'rif (ta'rif), hakekat (haqiqah), kertas (qirtas), sharah (sharh), bahas (bahth), hukum, hakim, mahkamah (dari Arab: hukm), murid (murid), tarekh (tarikh), zaman (zaman), awal (awwal), akhir (akhir), sejarah (shajarah), abad ('abad), waktu (waqt), saat (sa'ah), kursi (kursiy), dan banyak lagi lainnya. Penggunaan istilah dan konsep-konsep kunci tersebut telah mengindikasikan adanya perubahan cara pandang bangsa Melayu terhadap banyak hal dalam kehidupan mereka. Karena cara pandang bangsa atau masyarakat (Melayu) didominasi oleh konsep atau cara pandang asing (Islam) maka identitas bangsa dan masyarakat itu akan hilang digantikan oleh konsep dan cara pandang asing (Islam) yang lebih dominan. Demikian pulalah yang terjadi jika konsep dan cara pandang yang dominan adalah Barat.

Penggunaan istilah dan konsep-konsep kunci tersebut telah mengindikasikan adanya perubahan cara pandang bangsa Melayu dan digantikan oleh cara pandang Islam. Teorinya dapat dirumuskan begini jika suatu bangsa atau masyarakat didominasi oleh konsep atau cara pandang asing maka identitas bangsa dan masyarakat itu akan hilang digantikan atau didominasi oleh konsep dan cara pandang asing.

Pembahasan singkat tentang Islamisasi di atas sekedar menunjukkan suatu proses yang tak terlihat dalam tulisan sejarah Melayu, khususnya jika kajiannya terpusat pada aspek politik. Dengan kata lain proses Islamisasi melalui jalur politik dan kekuasaan sejatinya didahului oleh atau disertai dengan Islamisasi pandangan hidup dan konsep-konsep, dan pada tingkat tinggi Islamisasi sistim-sistim.

Dalam edisi ini kajian difokuskan pada kronologi masuknya Islam melalui para saudagar. Sebab Islam datang ke Nusantara tidak dengan sebuah serbuan bala tentara perkasa dengan pedang terhunus. Islam datang melalui perdagangan alias dibawa oleh para saudagar. Sebab Nusantara memang kawasan lalu lintas perdagangan dunia. Para pedagang, pelaut, atau musafir dari berbagai belahan dunia seperti China, Arab, India, Asia Tenggara, Persia, sudah biasa berlalu lalang dikawasan ini. Namun, dari para saudagar itu Islam dibawa masuk ke dalam jantung kekuasaan raja-raja sehingga proses politik menjadi konsekuensi yang tak terelakkan.

Sorotan kajiannya diarahkan pada proses awal masuknya Islam ke Nusantara secara umum, kemudian dilanjutkan dengan kajian tentang pembebasan kawasan Sunda, Jawa dan Sulawesi. Kajian yang belum dilakukan adalah masuknya Islam kedalam kawasan Sumatera dan kawasan lain di Indonesia.

Kajian tentang kapan Islam pertama kali masuk ke Nusantara merupakan wacana yang menarik para sejarawan Melayu. Pendapat yang lebih dapat dipercaya adalah bahwa Islam telah masuk ke Nusantara seawal abad ke-7 Masehi, yakni zaman Khulafa' Rasyidin. Faktanya dari Cina bahwa zaman Dinasti T'ang (618-907 M) yang menyebut orang-orang Ta-Shih (yakni Arab) mengurungkan niat mereka menyerang kerajaan Ho Ling yang diperintah Ratu Sima (674 M). Fakta lain merujuk kepada angka tahun yang terdapat pada batu nisan seorang ulama bernama Syaikh Ruknuddin di Baros, Tapanuli, Sumatera Utara, dimana tertulis tahun 48 Hijriah yakni 670 Masehi. Informasi lain menunjukkan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara melalui Champa (Kamboja dan Vietnam sekarang) sejak zaman Khalifah 'Utsman, yakni sekitar tahun 30 Hijriyah atau 651 Masehi.

