Minggu, 22 April 2012

Akhir Zaman dan Imam mahdi ebook download

001 pendahuluan
 


 


Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, 

 Saya memuji, ruku' dan sujud kepada Allah yang Maha Besar. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Shalawat serta salam kepada Muhammad bin Abdullah, beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. 

  Kompilasi ARTIKEL TENTANG IMAM MAHDI DAN  PASUKAN PANJI HITAM ini kami susun atas kerjasama SMPIT Binaaul Ummah dan Majelis Taklim Ashabul Muslimin. Semoga bermanfaat dan berkah,  amiien.
Tidak lupa kami memohon kepada saudaraku seiman supaya amal kami diterima disisi-Nya dan do’akan juga supaya anak-anak kami kelas 9 SMPIT Binaaul Ummah dan kelas XII SMA Binaaul Ummah Lulus 100 % dalam Ujian Nasional. 

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. 

KLIK UNTUK MENDOWNLOAD BUKU INI

 

Senin, 16 April 2012

Fenomena Kekufuran di Akhir Zaman

Fenomena Kekufuran di Akhir Zaman
Rasululloh SAW sudah memperingatkan hal ini dalam haditsnya,“Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas).”(HR. Al Hakim)
Pelajaran dari hadits
Mukadimah hadits diatas merupakan salah satu hadits yang merupakan hadits yang menjelaskan tanda dekatnya akhir zaman yaitu diantaranya kesombongan yang meraja lela, tidak bersyukur dengan karunia Allah, Lupa diri, bermegah-megahan dalam kesenangan duniawi, lalu saling bermusuhan, saling iri dan dengki, dan dendam hingga timbulah perpecahan sampai kepada kekejian yang merata menyebar dimana-mana. Hingga umat ini bagaikan kapas yang berterbangan, meskipun banyak namun tidak punya daya apa-apa. Banyak kekufuran sekarang ini merupakan salah satu tanda akhir zaman yang telah diberitahukan oleh Rasulullah sejak 1400 tahun yang lalu.



Jika kita menelaah satu persatu tentang berbagai fenomena-fenomena yang terjadi sekarang ini maka fenomena kezaliman-kezaliman beserta kekufuran telah terjadi dan telah mewabah dalam segala bidang kehidupan.  Dari bidang ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, dan lainnya sudah tercemar virus-virus “ingkar dan tidak mau diatur” warisan iblis laknatullah. Yang iblis itu sendiri adalah tabiatnya sifat menyombongkan diri, tidak mau diatur, dan gemar maksiat. Akhirnya beginilah hasilnya dalam segala bidang itu hasilnya adalah berupa produk-produk barang dan manusia-manusia yang rusak moralnya dan sulit diatur.  Sistem produk hukum misalnya sudah tidak bisa dijadikan aturan pokok sumber keadilan karena hukum sudah bisa “dibeli”. Dan sistem sosial yang serba acak adul yang berwatak sistem individualisme dan materialisme sehingga terjadi kesenjangan sosial yang sulit diperbaiki. Dan dalam bidang pendidikan melahirkan produk-produk manusia-manusia pembangkang dan durhaka kepada orang tua dan guru,  terlebih lagi yang lebih berat melahirkan pembangkang-pembangkang agama dan gemar sekali maksiat.
Jika kita melihat sistem  pendidikan kita misalnya pendidikan agama telah diabaikan dan mereka lebih memilih sistem kurikulum  dari hasil “berpikir sendiri” maka beginilah jadinya kerusakan moral remaja meraja lela meluas sulit dikendalikan. Itu tidak lain adalah sebabnya karena kufurnya sistem pendidikan. Mereka lebih suka berpikir ala barat dengan selalu membuat perbaharuan yang mereka anggap hal baik namun kenyataanya tidak pernah ada. Mereka tidak mau mengikuti pedoman yang paling baik yaitu al-Qur’an dan As-Sunah. Semua muslim sudah tahu kalau firman Allah itu 100 % berisi kebenaran tanpa ada kekeliruan sedikitpun beserta suri teladan yang paling baik yaitu manusia terbaik yang pernah ada  yaitu Nabi Muhammad SAW.  Padahal Allah telah berfirman :
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4)
 Begitulah Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk yaitu Jika manusia sudah berpegang teguh kepada segala sesuatu yang datang daripada Tuhannya maka InsyaAllah baiklah segalanya dalam segala bidang. Lalu setelah saya membaca fenomena kerusakan dan kekufuran ini lalu terlintas dalam benak saya, bukankah ayat ini sudah banyak dihafal orang namun kenyataannya  kok nggak ada. Nah ini karena ilmu dicari cuman dihafal bukannya dipahami dan dilaksanakan, coba saja seluruh Indonesia ini mengamalkan satu ayat ini pasti indonesia ini akan menjadi negara adidaya didunia.
Apalagi agama islam ini bukan cuman ngajarin ibadah doang, akan tetapi juga mengajari dari masalah pendidikan, sosial, hukum, sampai kepada masalah yang terkecil pun diperhatikan oleh syari’at islam, contoh sepele saja yaitu makan dan minum dianjurkan pakai tangan kanan dan dilarang berdiri waktu makan atau minum.  Begitulah luhurnya budaya Islami sehingga jika orang indonesia ini yang katanya mempunyai budaya adat ketimuran dan kesopanan yang tinggi tentu saja syari’at islam tak kalah bagusnya dengan budaya indonesia yang terkenal dengan tata krama dan unggah-ungguhnya  (perilakunya) yang luhur.
Maka jika ada orang bodoh yang mengatakan budaya islam sama dengan meniru budaya orang arab kuno maka sungguh itu perkataan yang tidak bisa diterima kebenarannya. Sungguh sayang sekali pola kejiwaan orang Indonesia yang penuh dengan kesamaan ajaran islam namun indonesia ini tak mau menganut hukum dan syari’at Islam. Sehingga beginilah akibatnya bangsa kita ini yang katanya jumlah muslim terbanyak didunia namun selalu saja bernasib terpuruk dan dijadikan olok-olokan orang kafir bodoh. Bukan cuman yang mengolok-olok orang islam yang bodoh tapi kenyataannya kita juga bodoh. Secara sadar atau tidak ternyatak kita itu seperti “ayam mati dilumbung padi”. Sudah tahu syari’at islam itu baik dan benar namun tidak mau memakai dan sudah tahu kalau budaya barat itu serba merusak luar dalam tapi kenapa lebih dibangga-banggakan. Inilah kita, banyak orang-orang pinter namun hakikatnya keblinger (tertipu dan dibodohi diri sendiri). Inilah fenomena mewabahnya penyakit-penyakit akhlaq yang berawal dari sok tahu menjadi orang lupa diri.
Indonesia ini kurang apa to?  Tiap tahun lulusan sarjana beribu-ribu orang, kekayaan buminya yang melimpah ruah, serta adat istiadatnya yang penuh dengan kepedulian sosial yang tinggi, namun kenapa indonesia ini bukannya semakin baik namun malah semakin buruk. Begitu kata para intelek (pemikir) mengemukakan pendapatnya mengenai masalah-masalah bangsa ini kenapa tidak kunjung selesai justru malah semakin buruk. Pantesan kepala para intelek itu botak-botak ya, karena setiap harinya digunakan untuk berpikir dan berpikir sehingga otakpun panas sampai rambutnya rontok, namun walaupun indonesia ini banyak pemikir tapi kenapa semakin banyak orang fakir!?
Begitulah kata anekdot yang saya buat sebagai gambaran keadaan indonesia ini tentang semakin banyaknya orang kufur yang pinter tetapi keblinger. Sebabnya ya itu tadi, suka neko-neko suka membuat karangan pemikiran sendiri yang belum tentu jelas benar tidaknya karena mereka sudah lupa keterbatasan akal manusia. Otak kita itu cuman segumpal tangan, udah gitu masih sempat mengkritisi al-Qur’an seperti yang dilakukan orang-orang JIL (liberal). Apakah itu bukan artinya mereka merasa lebih pandai daripada Allah SWT, Naudzubillah.  Secara kasar sudah ditebak kalau mereka itu sebenarnya segoblok-goblok manusia yang cuman pandai bicara didepan umum doang namun tentang pemahaman agama mereka lebih bodoh daripada penggembala kambing sekalipun.         
Beginilah keanehan-keanehan yang ditimbulkan dari prilaku kufur, yaitu yang dikasih tapi tak mau berterima kasih. Dikasih syari’at Islam yang mudah dan benar namun memilih cara sendiri yang sulit dan serba salah. Jadi secara istilah kufur itu juga bermakna gengsi dengan syari’at dan lebih memilih sesuatu aturan-aturan yang membuat kacau dan serba membinasakan, walaupun kelihatannya dari topengnya katanya merupakan aturan yang modern dan berkelas dan tidak kuno .
Dan dalam pembahasan berikutnya kita akan membahas tentang definisi, dampak-dampak kekufuran dalam berbagai bidang kehidupan.
DEFINISI KUFUR
Kufur adalah lawan dari syukur. Kufur berasal dari kata kafara yang berarti menutupi, menolak, mendustakan, ingkar, dan tidak percaya. Sedangkan secara istilah bermakna tidak beriman kepada Allah dan rasulNya. Jadi kemaksiatan, kesyirikan, murtad dsb adalah merupakan perbuatan kufur
Kufur dibagi dua:
1. Kufur besar, yaitu menolak kebenaran Islam (kafir) baik secara keseluruhan maupun sebagian, termasuk dalam hal ini ialah mengakui kebenaran Islam tetapi enggan melaksanakannya. Kufur besar menyebabkan pelakunya berada di luar dari Dienul Islam. Orang yang melakukan perbuatan kufur besar disebut kafir.
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak (kenabian Nabi Muhammad SAW) tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?” (QS. Al ‘Ankabuut: 68)
2. Kufur kecil, yaitu melakukan dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al Qur’an dan As Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Kufur kecil tidak menjadikan pelakunyaberada di luar Dienul Islam. Orang yang melakukan perbuatan kufur kecil tidak disebut sebagai kafir, namun tergolong sebagai pelaku dosa besar. Kufur kecil jika dilakukan terus menerus dapat membuka jalan bagi pelakunya untuk melakukan perbuatan kufur besar. Dosa-dosa yang tergolong kufur kecil antara lain: kufur nikmat dengan maksiat, bersumpah dengan atas nama selain Allah, durhaka kepada orang tua dll.
Dan Allah Ta’ala telah berfirman
 "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), pasti azab-Ku sangat berat." (QS Ibrahim: 7).
Ayat diatas mengajari kita supaya kita pandai-pandai jadi orang bersyukur  supaya mendapatkan balasan yang lebih baik dan kita diharamkan kufur karena itulah penyebab utama celaka dunia dan akhirat. Banyak orang yang mengatakan  syukur –syukur namun tak tahu makna sebenarnya apa itu syukur . Secara sederhana, syukur ini dapat diartikan sebagai ungkapan terima kasih atas segala nikmat yang telah Allah berikan, yang diwujudkan melalui ketaatan dan kepatuhan atas segala perintah-Nya dan segala sesuatu masalah kehidupan diserahkan kepada Allah aliasnya kita harus menganut syari’at islam jika kita ingin hidup makmur sejahtera sampai akhirat.
 Pengamalan dari wujud syukur ini juga diwujudkan melalui kepedulian sosial. Semakin tinggi rasa syukur kepada Allah, akan semakin besar pula amalan-amalan yang bermanfaat untuk dirinya dan orang sekitarnya. Sehingga, tidak ada ruang sedikit pun bagi konsep individualisme dan materialisme untuk bisa berkembang.  Dalam Islam, Individualisme ini merupakan pintu masuk bagi sikap kufur nikmat ke dalam diri seseorang. Dengan pemahaman syukur maka seorang ulama tidak akan dikatakan bersyukur jika tidak mau memberikan ilmu dan  sebagai teladan bagi masyarakat, begitu pula dengan pemimpin belum dikatakan bersyukur bila masih ada satu saja rakyatnya yang kelaparan sementara dia hidup dalam kemewahan.  
Mayoritas manusia memang mengikuti tabiat iblis yaitu kufur dan sombong (tidak mau diatur dan suka meremehkan). Sedangkan yang bersyukur sangatlah langka. Sehingga beruntunglah manusia-manusia yang bisa bersyukur itu kare dia termasuk orang yang beruntung besar  dalam al-Qur’an Alllah Berfirman
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”(Saba:13)

