يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ yaa ayyuhaa alladziina aamanuu kutiba ‘alaykumu alshshiyaamu kamaa kutiba ‘alaa alladziina min qablikum la’allakum tattaquuna Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Al-Baqoroh ayar 183) MUKADIMAH
Puasa dibulan romadhon merupakan puasa yang wajib karena merupakan salah satu rukun islam yang wajib diyakini dan diamalkan oleh umat islam. Puasa menurut syariat artinya menahan diri dari makan & minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dan dengan syarat tertentu untuk meningkatkan ketaqwaan seorang muslim. Dan secara maknawi puasa berarti menahan hawa nafsu secara keseluruhan baik itu hawa nafsu lahir seperti makan dan minum dan hawa nafsu batin yaitu syahwat. Memang bulan puasa adalah bulan yang ditunggu-tunggu umat islam karena bulan ini adalah bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan selain itu juga bulan puasa atau bulan ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemenangan baik itu kemenangan lahir yaitu kita terbebas dari kebiasaan yang tidak sehat seperti makan terus menerus yang berlebihan yang mengakibatkan banyak penyakit karena pencernaan juga butuh istirahat jika diforsir tanpa henti maka dampaknya pun badan menjadi sakit-sakitan dan juga kemenangan batin yaitu kita dapat mengalahkan hawa nafsu yang liar itu dan juga kita akan mendapatkan kemenangan berupa kebahagiaan diakhirat nanti, insyaAlloh. Sesungguhnya ibadah puasa dibagi menjadi dua yaitu puasa wajib yaitu pada bulan ramadhan selama 30 hari penuh atau terkadang 29 hari dan puasa sunnah yaitu puasa yang terbiasa dilakukan rasulullah saw akan tetapi hukumnya tidak wajib tapi sangat dianjurkan contohnya ; puasa asyura (tanggal 9,10,11 Muharram), puasa syawal (6 hari bulan syawal), puasa senin-kamis, puasa daud (sehari puasa sehari tidak), dan puasa 3 hari setiap bulan selain ramadhan. Secara istilah ramadhan dapat diartikan (bahasa Arab:رمضان; transliterasi: Romadhon) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya : "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." Landasan hukum puasa ramadhan adalah wajib artinya jika melaksanakan mendapatkan pahala jika tidak dilaksanakan mendapatkan dosa. Landasan puasa ramadhan ini tercantum dalam surat al-Baqoroh ayat 183 yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" berikut kami tuliskan penjelasan ayat tersebut. PENJELASAN AYAT Ketika Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya telah berhijrah ke Madiah dan telah menjadi negri Islam, maka mulailah wahyu yang berkaitan dengan syariat (yang berupa hukum-hukum ibadah amali) turun, pada ayat-ayat sebelumnya pada surat Al Baqarah ini dijelaskan tentang hukum qishash, washiat, dan pengawasan Allah akan hal itu, maka pada ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan satu ibadah yang menjadikan seorang hamba tumbuh ketakwaan dan keimanannya yaitu dengan menjalankan shaum selama beberapa waktu (yaitu hanya sebulan lamanya yaitu pada bulan Ramadhan), yang perintah ini turun pada tahun kedua dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ash-Shaum menurut istilah dalam syariat Islam ialah menahan diri dari segala macam makanan, minuman dan bersenggama dengan wanita, mulai dari terbit fajar sidiq (subuh) sampai terbenam matahari (magrib) dengan niat dan syarat-syarat yang tertentu (sebagaimana terperinci dalam kitab-kitab fikih). Para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa, misalnya: untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya. Uraian serupa itu tentulah ada benarnya, walaupun tidak mudah dirasakan oleh setiap orang. Karena perasaan lapar, haus dan lain-lain yang ditimbulkan oleh sebab berpuasa itu, bukanlah selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain, malah bisa mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya. Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang berpuasa, bahwa puasa itu membantu kesehatan, walaupun para dokter yang memberikan penjelasan secara ilmiah, bahwa berpuasa memang benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula penyakit yang tidak membolehkan berpuasa. Kalau diperhatikan perintah berpuasa bulan Ramadan ini, maka pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah wajib itu kepada orang-orang yang beriman. Orang-orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniyah dan rohaniyah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia yang harus diperkembangkan dengan bermacam-macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketenteraman hidup yang bahagia di dunia dan di akhirat. Pada ayat 183 ini Allah mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka supaya mereka menjadi orang yang bertakwa. Jadi puasa ini sungguh penting bagi kehidupan orang-orang yang beriman. Kalau kita selidiki macam-macam agama dan kepercayaan pada masa kita sekarang ini, dapat dipastikan bahwa kita akan menjumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa nafsu dan lain-lain sebagainya. Dalam ilmu keduniaan untuk memperoleh apa yang dinamakan kesaktian juga puasa selalu dipergunakan. Kalau diperhatikan pula bahwa perintah berpuasa itu diturunkan pada bulan Syakban tahun kedua Hijriyah dimana Nabi Besar Muhammad saw. mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru, maka dapatlah dirasakan, bahwa puasa itu sangat penting artinya dalam membentuk manusia-manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci. (SUMBER : Tafsir Depag) dan berikut ini kami juga mencantumkan berbagai pendapat dari ulama pakar tafsir mengenai ayat perintah puasa ini agar menambah penjelasan : ~ Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini:" "Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, mengajak bicara ummat ini, dan memerintahkan kepada mereka untuk berpuasa. Puasa berari menahan diri dari makan, minum dan menggaul istri, dengan niat ikhlash karena Allah ‘Azza wa Jalla. Karena di dalamnya terdapat pembersihan,penyucian dan pemurnian jiwa dari pengaruh-penguaruh buruk dan akhlak-akhlak yang tercela." ~ Ibnu Katsir rahimahullah dalam juga dalam Tafsirnya: “Terdapat riwayat dari Muadz, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Atha’, Qatadah, Ad Dhahak bin Mazahim, yang menyatakan bahwa ibadah puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari setiap bulannya, kemudian hal itu di-nasakh dengan disyariatkannya puasa Ramadhan. Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bahwa kewajiban puasa tiga hari setiap bulan sudah ada sejak zaman Nabi Nuh hingga akhirnya di-nasakh (ditetapkan) oleh Allah Ta’ala dengan puasa Ramadhan” ~ Syaikh as-Sa'di rahimahullah berkata: "Allah Ta’ala mengabarkan tentang segala yang Dia karuniakan kepada hamba-hambaNya dengan cara mewajibkan atas mereka berpuasa sebagaimana Allah telah mewajibkan puasa itu atas umat-umat terdahulu, karena puasa itu termasuk di antara syariat dan perintah yang mengandung kemaslahatan bagi makhluk di setiap zaman, berpuasa juga menambah semangat bagi umat ini yaitu dengan berlomba-lomba dengan umat lain dalam menyempurnakan amal perbuatan dan bersegera menuju kepada kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan puasa itu juga bukanlah suatu perkara sulit yang merupakan keistimewaan kalian." ~ Imam Al Alusi rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘Alaihissalam sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushul. Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud di sini adalah Ahlul Kitab. Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya’bi yang dimaksud adalah kaum Nasrani. Ayat ini menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yaitu manusia). Karena suatu perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang banyak, akan menjadi hal yang biasa saja. Adapun permisalan puasa umat Muhammad dengan umat sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya. ~ Imam At Thabari menafsirkan ayat "agar kalian bertaqwa" : “Maksudnya adalah agar kalian bertaqwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa” ~ Imam Al Baghawi memperluas tafsiran ayat "agar kalian bertaqwa" dengan penjelasannya: “Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertaqwa karena sebab puasa. Karena puasa adalah wasilah menuju taqwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat. Sebagian ahli tafsir juga menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul dari makanan, minuman dan jima”. ~ Imam Suyuti Rahimahulullah Dalam Tafsir Jalalain menjelaskan dengan ringkas tentang taqwa dalam ayat ini : “Maksudnya, agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat”. ~ Lalu Thalq Bin Habib Al’Anazi mendefinisikan taqwa sebagai berikut : “Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (petunjuk-Nya), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (petunjuk-Nya), dan takut terhadap adzab Allah”. ~ Syaikh Abdurrohman as-Sa'di rahimahullah juga dalam tafsirnya, menjelaskan tentang kaitan puasa yang dapat menghasilkan ketaqwaan dari dalam hati :