Selain sejarah masuknya Islam ke Nusantara asal muasal Islam yang datang ke Nusantara juga menjadi kajian penting di sini. Ada sedikitnya enam kemungkinan dari mana Islam datang. Ada yang mengatakan dari Gujarat, ada pula yang meyakini dari Benggala, jazirah Arab, Persia dan terakhir dari Cina. Dan yang tidak kalah penting adalah siapa yang membawanya apakah para saudagar, para ulama yang berdagang atau siapa. Sebab dengan itu akan diketahui corak Islam yang seperti apa yang pertama kali masuk ke negeri ini. Di tengah kontroversi itu al-Attas membuktikan bahwa Islam dibawa oleh Syaikh Isma'il yang atas perintah Gubernur (Syarif) Mekkah pada sekitar abad ke-9 Masehi. Lebih lanjut tentang kajian bagaimana model da'wah di Nusantara dan apa kekuatan Islam sehingga dapat masuk ke dalam kehidupan bangsa Melayu di Nusantara lihat Dr Syamsuddin Arif, Islam di Nusantara: Historiografi dan Metodologi.

Khusus untuk kawasan Sunda, Islam masuk melalui para pedagang yang diperkirakan pada abad ke-7 M hingga abad ke-11 M. Pada masa itulah kemungkinan bertemunya masyarakat Nusantara dengan para pedagang Muslim dari negara-negara Islam. Tempat-empat persinggahan para pedagang di Tatar Sunda meliputi Banten, Jakarta dan Cirebon. Di Cirebon dipelopori oleh Sunan Gunung Jati, namun lebih awal dari itu pemeluk Islam pertama adalah Bratalegawa. Bratalegawa adalah putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh yang mendapat julukan Haji Baharudin atau disebut juga sebagai Haji Purwa. Bukti lain masuknya Islam ke kawasan Sunda adalah munculnya komunitas Muslim di kawasan pesisir utara Jawa Barat seperti Cirebon, Karawang, dan sekitarnya. Pertanda adanya komunitas Muslim pada abad 11 M bisa dilihat dari dikenalnya nama orang yang disegani dan ditokohkan masyarakat. Nama-nama seperti Syeikh Qura, Kean Santang dan lain lain sudah merupakan pertanda masuknya Islam ke kawasan ini hingga abad ke 13.

Komunitas tersebut kemudian perlahan-lahan berkembang menjadi kekuasaan. Di kawasan Sunda (Tatar Sunda) abad-abad 13 hingga 16 merupakan abad berubahnya komunitas Muslim menjadi kekuatan politik. Di zaman itulah orang mengenal kerajaan Cirebon dan Banten, sementara pada zaman yang sama kekuatan kerajaan Sunda perlahan-lahan telah menunjukkan kemundurannya. Fakta lain yang dapat membuktikan masuknya Islam ke tanah Sunda adalah masuknya prinsip-prinsip Islam kedalam pandangan hidup orang Sunda. Berkembang jargon di tengah masyarakat Sunda Sunda teh Islam, Islam teh Sunda adalah bukti mendarah mendagingnya agama Islam dalam kehidupan mereka. Kondisi masyarakat Sunda seperti ini dalam teori al-Attas telah mengalami proses Islamisasi tahap pertama menuju tahap kedua, yaitu tahap perkenalan syariah. Di sini haji dianggap pelaksanaan syariah yang tertinggi dan kerena itu yang telah menunaikan ibadah haji mendapat penghormatan yang tinggi. (Baca : Tiar Anwar Bachtiar, Islamisasi Tatar Sunda, Perspektif Sejarah Dan Kebudayaan).

Sementara di Jawa Islam masuk kira-kira pada abad ke 8 H (1478M), melalui elit politik. Kronologinya mirip dengan penyebaran Islam di kawasan Kristen di sekitar jazirah Arab, yaitu ketika kekuasaan politik lokal melemahnya. Sebab memang pada abad ini kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha mengalami konflik internal yang berkepanjangan dan akhirnya melemah. Pada tahun 1404-1406 Masehi terjadi Perang Paregreg, yaitu perang antara Majapahit istana barat yang dipimpin Wikramawardhana melawan istana timur yang dipimpin Bhre Wirabhumi.