DAMPAK KEKUFURAN
Pertama, Berujung Azab Akhirat
Dampak yang pertama ini adalah yang paling berat karena berujung penderitaan di akhirat yang kekal. Balasan neraka kekal adalah untuk manusia-manusia ingkar yang tidak mau taat kepada Allah SWT dan lebih memilih hukum setan yang menyengsarakan. Neraka jahanam kekal adalah balasan bagi orang-orang yang melakukan kufur akbar. Naudzubillah.
Allah berfirman :
Dan siapakah yang lebih bersikap aniaya dibandingkan orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan kebenaran tatkala kebenaran datang kepadanya? Bukankah dalam neraka jahanam ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (QS. Al-Ankabut:68)

Disebutkan pula dalam suatu hadits mayoritas penghuni neraka adalah perempuan karena disebabkan kekufuran mereka. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:“Pernah diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah wanita yang suka berbuat kufur. Ditanyakan kepada beliau,”Apakah mereka berbuat kufur terhadap Allah? Beliau menjawab,”Mereka berbuat kufur terhadap keluarga  dan kufur terhadap kebaikan. Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mendapatkan perlakuan buruk darimu (walau cuman sekali), niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu (walaupun telah berbuat baik kepada mereka  seumur hidup)(Hadits Muttafaq Alaih)
Juga dalam riwayat lain disebutkan dari Asma binti Yazid radhiyallahu anha dia menceritakan:
“Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah berjalan melalui kami sedang kami semuanya adalah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata:’Jauhilah oleh kalian kufur terhadap orang yang berbuat kebaikan’ Lalu kami bertanya “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kufur terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan itu?” Maka beliau menjawab:”Mungkin salah seorang diantara kalian ada yang lama hidup menjanda bersama orangtuanya, lalu Allah Azza wa Jalla memberikannya seorang suami, darinya dia memberikan harta dan keturunan.Kemudian suatu saat dia marah dan (kamu) mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darinya meskipun hanya satu hari” (HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits shahih)
Kedua, Bencana alam dan kesulitan (kemiskinan)
Dalam surat Ar-Ruum ayat 41 – 42 Allah Ta’ala berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)".(Ar-Ruum[30] ayat 41-42)
Manusia tidak sadar kalau selama ini terjadi bencana dari tsunami , tanah longsor, gempa bumi, angin topan, banjir, gunung mbeledos, Jembatan runtuh dan sebagainya dianggap sebagai peristiwa alam yang lumrah dan terjadi tanpa sebab. Tapi anggapan manusia itu salah besar karena dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah menurunkan azab adalah karena kebanyakan manusia sudah melakukan dosa kufur (terutama syirik) yang merajalela .
Lalu  Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda: ”Sifat amanah itu akan menarik (mendatangkan) rizki, dan sifat khianat itu akan menarik (mendatangkan) kefakiran.” (HR. Thabrani).
Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi Nabi saw bersabda Perzinaan mengakibatkan kemiskinan. (HR. Al-Baihaqi)
Hadits diatas memberikan penjelasan bagi kita bahwa kekufuran itu akan mendatangkan azab berupa kemiskinan dan kesulitan. Maka jika kita melihat negri kita yang hijau subur namun tidak makmur adalah mungkin karena terlalu banyak yang berkhianat / kufur dalam mengemban amanat sebagai pemimpin bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh adalah banyaknya calon pemimpin rakyat yang tidak bisa mengemban amanat, bisanya cuman janji-janji kosong lalu setelah terpilih menjadi wakil rakyat malah mereka berbuat "maling" alias korupsi dan lupa diri akan janji-janjinya yang semula dikoar-koarkan.  Yang kedua adalah merajalelanya perzinaan dikalangan remaja sekarang ini.  mereka (para remaja) telah berkhianat kepada diri sendiri, orang tua, guru, Allah dan rasulnya, mereka telah lupa amanat yang diemban mereka sebagai pemuda harapan bangsa dan agama. Lalu lebih memilih gaya hidup rusak seperti orang-orang barat yang dipromosikan lewat media elektronika, televisi, internet maupun media massa. 