KEUTAMAAN PUASA DAN BULAN RAMADHAN Sesungguhnya ibadah puasa adalah ibadah yang sangat agung bila kita mau mengamalkannya dengan keihlasan dan kesungguhan dalam melaksanakannya karena dibalik ibadah ini banyak keutamaan yang banyak sekali diantaranya adalah : Pertama, Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba. Kalau pas dulu waktu kecil ngaji dan pas pembahasan bulan ramadhan ustadz kita paling sering adalah menyebutkan keutamaan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim) Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (dikutip dari Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah) Kedua, didalam bulan terdapat peristiwa nuzul qur'an (turunnya al-Qur'an) Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan penghulu dari semua bulan. Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185) Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah) Ketiga, Terdapat malam lailatul qodar Yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan jika kita beramal pada amalan ini tentu saja Allah akan memberikan pahala kali lipat seribu bulan, InsyaAllah. Pada malam ini yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan saat diturunkannya Al Qur’anul Karim. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3) Dan Allah ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3) Ibnu Abbas, Qotadah dan Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi) Keempat, waktu yang tepat (ma'bul) dalam berdo'a Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar ) Kelima, puasa dapat melindungi kita dari api neraka dalam satu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ “Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.”(HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’) Keenam, bau mulut orang yang berpuasa harum disisi Allah SWT. Kita sudah tahu secara dhohir bau mulut kita seperti apa. Tapi berbeda hakikatnya bagi orang yang berpuasa karena Allah memandang bau mulut orang berpuasa lebih harum dari minyak misk dan diakhirat nanti memang bau mulut orang yang berpuasa akan sangat harum bahkan lebih daripada Bau Misik/Kasturi. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ . وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ “Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim) Ketujuh, Puasa adalah syafa'at diakhirat nanti bagi yang melaksanakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid) Kedelapan, Diampuni oleh Allah SWT dosa kita yang telah lalu dalam hadits disebutkan Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim) Kesembilan, Orang berpuasa akan mendapatkan Arroyan yaitu pintu masuk surga. Hal itu dijelaskan dalam satu riwayat hadits Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dan dalam riwayat lainnya salah satu jalan menuju surga adalah berpuasa. Karena puasa dapat menjauhkan seorang hamba dari neraka, yang berarti mendekatkannya menuju surga. Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah: يا رسول الله دلني على عمل أدخل به الجنة “Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke dalam surga.” lalu Rasulullah bersabda: عليك باصوم لا مثل له “Hendaklah engkau melaksanakan puasa karena tidak ada yang semisal dengannya.” (HR. Nasaai, Ibnu Hibban dan Al Hakim) Kesepuluh, Puasa Sebagai Kaffarat (Penebus Dosa yang Pernah Dilakukan) Di antara keutamaan puasa yang tidak ada dalam amalan lain adalah Allah menjadikannya sebagai kaffarat bagi orang yang memotong rambut kepalanya (ketika haji) karena ada uzur sakit atau penyakit di kepalanya, puasa juga dapat menjadi kaffarat bagi orang yang tidak mampu memberi kurban, kaffarat bagi pembunuh orang kafir yang punya perjanjian karena tidak sengaja, juga sebagai kaffarat bagi orang yang membatalkan sumpah atau yang membunuh binatang buruan di tanah haram dan sebagai kaffarat zhihar (mentalak istri). Kesebelas, Puasa adalah perisai hawa nafsu syahwat dan perisai dari neraka. Puasa Merupakan Perisai Bagi Seorang Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: يا معشر الشباب من اسطاع منكم الباءة فاليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء “Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Maka pada hadits ini Rasulullah memerintahkan bagi