Adalah Sultan Agung yang mempelopori Islamisasi penduduk Jawa dengan pendidikan. Islam disebarkan melalui berbagai sarana di kampung-kampung, dari pendidikan membaca al-Qur'an, tatacara ibadah dan pengajaran sederhana tentang rukun Islam dan rukun iman. Karena pemrakarsanya adalah istana maka guru agama diberi gelar Kyahi Anom atau Kyahi Sepuh. Di tingkat kadipaten pendidikan Islam lebih tinggi lagi dengan mengkaji kitab-kitab karangan para ulama seperti Fiqih, Tafsir, Hadits, Ilmu Kalam, Tasawuf, Nahwu, Sharaf dan Falaq. Dengan melalui pendidikan di tingkat kampung hingga tingkat kadipaten Islam tersebar secara luas dan difahami secara massal serta dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat umum.

(Sumber : Jurnal Islamia, 'Pembebasan Nusantara: Antara Islamisasi dan Kolonialisasi', Vol. VII, No. 2, 2012).

Jumat, 29 Januari 2016

Kisah islam : Kambing Ajaib disembelih hidup lagi

Oleh : Rahmah Nur Faizah


Alkisah di sebuah dusun, ada seorang wanita yang sangat shalih. Wanita itu bernama Alfidhah. Keadaan hidup keluarga wanita itu sangat miskin. Namun, kemiskinannya tidak menjadi halangan baginya untuk mensyukuri nikmat Allah. Pada suatu hari, dia berkata kepada suaminya bahwa makanan simpanan miliknya habis. Tidak ada sesuatu pun di rumah yang dapat dimakan, Satu-satunya harta miliknya hanyalah seekor kambing betina.

"Bagaimana kalau kambing itu kita sembelih saja, Istriku?" tanya suaminya.

"Duhai Suamiku, hanya tinggal itulah harta kita satu-satunya. Kambing itu bisa mengeluarkan susu yang dapat kita minum. Selain itu, dia aku harapkan bisa beranak, sehingga kita bisa mempunyai banyak kambing nantinya."

Mendengar alasan Alfidhah, suaminya menjadi sadar. Memang tinggal kambing betina itulah satu- satunya harapan bagi keluarga kecil itu. Dia bisa memahaminya. Tetapi, tak lama berselang, datanglah ke rumah itu seorang tamu. Dia adalah salah satu sahabat suaminya.

"Apa yang harus kita perbuat untuk menjamu tamu kita itu, Istriku?"

"Suamiku, potonglah kambing kita itu!" tandas Alfidhah.

"Aku tak mungkin melakukannya, Istriku. Bu­kankah baru saja engkau melarangku menyem­belihnya karena tinggal itulah harapan kita satu- satunya?"

"Wahai Suamiku, bukankah Rasulullah telah bersabda bahwa kita harus memuliakan tamu? Po­tonglah, semoga Allah menerima pengorbanan kita!" Setelah mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya sang suami pun mantap untuk menjamu tamu mereka dengan kambing miliknya itu. Suami Alfidhah segera mengambil kambing itu lalu disembelihnya di belakang rumah. Sementara suaminya menguliti kambing itu, Alfidhah mempersiapkan diri di dapur untuk memasak. Tetapi, ketika dia mau mengambil kayu di dekat kandang, dia me­lihat seekor kambing yang sama persis dengan miliknya.

"Hai, apakah kambing yang di sembelih suamiku itu terlepas?" kata Alfidhah. Dia pun lari ke belakang dengan sangat buru-buru. Sesampainya di belakang rumah, dia melihat suaminya masih asyik menguliti kambing itu. Lalu, kambing siapakah itu? bisik hatinya.

Setelah merenung beberapa saat, barulah dia teringat dengan sabda Rasulullah Saw. jika kita me­muliakan tamu, sungguh dia akan dimuliakan Allah. Rupanya, Allah telah mengganti kambing miliknya dengan yang lebih baik.

Setelah semuanya siap, dia pun menyajikan makanan itu kepada tamunya. Dan, tamunya pun makan sampai puas.

Waktu telah berlalu. Sejak peristiwa itu, Alfidhah sangat menyayangi kambing itu. Dia sama seperti kambing-kambing lainnya yang sama-sama makan rumput, dan apabila diperah juga mengeluarkan susu. Tetapi, pada suatu hari, wanita shalihah itu sangat terkejut. Sebab, ketika dia mau memerah susu kambing itu, ternyata yang keluar adalah madu. Warnanya bening kekuning-kuningan. Lalu, dia pun mengatakan itu kepada suaminya.