Sebab utama remaja-remaja berani maksiat adalah kekufuran manusia kepada nikmat Allah sehingga manusia jika sudah berani durhaka kepada Allah maka maksiatpun akan dilakukan terang-terangan. Kalau dulu orang zina masih malu dan ngumpet dikebon kalau sekarang sudah berani tampil didepan umum layaknya pemain bintang porno. Jadi kalau dulu bintang pornonya adalah artis barat sekarang diperankan oleh anak-anak sekolah dari dalam negri (istilahnya kemajuan yang rusak) bahkan ada juga anak ingusan se-usia Sekolah Dasar sudah berani ikut-ikutan perbuatan keji ini. Naudzubillah.

Seperti saya kutip dari berita voa-islam.com  “Lebih dari 500 video porno udah dibuat dan diedarkan di Indonesia. Kebanyakan video amatir hasil rekaman kamera ponsel”. Demikian hasil penelitian seorang Sony Set. Praktisi pertelevisian sekaligus penulis buku bertajuk, “500 plus, Gelombang Video Porno Indonesia”. Parahnya, “Sebanyak 90 % pembuat video porno itu berasal dari kalangan anak muda, dari SMP sampai mahasiswa. Sisanya dari kalangan dewasa,”. Naudzubillah
Jika memang sudah demikian maka memang manusia itu sudah merelakan dirinya diazab oleh Allah berupa kesulitan pangan maupun bencana alam. Dalam riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dan riwayat ini shahih dengan salah satu lafadz, Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri maka mereka (penghuninya) sudah menghalalkan atas mereka sendiri siksaan Allah. (HR. Ath-Thabrani dan Al Hakim)

 
Lalu beliau Nabi SAW juga bersabda :
“Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah lalu akan mewabah pada mereka”
Kalaulah kita fahami hadits diatas sebenarnya apa yang disebutkan Rasulullah telah terjadi sekarang ini, misalnya penyakit HIV/AIDS yang sangat ditakuti masyarakat itu sudah meraja lela dan tidak sedikit yang menimbulkan kematian. Walaupun manusia sudah bisa mengakali dengan maaf , dengan kondom atau alat kontrasepsi, namun azab Allah tidak bisa dicegah oleh siapapun juga.
Maka dari itulah wahai para remaja dan semua muslim marilah kita jauhi perbuatan keji ini dan tutup rapat pintu-pintu zina terutama pintu yang terbesar adalah pacaran. Karena dosa adalah kenikmatan sesaat (paling gak ada 5 menit) bisa berakibat penyesalan seumur hidup misalnya dikeluarkan dari sekolah karena hamil, membuat malu kedua orang tua dan masyarakat, apalagi sampai ada janin dibuang-buang karena prilaku zina ini (dosanya mau kaya apa besarnya kalau udah kaya gini!!!!),  lalu anda akan kehilangan masa depan anda. Hingga tidak jarang yang menjadi seorang pengemis atau gelandangan. Belum lagi konsekuensi diakhirat sangat berat, Naudzubillah.
Oleh karena itu barangkali anda sudah siap menikah jangan menunda-nunda. Atau jika ada orang tua yang merasa anaknya udah kebelet kawin supaya segera dinikahkan, selain terhindar dari fitnah juga anda telah menunaikan amanat anda sebagai orang tua. Nabi SAW bersabda "Wahai para pemuda, barang siapa yang sudah mampu untuk menikah, maka hedaknya ia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih bisa menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu menikah hendaknya dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa tersebut merupakan obat  baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits di atas Rasulullah saw memerintahkan pemuda yang belum mampu menikah agar memperbanyak puasa. Dengan puasa, gelora syahwat seseorang akan bisa ditekan dan ditundukkan. Orang yang lapar biasanya syahwat tidak sekuat di saat dia kenyang. Dengan demikian orang yang selalu melakukan ibadah puasa tidak banyak terpikir dalam dirinya untuk berbuat maksiat, karena selain dia dalam keadaan beribadah kepada Allah, dia juga tidak ada keinginan untuk itu. Inilah yang dimaksud bahwa puasa merupakan obat dan penekan syahwat para pemuda yang belum mampu menikah. Selain daripada puasa ada solusi lain yang lebih ringan yaitu habiskan waktu untuk belajar dan membantu orang tua sehingga tidak ada terlintas pikiran tentang syahwat kepada wanita, juga anda harus puasa mata dan telinga menjaga dari barang-barang perantara pendorong syahwat seperti video porno, sinetron, koran cabul dsb.

Ketiga, Maksiat yang sulit dikendalikan

Dampak yang ketiga adalah jika suatu sudah berani kufur kepada Allah maka dengan cara apapun juga tak ada seorangpun bisa mencegah merembetnya maksiat itu kecuali jika dikembalikan kepada syari’at islam. Seperti fenomena kekejian, kebiadaban, kriminalitas yang semakin lama bukan semakin berkurang malah semakin mewabah ruah. Sehingga banyak orang-orang merasa kebingungan hidup dijaman serba edan ini. Korupsi kok semakin menjadi-jadi, penindasan kok sulit dihilangkan,  kriminalitas tidak bisa diberantas, kerusakan moral remaja kok semakin meraja lela. Lalu orang sudah kehabisan akal menentukan sebab akibat dan solusi dari masalah ini.
Jika ditinjau dari sistem ekonomi yang menganut sistem kapitalisme dan liberalisme buatan kafir laknatullah saja sudah menimbulkan dampak yang mengerikan apalagi jika semua aspek kehidupan sudah tidak mengenal syari’at islam. Misalnya penerapan sistem ekonomi dan politik liberal yang sangat berpihak kepada asing dan mengeksploitasi rakyat yang mayoritas muslim ini menyebabkan korupsi merajalela, pengangguran semakin banyak, daya beli masyarakat semakin turun, birokrasi semakin mencekik masyarakat, rakyat semakin sengsara, moral ambruk, dan hedonisme merajalela, pornografi dan pornoaksi merebak, dan kemaksiatan meluas terjadi di mana-mana.
Hal tersebut tidak akan terjadi jika manusia menganut syari’at islam yang mengutamakan keluhuran budi pekerti yang luhur, keadilan, dan kesejahteraan sosial daripada hukum-hukum setan yang tidak bisa dijadikan pedoman. Karena hukum-hukum setan (undang-undang buatan hawa nafsu) adalah sebuah barang dagangan yang bisa diperjual belikan bukan merupakan peraturan hakiki. Coba sajalah kita menerapkan satu saja hukum syari’at islam ini. Misalnya yang mencuri dipotong tangan maka tak ada lagi yang segan untuk mencuri, yang berzina dirajam maka perzinaan pun semakin sedikit ditemui, yang korupsi dihukum mati, maka tak ada satu kepalapun yang berani korupsi kecuali orang lupa diri.