orang yang telah kuat syahwatnya akan tetapi belum mampu untuk menikah maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi pemutus syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga badan bisa terkontrol menenangkan seluruh anggota badan serta seluruh kekuatan (yang jelek) bisa di tahan hingga dapat melakukan ketaatan dan di belenggu dengan kendali puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا “Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim.” (HR. Bukhari dan Muslim) Maksud sabda Rasulullah “70 musim” adalah perjalanan 70 tahun, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (6/48) Dan dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا “Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah maka Allah akan menjadikan di antara neraka dan dirinya parit yang jaraknya sejauh bumi dan langit.” Keduabelas, dikaruniai dua kebahagiaan yang tidak diberikan oleh selain orang berpuasa. Dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa. Kebahagiaan yang pertama yaitu ketika berbuka puasa setelah menahan nafsu, lapar, dan dahaga selama sehari penuh. Dan selain itu makanan yang dimakan terasa lebih nikmat daripada makanan yang kita santap selain waktu berbuka entah jenis makanannya apa karena minum air putih saja terasa segar sekali. Dan kebahagiaan yang kedua yaitu ketika menjumpai Allah SWT di akherat dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- bersabda : ”Untuk orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan : kebahagiaan ketika berbuka puasa. dan kebahagiaan ketika menemui Tuhannya.” (Muttafaq ‘Alaihi). Demikian kajian singkat tentang landasan hukum puasa romadhon semoga bermanfaat dan segala kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wallahu'alam (Dari berbagai sumber) |
Jumat, 20 Juli 2012
[Tafsir al-Qur'an] Landasan Hukum Puasa Wajib Ramadhan (Surat Al-Baqoroh : 183)
Jumat, 13 Juli 2012
Kebahagiaan bukan diukur dari banyaknya harta !
Oleh : Muh. Ashabus Samaa’un
(Pembina majelis ashabul muslimin)
Dari anas bin malik ra. Nabi saw bersabda "Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya dan harta benda akan datang kepadanya serta tunduk kepadanya. Dan barangsiapa yang menjadikan harta dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kefakiran di kedua matanya dan mencerai-beraikan semuanya dan tidak akan memberinya harta dunia selain apa-apa yang telah ditentukannya." (HR Tirmidzi)
Pelajaran dari hadits
Seandainya anda tahu tentang semua hal yang terjadi dijaman ini tentu saja banyak menangis daripada tertawa. Karena kebanyakan manusia jaman sekarang telah dibutakan oleh kesibukannya urusan dunianya sehinga masalah-masalah umat islam sendiri sama sekali tidak tahu dan barangkali memang tak mahu tahu. Itulah keadaan kita jaman kita. Banyak manusia cenderung kepada dunia dan melupakan akhirat. Pontang-ponting nyari duit kesana kemari tak kenal lelah sampai badanpun sakit-sakitan karena hanya untuk mengurusi ambisi yang tidak ada habisnya itu yaitu keinginan hidup senang didunia. Padahal dunia ini hakikatnya adalah permainan belaka, tidak lebih. Akan tetapi namanya permainan jika dibuat serius maka orang justru akan dipermainkan oleh permainan itu sendiri.
Begitu juga dengan dunia ini, semakin orang mengejar nafsu duniawi yang tidak terbatas itu semakin dipermainkan oleh dunia ini sehingga terjebak dalam putaran arus materialisme tiada henti. Akhirnya banyak orang stress karena hartanya banyak tetapi malah membuatnya sengsara bukannya membuat bahagia seperti yang dia angan-angankan selama ini. Itulah kehidupan dunia selalu memperdaya pendambanya hingga binasa, lupa ibadah, lupa diri, lupa bahwa dia akan mati akhirnya kerugian besar diakhiratpun menanti. Buktikanlah tulisan saya karena banyak sekali berita-berita tentang kasus bunuh diri yang ternyata kebanyakan pelakunya adalah seorang yang kaya raya bahkan seorang yang setenar artis pun banyak yang bunuh diri padahal segala kebutuhannya tercukupi dan banyak orang memuja-mujanya dan mengidolakannya. Apakah kita tidak heran. Tentu saja bagi seorang mukmin kita tidak akan heran. Karena kebahagiaan itu adalah karunia Allah SWT. Kebahagiaan itu tidak bisa dijual beli. Kebahagiaan yang sesungguhnya hanya bisa didapat dengan bertakwa kepada Allah. Jika manusia sudah lupa Allah dan lebih cenderung kepada kehidupan dunia bagaimanakah Allah mau mengkaruniakan kebahagiaan?.