"Suamiku, lihatlah ini!" kata Alfidhah. "Ketika aku memerah susu kambing ini, yang keluar bukan susu, tapi madu!"

"Maha Suci Allah!" suaminya menjawab lirih. Sejak saat itu, kabar tentang kambing yang me­ngeluarkan madu pun tersiar di mana-mana. Banyak orang berbondong-bondong ke rumah Alfidhah. Di antara orang banyak itu adalah seorang syekh negeri itu, namanya Abu ar-Rabi' al-Maliki. Dia pun menanyakan perihal kambing ajaib itu. Dengan senang hati, Alfidhah pun menceritakan apa pun yang dialaminya.

'Apakah kambing yang engkau maksud adalah kambing yang susunya baru saja aku minum tadi!" "Benar, Syekh!"

Ulama itu pun mengangguk-angguk. Begitulah Allah akan memuliakan orang yang memuliakan tamunya.

Subhanallah :)

Refrensi : abatasadotcom

Kisah Nabi Daud As dan seekor ulat


Oleh ; Rahmah Nur Faizah :)

Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala Nabi Daud A.S sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur, dengan tiba-tiba dia terpandang seekor ulat merah pada debu.
Lalu Nabi Daud A.S. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"

Setelah Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah pun mengizinkan ulat merah itu berbicara. Lalu ulat merah itu pun mula berbicara kepada Nabi Daud A.S. "Wahai Nabi Allah! Allah S.W.T telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu ivalhamdulillahi wala ilaha illallahu mllahu akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak 1000 kali.

Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud A.S, "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?"
Karena pertanyaan Nabi Daud tersebut terkesan meremehkan kata-kata ulat tadi.

 Nabi Daud segera tersadar bahwa telah memandang sebelah mata kepada ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah S.W.T.. Maka Nabi Daud A.S. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.WT.

Begitulah sikap para Nabi A.S. apabila mereka menyadari kekhilafan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.WT. Kisah- kisah yang berlaku pada zaman para Nabi bukanlah untuk kita ingat sebagai bahan sejarah, tetapi hendaklah kita jadikan sebagai teladan supaya kita tidak memandang rendah kepada apa saja makhluk Allah yang berada di bumi yang sama-sama kita tumpangi ini.

semoga kita menjadi hambaNya yg rendah hati dan penyayang kepada alam sekitar :)


Dikutip dari 115 Kisah Teladan Penuh Hikmah [ ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR ]
Penerbit : Karta Media
Wendy Setyawan, S.IP
Referensi ; abatasadotcom

Sabtu, 23 Januari 2016

Download E-book Islam - Muhamad Sebagai Pedagang



Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh,

Alhamdulillahirobil 'alamin, sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan nabi Agung Muhammad Saw. dan semua pengikutnya hingga hari pembalasan, amiien.

Buku ini menjelaskan tentang otak kanan, enterpreneurship, dan kekayaan, telah diajarkan (preached) dan diamalkan(practiced) lebih dari 1.400 tahun yang silam oleh Muhammad SAW-seorang pedagang, khalifah, sekaligus nabi utusan Allah SWT. 

Dikupas secara ilmiah, buku ini memerinci bagaimana Muhammad: - Mengutamakan otak kanan - Mengasah kreativitas, intuisi, dan sintesis - Mandiri dan merintis bisnis sejak kecil - Mendapatkan dan mengelola kekayaan - Menjadi khalifah paling berpengaruh Dilengkapi pula dengan CD, sehingga buku ini urgen disimak oleh enterpreneur, profesional, pemasar jaringan, pendidik, dan orang tua. 

Download buku ini secara cuma-cuma tidak untuk komersil dengan mengklik tautan berikut ini, sebelum download mohon doakan penulis sejenak diberi kesehatan,keselamatan serya kelancaran rezeki dan ibadahnya, supaya bisa mengupdate web ini dengan teratur, terimakasih :

Sabtu, 16 Januari 2016

Nasehat islam "islam bukan teroris"

"Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Penebar kasih sayang bagi alam semesta. Bukan agama teroris yg mengajari manusia untuk berbuat kebengisan dan kekejaman meresahkan umat manusia ataupun merusak alam sekitar. Siapapun yang melakukan teror kepada yang tidak berdosa dan meresahkan umat manusia sementara ia mengaku muslim berpakaian ala syariat dan menyerukan jihad dia sebenarnya hanya pendusta agama dan pengikut ajaran sesat atau satanisme yg terselubung."