Sebenarnya dampak kekufuran ini ada banyak sekali jika sebutkan semuanya. Akan tetapi kami hanya mengambil secara garis besar saja. Demikian kajian dari kami semoga bermanfaat, amiien.
Wallahu ‘alam
Refrensi : berbagai sumber

Minggu, 15 April 2012

Hakikat Tujuan Hidup Seorang Muslim Di Dunia Ini

-->بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Tujuan Hidup Seorang Muslim


Tujuan Hidup. Dua kata ini memang singkat tapi dua kata ini adalah kata yang paling berpengaruh dalam pola kehidupan seseorang dari dia lahir sampai meninggal. Manusia hidup tentu saja mempunyai tujuan. Jika seorang manusia sudah tak punya tujuan hidup maka mati lebih baik baginya. Karena hidupnya pasti akan menderita serba terombang-ambing oleh semua ketidak pastian yang akan terus datang menghampirinya. Manusia yang tidak punya tujuan hidup layaknya sampah ditengah lautan yang terombang ambing oleh ombak kesana dan kemari tak jelas arahnya. Artinya jika manusia tak punya tujuan hidup maka pastilah menjadi manusia yang mudah dipermainkan oleh orang lain, terutama oleh setan-setan terkutuk yang nampak maupun tak nampak mata yang tujuan setan itu sendiri adalah menjerumuskan manusia kedalam kesengsaraan dan kebinasaan tanpa ujung. Apalagi sebagai seorang muslim harus mempunyai tujuan yang jelas dan paten agar selamat didunia dan diakhirat. Jangan sampai seorang muslim salah tujuan hidupnya karena bisa berakibat fatal dunia akhirat. Maka dari itu dalam kajian kali ini kita akan membahas dua kata yaitu “tujuan hidup”.
Seringkali kita mendengar orang bertanya-tanya sendiri “apa to tujuan kita hidup di dunia ini ?”. Kata ini adalah yang sering muncul ketika manusia sudah mulai merenung karena pikirannya dilanda stress dan badannya terlalu kecapekan mengurusi kesibukan dunianya. Kadang juga pertanyaan ini sering muncul tiba-tiba ketika orang itu sudah bosan dengan kesibukan hidupnya ternyata yang selama ini mereka cari-cari tidak juga mendatangkan kebahagiaan batin dan dhohirnya.  Bicara tentang tujuan hidup kadang manusia sering mengartikannya sebagai sebuah cita-cita dunia yang berkeinginan menggapai cita-cita setinggi langit untuk menjadi seorang yang sukses dan banyak harta lalu hidupnya serba kecukupan dan serba ada. Namun sering juga kita melihat dan mendengar orang-orang konglomerat yang hidupnya serba sukses dan serba kaya akan harta benda, beli apa aja bisa namun justru hidupnya stress bahkan sampai bunuh diri.
Kenapa terjadi? Nah, hal itu tidak lain tidak bukan adalah karena SALAH MENENTUKAN TUJUAN HIDUP. Karena tujuan manusia hidup pasti ingin bahagia, namun bahagia bukanlah sebuah barang dagangan yang bisa dibeli dengan harta sebanyak-apapun. Kebahagiaan adalah karunia Allah yang terbesar yang menjadikan jiwa manusia merasakan kedamaian dan ketenangan. Oleh karena itu bahagia tidak bisa diukur dari jumlah harta, status sosial atau bahkan cuman karena kecantikan dan ketampanan. Oleh karena itu kita malah sering melihat orang yang dari segi materi serba kekurangan namun sepertinya didalam raut muka mereka tidak menampakkan kesedihan sedikitpun dan ada pula yang hidupnya serba kecukupan namun dari wajahnya hanya nampak kecemasan dan kesedihan bahkan banyak pula yang nekad mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak wajar.
Kalau kita membahas tujuan hidup seorang muslim, maka tentu saja berbeda tujuan hidup dengan orang kafir. Kalau kita melihat gaya kehidupan orang barat yang serba glamour dan wah, serta kehidupan malam yang serba memperturutkan syahwat inilah tujuan hidup mereka hidup. Tentu saja hal itu sangat bertentangan dengan cara kehidupan sebagai seorang muslim yang lebih mengutamakan kesenangan akhirat daripada duniawiah. Secara pemikiran sederhana manusia didunia ini adalah ibarat menanam bibit tanaman, lalu dia akan memanen hasilnya dikehidupan sesudah mati (akhirat). Jika di Dunia manusia selalu rajin “menanam” amal baik maka balasannya di Akhirat adalah kebahagiaan yang kekal begitu juga dengan manusia yang rajin “menanam” amal jelek maka di Akhirat adalah kesengsaraan yang kekal sebagai balasannya.
Kami disini tidak akan panjang lebar menjelaskan mengenai tujuan hidup manusia seperti yang dicetak dalam buku atau cerita novel-novel yang tebalnya sampai seribu halaman lebih. Tapi disini kita hanya akan menjabarkan secara pokok agar secara praktis kita langsung paham apa yang menjadi tujuan hidup kita sebagai seorang muslim :
TUJUAN HIDUP SEORANG MUSLIM HIDUP DI DUNIA
Secara garis besar tujuan manusia hidup di Dunia ini adalah ;
Pertama, Beribadah kepada Allah Ta’ala (merealisasikan Tauhid).
Alam semesta yang serba besar dan indah beserta isinya ini tidaklah diciptakan secara sia-sia namun hakikat sebenarnya adalah ada hikmah dibalik semua penciptaan, sebagaimana yang dikemukakan orang-orang kafir yang selalu berpikir menggunakan hawa nafsunya tidak mau berpikir dengan akal dan menganut Tuhannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya ini untuk kesia-siaan. Itu adalah persangkaan orang-orang kafir saja, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk ke dalam neraka.” (QS. Shaad: 27)
Begitu juga dengan penciptaan manusia dan juga jin. Ternyata jika kita mempelajari al-Qur’an yang merupakan sebenar-benar perkataan dan sebenar-benar pedoman hidup sebenarnya tujuan Allah Ta’ala menciptakan kita semua adalah untuk beribadah (menyembah) kepada-Nya. Sebagaimana dalam Firman Allah ta’ala (yang artinya), 
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
Dan Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya sholat dan sembelihanku, hidup dan matiku, adalah untuk Allah Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang pertama-tama berserah diri (kepada Allah).” (QS. al-An’am: 162-163).
Oleh segala sesuatu milik kita dari lahir sampai mati adalah milik Allah semata, maka segala sesuatu yang “dititipkan” Allah berupa kehidupan, kesehatan, harta benda akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat kelak. 
Dan yang merupakan hambatan terbesar dalam tujuan hidup ini adalah kesyirikan. Syirik adalah lawan dari Tauhid. Baik itu syirik besar yang membuat prilakunya murtad maupun syirik kecil yang mengakibatkan hilangnya pahala amal. Dalam satu hadits Nabi Muhammad SAW bersabda ;
“Dua yang paling utama yaitu iman kepada Allah dan berguna bagi kaum muslimin. Dua yang paling buruk yaitu menyekutukan Allah dan membahayakan kaum muslimin.” (alhadits)
Iman kepada Allah dan Meng-Esakan-Nya merupakan hakikat yang paling benar dari tujuan diciptakannya manusia. Dengan iman dan tauhid tata kehidupan dibersihkan dari berbagai jenis keraguan yang menyangkut trandensi Tuhan dan keesaan-Nya; yang menyangkut tujuan hidup dan identitas peradaban; dan yang menyangkut seluruh nilai-nilai kehidupan. Sedangkan syirik (menyekutukan Allah) dan segala derifasinya merupakan refleksi dari kekacauan pandangan dan anggapan tentang Tuhan dan alam. Kekacauan persepsi tentang dua realitas yang sama sekali mutlak berbeda dalam wujud atau eksistensinya yaitu Tuhan dan bukan Tuhan (Khalik dan makhluk). 

Syirik merupakan sebuah konsep yang mencoba menyatukan atau menyamakan, memasukan, dan bahkan mengacaukan dua realitas yang mutlak berbeda itu. Maka secara obyektif syirik diartikan menuhankan sesuatu yang bukan Allah, dan secara subyektif diartikan memberikan kekuasaan-kekuasaan (otoritas) dan kualitas-kualitas setengah tuhan kepada benda, para pendeta, atau para pemimpin sekuler untuk mengatur segala urusan. Dalam Islam, pengetahuan dan tindakan syirik merupakan bentuk kezhaliman terbesar yang implikasi buruknya sangat luas. Dalam al-Qur’an disebutkan ;
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) karena sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS, Luqman [31]: 13).

Secara psikologis syirik hanya akan membiakkan kebimbangan, kegelisahan, dan tragedi kemanusiaan. Firman Allah :

"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim." (QS, Ali 'Imran [3]: 151).

Sedangkan kezhaliman itu adalah kegelapan yang akan meneggelamkan seluruh tatanan yang berakibat membiaknya kerusakan, anarkhisme, dan kekacauan. Oleh sebab itu Imam Ghazali memandang syirik sebagai penyakit hati yang paling buruk. Implikasinya sangat serius bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik kehidupan di dunia sekarang ini lebih-lebih bagi kehidupan di akhiratnya nanti.  Sepanjang sejarah manusia kezhaliman terbukti menyeret seluruh kehidupan manusia ke dalam lorong-lorong kegelapan yang mengerikan. Fitnah dan kesengsaraan yang ditimbulkannya tidak hanya menimpa pelaku kezhaliman melainkan juga orang-orang yang tidak melakukannya. 

Oleh karena itu tidak syak lagi syirik ini disebut sebagai perbuatan dosa paling besar diantara yang paling besar dan bahkan azab dan cobaan bertubi-tubi menimpa manusia tidak lain adalah karena dosa syirik. Azab yang ditimbulkan pun tidak hanya menimpa pelaku syirik tapi juga orang-orang disekitarnya walaupun tidak terlibat perbuatan dosa namun tidak berusaha mencegahnya. Allah berfirman : 


"Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS, al-Anfal [8]: 25). 

Saking beratnya dosa syirik Rasulullah menyebutkan bahwa syirik adalah ibarat kegelapan yang paling gelap dan diselimuti kegelapan. Bisakah kita membayangkannya? "Jauhilah syirik karena syirik itu kegelapan yang berlapis-lapis di hari Kiamat." (HR. Bukhari).



Kedua, Memperoleh Ridha Allah SWT

Tujuan hidup seorang Muslim adalah memperoleh ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memasuki surga-Nya. Oleh karena itu ibadah yang bertujuan untuk mencari selain Ridha-Nya maka sia-sia segala yang dia perbuat, Naudzubillah. 
Dr. Shalih bin Sa’ad As-Syuhaimy menyebutkan  syarat pertama diterimanya suatu amalan, yaitu syarat ikhlas karena Allah ta’ala. Maksudnya adalah seseorang hanya mengharapkan ridho Allah dari setiap amalannya, bersih dari penyakit riya’ (ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain), tidak mencari pujian dan balasan melainkan hanya dari-Nya. Pendek kata seluruh amalan yang ia kerjakan hanya ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, dan ini merupakan inti ajaran aqidah yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. 
Adapun tujuan hidup orang kafir hanya untuk memenuhi syahwatul bathn (syahwat perut) dan syahwatul farj (syahwat seks). Maka, aktivitas hidupnya pun hanya untuk memburu sesuatu yang menyenangkan sesaat, tapi hakikatnya kesengsaraan dhohir dan batin yang kekal sehingga pada akhirnya penyesalan tidak berguna.
Firman Allah SWT :
“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al Ghasyiyah: 1-7)

Inilah hakikat dunia ini. Segalanya memperdayakan dan segalanya menyibukkan dengan urusan-urusan yang tidak ada habisnya namun tiada berguna dan tiada membuat bahagia. Jika manusia menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya maka akan sia-sia segala yang diusahakan. Bekerja keras berangkat pagi pulang malam sampai badan sakit-sakitan. Hal itu mereka lakukan demi menumpuk-numpuk harta dan saling berlomba dalam kemegahan dunia. Begitu seterusnya jika diteruskan sampai maut menjemput. Namun ternyata hal itu membuat manusia lupa amanah untuk apa dan siapa dia diciptakan. 

Manusia yang telah tersibukan oleh dunia akan lalai ibadah yang merupakan kewajiban utama sebagai hamba Allah. Dan manusia juga akan lupa bahwa dirinya adalah pemimpin dirinya sendiri, dalam rumah tangga untuk anak dan istrinya, dan orang-orang sekitarnya. Padahal tak ada pemimpin yang lalai akan kewajiban melainkan berakibat kacau balaunya sebuah sistem kehidupan. Pemimpin yang lalai akan kewajiban akan membuat bercerai berainya orang-orang yang dipimpinnya. Lalu akibat  yang terjadi adalah entah itu dia kehilangan jati dirinya sebagai manusia, atau bercerai dengan keluarga, dan dikucilkan masyarakat, dan belum lagi azab diakhirat.

Akhirnya tak ada balasan untuk manusia yang telah dilalaikan dunia melainkan kesengsaraan abadi karena segala kesibukannya  didunia telah melalaikan dari belajar agama yang merupakan kunci kebahagiaan, lupa beribadah,  dan telah mencerai beraikan kebahagiaan keluarga  dan lebih lagi di akhiratnya. Maka sungguh merugilah orang yang seperti itu. Naudzubillah. Semoga Allah melindungi kita dari tipu daya duniawi.

Ketiga, Menjadi manusia yang berguna bagi orang lainnya

Allah Berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah[5] ayat 2)

Ayat diatas adalah pelajaran bagi kita supaya kita itu saling menolong dengan yang lain dalam kebaikan yang merupakan tujuan kita diciptakan. Sehingga tujuan hidup seorang muslim yang ketiga adalah menjadi layaknya tabiat manusia sejak awal penciptaan. Yaitu sebagai makhluk sosial yang saling membantu satu sama lain dan saling bahu-membahu supaya tercipta kehidupan yang harmonis. menurut Ibnu Khaldun hal itu mengandung makna bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian dan keberadaannya tidak akan terwujud kecuali dengan kehidupan bersama. Oleh karena itu manusia tidak bisa hidup sendirian. Jadi sifat individualisme,  materialisme dan modernisme yang diagung-agungkan oleh orang barat yang sudah mewabah dilingkungan perkotaan dan menjadi tren bagi kalangan remaja sekarang ini yang mengidolakan artis daripada nabinya dan lebih suka gaya hidup orang barat yang amburadul daripada budaya Islam yang luhur. Hal itu sama sekali sangat bertentangan dengan fitrah (tabiat) manusia sejak dia diciptakan. Akibatnya akan terjadi kerusakan moral, perselisihan sampai berujung penindasan dan pembunuhan yang tidak akan pernah selesai selama sifat jelek itu masih menempel dipikiran manusia. 
Oleh karena itu Islam datang agar sifat kebersamaan yang menjadi bawaan itu, dalam penyalurannya, memiliki tujuan yang sama. Memang benar, sasaran pertama Islam adalah perbaikan individu-individu. Tetapi sasaran utamanya adalah agar individu-individu itu masing-masing menjadi khalifah (wakil Allah), pencipta kedamaian dan kebersamaan. Jika tugas kekhalifahan ini gagal dilaksanakan dengan alasan yang sangat individual, maka itu sama saja memberi umpan kepada tudingan Karl Marx, tokoh komunisme asal Jerman, bahwa agama itu memang candu, membuat penganutnya merasa puas dan tenang dengan amalan-amalan pribadinya. Padahal untuk menjadi insan kamil (manusia yang sempurna) yang di akhirat kelak diberi hak menempati tempat terindah yaitu surga, Allah memberi jalan bukan hanya iman dan takwa, tapi juga amal saleh, yang akan dibalas dengan surganya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 82

وَا لَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”
Dalam banyak ayat Alquran, kata-kata iman dengan berbagai derivasinya seringkali dikaitkan dengan kata amal saleh. Iman adalah hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya, sedangkan amal saleh adalah hubungan vertikal dengan Tuhan sekaligus hubungan horizontal dengan sesama manusia bahkan sesama makhluk di bumi ini. Rasulullah saw adalah manusia yang memiliki tingkat ketakwaan dan keteladanan sosial paling tinggi. Keteladanan sosial ini menjadi pendekatan terhadap masyarakatnya dan merupakan kunci keberhasilan dalam mengemban risalah kenabiannya.