(Ashabul-muslimin)

Selasa, 12 Januari 2016

DOWNLOAD BUKU INDAHNYA SABAR KARYA IBNUL QOYYIM JAUZIYAH




Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh,

Alhamdulillahirobil 'alamin, sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan nabi Agung Muhammad Saw. dan semua pengikutnya hingga hari pembalasan, amiien.

Sabar merupakan anugerah terbesar dan terbaik yang diberikan Allah kepada seorang hamba. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  bersabda,
وَمَا أُعْطِىَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ)رواه البخاري ومسلم (
Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 Buku karya ibnul qoyyim jauziyah ini akan menjelaskan secara terperinci hakikat dan indahnya sabar sesungguhnya. Ternyata sabar ini tidak hanya sebuah kata dengan satu makna saja akan tetapi lebih spesifik ternyata sabar itu rumit dan banyak makna sehingga ibnul qoyyim menjelaskannya secara lebih terperinci dalam buku ini yang mempunyai 412 halaman.

Buku ini mengajarkan Anda untuk memahami sabar bukan berarti menyerah tanpa usaha. Tetapi, sabar bukan pula perjuangan tanpa hasil. Sabar adalah maksimal dan tawakal total. Sabar adalah perwujudan keyakinan kuat akan janji Allah. Dengan sabar, hati begitu percaya, bahwa Allah akan segera menyambut niat dan keinginan tulus seorang hamba.

Apa jadinya jika hati dipenuhi oleh sergapan ambisi dan pemaksaan kehendak? Tenaga habis dan niat suci pun hangus oleh obsesi dan prasangka buruk kepada Allah. Tiada kondisi yang paling indah, kecuali menyelipkan sabar, baik di kala senang maupun susah, kaya maupun miskin, senggang maupun sempit. Oleh karena itu sabar termasuk salah satu sarana bagi para pendamba Surga-Nya. Simak lebih lengkapnya dalam e-book terbitan perpustakaan ashabul muslimin berikut ini :




UNTUK MENDOWLOAD BUKU "INDAHNYA SABAR" KARYA IBNUL QOYYIM AL-JAUZIYAH KLIK LINK BERIKUT INI :

DOWNLOAD EBOOK versi CHM






Sabtu, 09 Januari 2016

Download E-book - Mari Refleksikan Idul Adha Dalam Kehidupan Sehari-hari

 Asslamu'alaikum,

Idul Adha adalah hari raya umat islam yang jatuh pada tanggal 10 dhulhijah. Idul Adha seharusnya tidak saja merupakan moment berkurban menyembelih kambing. Akan tetapi harusnya lebih luas yaitu pemaknaan dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kisah Nabi Ibrahim yang diperintah Allah SWT untuk mengorbankan anaknya adalah sebagai ujian iman beliau dan seberapa besar kecintaan beliau kepada Allah SWT. sehingga dalam syari'at islam diabadikan dalam pelaksanaan Qurban pada saat hari raya idul adha. Itulah sebenarnya makna berkurban itu. Yaitu seberapa besar pengorbanan kita sebagai bukti kecintaan dan kepatuhan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. untuk lebih lengkapnya download e-book dibawah ini.






Download Ebook Jihad Menentang Kebatilan (by Harun Yahya)




Buku karya harun yahya sangat banyak salah satunya e-book berikut ini yang kami kompilasi dalam format chm. sebagaian orang mengatakan bahwa jihad adalah perang. tetapi hal itu tidak salah. karena hal itu adalah makna sempit. sedangkan makna luasnya adalah jihad merupakan usaha keras kita dalam membela kebenaran islam dengan berbagai cara. misalnya dakwah, seminar, pendidikan dan sebagainya adalah termasuk jihad. tetapi jihad yang paling utama adalah perang melawan penindasan dari orang kafir.

Buku ini berisi tentang bantahan-bantahan terhadap para penggemar paham komunisme, darwinisme, dan meterialisme. Singkatnya buku ini membahas tentang batilnya sesembahan kepada yang batil. Yaitu sesembahan kepada selain ALLAH SWT entah itu berupa benda patung, harta benda, atau alam sekitar.