Rasulullah telah memberikan banyak contoh tentang indahnya berbagi kepada umatnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzarr r.a., dia berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak sayuran, perbanyaklah air (kuah)nya dan bagikanlah kepada tetangga-tetanggamu."  (H.R. Muslim). 

Dalam hadits lain disebutkan, "Tidak beriman kepada-Ku orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya dan dia mengetahuinya." (H.R. Bukhori).

Dalam kedua hadits tersebut Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk tidak pelit dan kikir kepada orang lain (tetangga) tanpa memilah dan membedakan apakah mereka itu muslim atau bukan. Al-Hafizh ibn Hajar berkata, "Kata tetangga mencakup orang muslim dan kafir, orang taat beribadah dan orang fasik, teman dan musuh, orang asing dan pribumi, orang baik dan orang jahat, kerabat dan bukan kerabat, yang paling berdekatan rumahnya dan yang berjauhan."

Itulah keteladanan sosial yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Untuk itu, hendaknya pengkajian keislaman tidak berhenti pada tataran ilmu pengetahuan, namun diaplikasikan dalam wujud yang nyata, sehingga kemaslahatan umat dapat dicapai sebagaimana amanah dari Sang Pencipta.

Keempat,  Mengutamakan kehidupan Akhirat daripada dunia.

Yang terakhir adalah tujuan akhir kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk kebahagiaan kekal diakhirat (surga) sebagai balasan dari Allah  bagi orang yang bertakwa. Maka tak sepantasnya sebagai seorang mukmin berlomba-lomba dalam kesibukan dunia namun lalai akan akhirat. Tetapi seorang muslim adalah orang yang bersusah payah mencari dunia untuk membeli akhirat bukannya malah sebaliknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 “Barangiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya, dan menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya melainkan apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya maka Allah akan menyatukan urusannya, dan menjadikan berkecukupan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 3313 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shohiihah, no. 950)
Oleh karena kita hidup didunia ini sangat singkat, lalu Rasulullah memberi nasehat kepada kita supaya tidak menunda-nunda amal. Apalagi kita tidak tahu kapan maut menjemput kita. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, ia berkata : 

“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memegang pundakku, lalu bersabda : Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata : “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”.[HR. Bukhari]
 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan untuk meniru perilaku orang asing, karena orang asing yang baru tiba di suatu negeri tidaklah mau berlomba di tempat yang disinggahinya dengan penghuninya dan tidak ingin mengejutkan orang lain dengan melakukan hal-hal yang menyalahi kebiasaan mereka misalnya dalam cara berpakaian, dan tidak pula menginginkan perselisihan dengan mereka. Begitu pula para pengembara tidak mau membuat rumah atau tidak pula mau membuat permusuhan dengan orang lain, karena ia menyadari bahwa dia tinggal bersama mereka hanya beberapa hari. Keadaan orang merantau dan pengembara semacam ini dianjurkan untuk menjadi sikap seorang mukmin ketika hidup di dunia, karena dunia bukan merupakan tanah air bagi dirinya, juga karena dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan menjadi tabir antara dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi. Begitulah nasehat dari sebaik-baik manusia yang pernah ada tentang hakikat kehidupan dunia yang sementara ini.

Ingatlah juga kata pepatah hakikat dunia ini supaya kita menjadi orang yang sabar dalam menjalani hidup ini. “BERSAKIT-SAKIT SEMENTARA BAHAGIA KEKAL KEMUDIAN”. Oleh karena itu, bisa dibilang mengingat kematian dan hari kiamat merupakan motivasi yang terbaik untuk beramal sholih. Sabda nabi saw Cukuplah maut sebagai pelajaran (terbaik) dan keyakinan (keimanan) sebagai kekayaan (terbanyak). (HR. Ath-Thabrani)

Kita memohon kepada Allah semoga kita dirahmati dan dijadikan orang mempunyai tujuan hidup yang lurus sehingga terhindar dari segala yang akan mencelakakan kita, amiien Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Dermawan, Maha Pemurah, Maha Pengampun dan Maha Belaskasih.

Wallahu a’lam
Refrensi :
-          Al-Qur’an
-          Shahih Bukhori
-          Hadits Arbain Nawawi
-          Berbagai sumber



Rabu, 11 April 2012

[makalah] maksiat , jenis dan dampaknya

-->
 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 Makalah Tentang Maksiat, Jenis dan Dampak Maksiat

Oleh : www.ashabul-muslimin.tk


 KLIK JUGA :  DOWNLOAD MAKALAH INI 

BAB I

DEFINISI MAKSIAT



Maksiat adalah lawan ketaatan, baik itu meninggalkan peintah maupun melakukan suatu larangan. Sedangkan iman, sebagaimana telah diketahui ada 70 cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan “laa illaha illallah” dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Jadi cabang-cabang ini tidak bernilai atau berbobot sama, baik yang berupa mengerjakan (kebaikan) maupun meninggalkan (larangan). Begitu pula dengan maksiat, maksiat mempunyai jenis-jenis tersendiri yaitu ada yang mengkibatkan pelakunya keluar dari Islam dan maksiat yang tidak mengeluarkan pelakunya daripada Islam.



Secara hakiki maksiat adalah perbuatan durhaka (asha) kepada Allah SWT. Perbuatan maksiat bisa berupa menolak melaksanakan perintah Allah SWT atau melanggar  larangan-Nya. Orang yang tidak mau melaksanakan kewajiban sholat, kewajiban shaum Ramadhan, kewajiban membayar zakat, dan kewajiban pergi haji bagi muslim yang punya kemampuan, adalah perbuatan maksiat. Demikian juga perbuatan melanggar larangan Allah SWT seperti perbuatan melanggar larangan mencuri, larangan merampok, larangan berzina, larangan minum-minuman keras dan memakai narkoba, larangan membunuh, larangan memakan riba, larangan mensekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain.[1]  



Oleh karena itu, prinsip dari perbuatan dikatakan maksiat dalam ajaran Islam adalah tindakan menyalahi syariat Allah, atau mengambil alternatif selain keputusan Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzab 36).





AB II

JENIS-JENIS MAKSIAT

Secara garis besar maksiat jika ditinjau dari dampaknya terhadap keimanan tauhid dapat digolongkan menjadi 3, Yaitu :

A.     Maksiat / dosa besar yang mengakibatkan pelakunya murtad .

Jenis maksiat seperti ini sangat berbahaya bagi keimanan seseoarang bila pelakunya tidak segera bertobat maka dia dalam keadaan murtad (kafir) daripada islam dia halal dibunuh jika tidak mau bertobat, konsekuensinya yang lebih berat bila pelakunya meninggal maka dia mendapat azab yang kekal dineraka berbeda dengan kaum muslimin yang melakukan dosa dia masih punya harapan masuk surga, InsyaAllah. Contoh maksiat jenis ini adalah :

-         Syirik akbar / besar (menyekutukan Allah) yaitu menyamakan Allah kepada makhluk-Nya  dalam tauhid rububiyah maupun uluhiyah. Secara kasar syirik besar adalah menyembah dan bergantung kepada selain Allah . Contoh dosa syirik besar adalah : Beranggapan Allah punya anak, menyembah patung atau salib dsb., pergi ke dukun, memakai jimat-jimat. Sedangkan syirik kecil tidak mengakibatkan pelakunya murtad.

-          Mengolok-olok Hukum Allah dan rasul-rasulnya

Ciri seorang munafik adalah mengaku islam tapi hatinya tidak mau menerima islam. Meskipun mengaku  islam kalau pelakunya suka mengolok-olok dan mengejek hukum Allah dan ajaran rasulullah dia sudah dianggap murtad bila dia tidak bertobat dia halal darahnya.

Sesuai firman Allah Ta’ala :

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9: 65-66)

-         Memusuhi kaum muslimin dan berloyalitas kepada kaum kafir.

Banyak sekali munafik jaman sekarang mengaku islam namun sebenarnya tujuannya adalah untuk membuat makar supaya kaum muslimin hancur. Yaitu ciri mereka adalah suka memusuhi umat islam sekalipun mengaku islam dan sebaliknya kepada orang kafir mereka berteman akrab (loyal). Hukuman bagi orang seperti ini adalah dia telah kafir, karena Allah SWT telah berfirman :

“…Barangsiapa yang tawalliy (loyal) kepada mereka (kafirin ) di antara kalian, maka sesungguhnya dia adalah bagian dari mereka…” (QS. Al Maidah [5] : 51)

-         Meninggalkan kewajiban dan menolak ajaran Islam.

Salah satu maksiat yang mengakibatkan perilakunya murtad adalah menolak ajaran islam yang wajib misalnya shalat, puasa ramadhan dan zakat. Karena islam bukan hanya agama “dimulut doang” . Jika seseorang meninggalkan sholat namun tidak mengingkari bahwa sholat itu wajib baginya dia belum termasuk murtad  namun dihukumi sebagi orang fasiq, yaitu tahu tapi tidak mau melaksanakan .



B.    Maksiat / Dosa Besar yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Jenis maksiat dosa besar seperti ini walaupun tidak mengeluarkan pelakunya daripada islam namun dampaknya bila dibiarkan maka akan semakin menjauhkan juga dari islam (menjadi murtad) karena maksiat adalah sebab hati menjadi keras sehingga sulit menerima hidayah. Pelaku maksiat dosa besar hukumnya dibunuh bila tidak mau bertobat dari dosa yang telah dilakukan.  Contoh maksiat jenis ini adalah :

-         Durhaka kepada Orang tua

Durhaka kepada orang tua adalah sikap yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Islam adalah agama yang paling mulia, karena mengajarkan bagaimana supaya anak manusia berbakti kepada orang tua yang telah kepayahan melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan ikhlas. Nabi bahkan mengatakan kalau ridho Allah tergantung juga ridho kedua orang tua. Durhaka kepada orang tua merupakan dosa terbesar kedua setelah syirik . Sesuai hadits nabi ;

 Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa serta sumpah palsu.”
(HR. Bukhari).

-         Membunuh sesama muslim

Membunuh manusia yang diharamkan konsekuensinya dia harus diqishos sesuai dengan perbuatannya yaitu dia juga harus dibunuh. Sesuai sabda Rasulullah SAW :

Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhori dan Muslim)

-         Berzina (berhubungan badan yang tidak sah)

Nabi telah bersabda kalau pelaku zina adalah seorang yang  telah menikah maka hukumannya adalah dibunuh. Jika pelakunya adalah seorang yang belum menikah maka dia dihukum cambuk seratus kali dan diasingkan keluar daerahnya.  Allah Ta’ala berfirman :

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, ...... (QS. An Nuur : 2)

-         Dosa-dosa lainya dosa mulut dan tangan contohnya seperti Riba’, sumpah palsu, menyia-nyiakan anak yatim, Ujub, melaknat sahabat nabi dsb.



C.    Maksiat / Dosa kecil

Setiap manusia pasti punya dosa karena kita bukan malaikat yang suci, barangsiapa mengaku tidak punya dosa sama sekali maka diapun telah melakukan dosa yang besar  yaitu sombong. Oleh karena itu memang Allah telah menciptakan manusia dengan tabiat penuh dengan kesalahan supaya manusia itu mau bertobat dan berserah diri kepada Tuhan Sekalian Alam.

Dosa-dosa kecil adalah dosa yang disengaja maupun tidak namun dosa kecil ini adalah dosa yang sering disepelekan orang. Namun tak ada dosa kecil yang disepelekan sehingga berkumpul menjadi dosa yang besar, dan tak ada dosa besar bila pelakunya segera bertobat.  Oleh karena itu Nabi menganjurkan supaya jangan sekali-kali menyepelekan dosa kecil  dan supaya kita banyak melakukan amalan baik dan banyak-banyak istighfar. Contoh maksiat jenis ini adalah : melihat aurot wanita baik dijalanan maupun dilayar tv, menyentuh wanita yang bukan mahram, berbohong, mencela orang lain / mengejek, marah-marah, berkata jorok dsb.



BAB III

AKIBAT MAKSIAT



Maksiat membahayakan manusia di dunia dan akhirat. Hanya Alloh yang mengetahui akibat dan pengaruhnya. Meski begitu dampak maksiat dapat dirasakan oleh pelakunya sendiri. Berikut akan dijabarkan beberapa akibat dari maksiat:



1.     Maksiat Menghalangi Ilmu

Ilmu adalah sinar yang diletakkan Alloh di dalam hati. Sebaliknya sinar itu dapat padam dikarenakan adanya maksiat.

          Suatu ketika, Imam Syafi’I duduk di depan Imam Malik.  Dia membacakan sesuatu yang membuat Imam Malik kagum. Imam Malik sangat kecepatannya dalam menangkap pelajaran, juga kecerdasannya dan pemahamannya yang sempurna. Iman Malik berkata, Aku melihat Alloh telah meletakkan sinar dalam hatimu. Jangan padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat.



2        Maksiat Menghalangi Rezeki

          Dalam Musnad[2]dikatakan, Seorang Hamba tidak mendapatkan rezeki kareana dosa yang ia kerjakan.

Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa taqwa kepada Alloh dapat mendatangkan rezeki. Sebaliknya, meninggalkan taqwa akan mendatangkan kefakiran dan kemiskinan. Namun miskin atau kayanya seseorang bukan berarti ia ta’at atau tidak, melainkan kehendak Alloh lahyang menjadikan seseorang itu kaya atau miskin.



3        Maksiat Mendatangkan Bencana dan Kesulitan

          Kemaksiatan menjadikan seseorang menjumpai banyak kesulitan. Ia tidak mempunyai pemecahan, kecuali dengan jalan yang serba sulit. Orang yang bertaqwa mendapat keringanan. Sedangkan orang yang yang tidak bertaqwa mendapatkan kesukaran dari Alloh dalam setiap urusannya. Sangat mengherankan, jika seorang hamba ketika ia mendapatkan pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan[3] tertutup, namun ia tidak mengetahiui asal-muasalnya.

Selain itu kadang bencana banjir, gempa, tsunami dan lainya yang melanda tanah air kita secara sadar atau tidak itu adalah dampak dari maksiat-maksiat yang dilakukan segelintir manusia sehingga orang lain yang tidak terlibat terkena imbasnya juga.



4.  Maksiat sebab tidak terkabulnya do’a

Inilah dampak yang cukup berat dari pelaku maksiat bahkan sampai do’a-do’a dirinya orang sekitarnya tidak mau mencegah pelakunya melakukan maksiat mengakibatkan do’a tidak terkabul. Nabi bersabda : “Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo'a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma'ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka.” (HR. Ath-Thabrani)



Berbagai dampak yang kita sebutkan diatas hanyalah segelintir dari banyaknya akibat-akibat dosa maksiat yang ada. Maka dengan hanya ketiga dampak diatas dapat disimpulkan bahwa dampak maksiat sangatlah tidak tanggung-tanggung.  Maka sebagai seorang muslim wajib instropeksi diri dan memperbanyak amal baik dan istighfar agar terhindar dari semua dampak maksiat yang mengerikan itu.





BAB IV

SEBAB-SEBAB MELAKUKAN MAKSIAT



Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Penyebab utama timbulnya semua kemaksiatan baik yang besar maupun yang kecil ada tiga, yaitu:
Pertama, keterkaitan hati kepada selain Allah.

Kedua,  menuruti dorongan amarah.

Ketiga,  menuruti dorongan syahwat.

Keempat, kemaksiatan tersebut terwujud dalam perbuatan syirik, kezhaliman dan perbuatan-perbuatan keji. [4]



Bentuk keterkaitan hati kepada selain Allah cabang-cabangnya begitu banyak dan tingkatan tertinggi di cabang tersebut ialah syirik serta mengakui keberadaan ilah selain Allah. Sedangkan bentuk menuruti dorongan amarah juga memiliki cabang-cabang di ataranya membunuh jiwa yang diharamkan Allah, inilah cabang tertinggi. Dan bentuk menuruti dorongan syahwat yang tertinggi dalam cabang-cabangnya ialah melakukan perbuatan zina. Oleh karena itulah Allah  mengumpulkan ketiganya dalam firman-Nya:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,…" (QS. Al-Furqan: 68).



 Ketiga perbuatan di atas saling tarik menarik. Syirik menarik seseorang kepada kezhaliman dan perbuatan keji, sebagaimana ikhlas dan tauhid akan menjauhkan seseorang dari kezhaliman dan kekejian itu. Demikian juga kezhaliman, ia menarik seseorang pada syirik dan pebuatan keji, sebab syirik adalah puncak dari segala kezhaliman seperti yang difirmankan oleh Allah: "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar."  (QS. Luqman: 13).



Dan perbuatan keji itu sendiri juga dapat menyeret pelakunya kepada perbuatan syirik dan kezhaliman. Ketiganya saling berkaitan, yang satu mengajak kepada yang lain. Jika perbuatan ketiga di atas ada di dalam diri seseorang  maka itu adalah akar dari kemaksiatan yang akan menjadi besar ketika seseorang itu tidak mengetahuinya.



BAB V

SOLUSI MENGHINDARI MAKSIAT



Maksiat adalah hal yang “lumrah” bagi seorang manusia karena memang tabiat manusia sejak diciptakan pertama kali adalah melakukan salah dan dosa. Namun yang tidak “lumrah” adalah yang bermaksiat namun tak mau bertobat , berusaha menghindari dosa dan perantaraannya dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Menciptakan. Oleh karena itu dalam bab ini akan kita bahas sedikit solusi bagi kita untuk meminimalisir kemaksiatan-kemaksiatan yang kita lakukan  diantaranya adalah ;[5]

1. Anggaplah besar dosamu Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu 'anhu berkata,”Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”

2. Janganlah meremehkan dosa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (Ahmad dengan sanad yang shahih)
3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)
Rasulullah bersabda,”Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk Mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemuadian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian'. Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (Bukhari dan Muslim)

4. Taubat Nasuha yang tulus
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padng pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur dibawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul didekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira,”Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu”. Ia salah ucap karena sangat bergembira." (Bukhari-Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka Ulangilah bertaubat
Ali bin Abi thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,”Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan,”Jika ia mengulangi lagi?” Ia menjawab.”Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.” Ditanyakan,”Jika ia kembali berbuat dosa?” Ia menjawab,”Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat,” Ditanyakan ,”Sampai kapan?” Dia menjawab,”Sampai setan berputus asa.”

6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan
Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauhi darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

7. Senantiasa beristighfar
Saat-saat beristighfar:
a. Ketika melakukan dosa
b. Setelah melakukan ketaatan
c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian
d. Senantiasa beristighfar setiap saat Rasulullah beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam riwayat lain 100 kali)

8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkan kemaksiatan?

Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzar atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu) lebih mendominasi daripada panggilan iman. Maka, apabila kita tergoda untuk melakukan perbuatan maksiat, ingatlah janji kita kepada Allah dan besegeralah untuk menghindar dari tempat itu.

9. Melakukan kebajikan setelah keburukan

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaijkan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik." (Ahmad dan Tirmidzi)

10. Merealisasikan Tauhid

Rasulullah besabda,”Allah ‘Azza wa jalla berfirman.”Barangsiapa yang melakukan kebajikan maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa, barangsiapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah (ampunan) yang sama.” (Muslim-Ahmad)

11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik

a. Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih.
b. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan seseorang bersama mereka, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal.

c. Manusia itu ada 3 golongan:
1. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
2. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharap suatu hai dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.
3. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.

d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik.
e. Tidak ada alas an untuk berpisah dengan orang-orang yang baik.

12. Jangan tinggalkan Da’wah

Said bin Jubair berkata,”Sekiranya seseorang tidak boleh menyuruh kebajikan dan mencegah kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya sesuatu (kesalahan) pun, maka tidak ada seorang pun yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran." Imam Malik berkomentar, " Ia benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan)."

13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya

Rasulullah menceritakan kepada para sahabat bahwasanya seseorang berkata,"Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan." Allah berfirman,"Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu" (HR. Muslim)


BAB VI

PENUTUP



Dari Anas, Rasulullah SAW bsabda, “Semua keturunan Adam adalah orang yg pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yg berbuat salah adalah orang yg bertaubat.” (HR. Ibnu Majah, Ad Darimi, Al Hakim)



Mengambil mukadimah dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa manusia memang bukan makhluk suci seperti halnya Malaikat yang tidak pernah berbuat dosa. Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Walaupun begitu kita tidak boleh pasrah dengan keadaan lalu membiarkan diri sendiri tenggelam kedalam kemaksiatan karena segala sesuatu pasti ada pertanggung jawaban baik didunia terlebih lagi diakhirat kelak.



Nabi Muhammad SAW telah memberikan penjelasan kepada kita yaitu sebaik-baik manusia adalah yang mau bertobat dari segala kesalahan dan dosa, dan berusaha memperbaiki diri agar menjadi manusia yang mulia disisi Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala tidak memandang derajat manusia dari penampilan fisik akan tetapi Allah memandang hati manusia seberapa besar ketaatan manusia kepada Allah. Semakin taqwa / taat manusia kepada Allah maka semakin besar pula derajatnya disisi-Nya. Dan begitu pula semakin buruk akhlaq manusia semakin rendah pula derajat manusia disisi-Nya bahkan lebih rendah dari binatang sekalipun, Naudzubillahi min dzalik.



Karena ilmu agama adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat maka alangkah baiknya kita mengkaji terus ilmu ini, oleh karena itu pembahasan kita memang tak cukup sampai disini dan takkan terputus kewajiban menuntut ilmu sampai mati. Semoga dengan kajian yang sekelumit ini bisa menambah pengetahuan dan keimanan kita kepada Allah SWT. 



Wassalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh.





DAFTAR PUSTAKA



Qoyyim, Ibnul.(1994). Akibat berbuat maksiat, Penerjemah : Nabhani Idris. Jakarta : Gema Insani Press Cet. I.



Qoyyim, Ibnul.(2008). Kiat-kiat meninggalkan maksiat Penerjemah : Ahmad Warbi. Solo : Tiga serangkai



Majalah Suara Islam Edisi Maret 2012 (http://www.suara-islam.com/detail.php?kid=4366)



Software Hadits Web3.0 Oleh Opi Sofware.



Brosur Khotbah Juma’at Masjid Al-Wustha Panda Palibelo






[1] Majalah Suara Islam edisi 28 Maret 2012

[2] Musnad Al-Kabir atau lebih dikenal dengan Musnad Ahmad adalah salah satu dari Sembilan kitab hadist (Kutubut Tis’ah) yang dijadikan rujukan utama umat islam kebanyakan, terutama dari golongan Ahlus Sunnah

[3] Kegunaan; Kebaikan; Manfaat; atau Kepentingan

[4] Ibnul Qoyyim , kiat-kiat menghindari maksiat

[5] Brosur Khutbah masjid Al-Wustha Panda Palibelo