Begitulah yang dialami para klonglomerat dan para artis atau figur publik yang dikaruniai harta namun tak dikaruniai kebahagiaan karena mereka melupakan hak mereka kepada Allah yaitu beribadah dan akibatnya Allah tidak mau tahu tentang mereka akhirnya mereka merasakan kesempitan hidup yang luar biasa meskipun tinggal dalam rumah yang besar dan mewah. Mereka merasakan kesepian yang luar biasa padahal mereka tinggal dalam lingkungan keramaian kota dan banyak sekali yang menyanjung-nyanjungnya. Mereka merasakan kesusahan yang luar biasa padahal kehidupannya bergelimang harta. Ternyata kebahagiaan yang selama ini mereka impikan hanya angan kosong belaka, karena mengukur kebahagiaan itu dari banyaknya materi. Akhirnya dalam situasi tertentu mengalami keputusasaan hidup dan berujung kepada mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Dan ada banyak kasus bunuh diri yang pelakunya meninggalkan pesan pada secarik kertas yang menggambarkan kegersangan dan kesempitan hidupnya.
SOLUSINYA HANYA TAKWA
Sungguh tidak mungkin manusia pontang-panting mencari materi tanpa alasan yang jelas. Tentu saja yang kita cari adalah sebuah kebahagiaan dan kenyamanan hidup. Ternyata sudah banyak kisah yang dapat dijadikan hikmah bagi kita bahwa kekayaan bukan tolok ukur kebahagiaan seseorang. Buktinya kita banyak melihat kasus bunuh diri karena tidak mendapatkan kebahagiaan justru semakin hari semakin merasa sengsara. Dan tidak banyak pula mereka yang tidak mampu mendapatkan kebahagiaan yang banyak dan keluarga yang rukun dan damai karena tidak melupakan ibadah kepada Allah. Tidak seperti para orang kaya yang tidak bertakwa mereka hidupnya selalu gersang dan hampir tiap hari bertengkar dengan keluarga dan anak-anaknya menjadi nakal dan pembangkang dan pendurhaka karena tidak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya apalagi menyempatkan diri untuk mengajari belajar agama.
Seperti mukadimah hadits diatas bahwa memang jika akhirat yang jadi tujuan maka sesempit apapun kehidupan maka Allah akan mengkaruniakan kekayaan yang sesungguhnya yaitu kekayaan hati. Tidak seperti pandangan mata telanjang kita yaitu kaya diukur dari banyaknya materi. Jika kita memang mau mengetahui yang sebenarnya maka pandanglah dengan mata hati yang bersih. Dan sebaliknya jika manusia memandang dunia sebagai tujuan maka Allah akan mempersempit kehidupannya dengan menimpakan kegersangan hati akhirnya walaupun mempunyai harta serupa karun (baca kisah karun dalam qur’an) maka tak akan pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun. Jika sudah putus asa maka yang sering bunuh diri jadi sasaran pelampiasan.
Seorang mukmin harus tahu bahwa dunia ini hanya sebentar saja sedangkan kehidupan sesudah mati atau akhirat nanti kekal selamanya. Padahal kebahagiaan akhirat ditentukan juga oleh seberapa besar usahanya didunia dalam berlomba dalam amal shalih. Itulah akibat dari seorang yang bodoh agama tidak tahu menahu tentang kehidupan dunia dan akhirat akhirnya tertipu oleh kesibukan duniawi dan lalai akan kehidupan yang sebenarnya. Bunuh diri bukan solusi justru jika kita mengambil nasehat islam bunuh diri justru akan menjerumuskan pelakunya kedalam neraka yang menyala-nyala karena mati dalam keadaan menzalimi diri sendiri. Naudzubillah
Tak ada yang bisa kami sampaikan lebih banyak tentang tulisan ini melainkan hadits sebuah hadits dari rasulullah saw yaitu bahwa kita harus ingat bahwa kehidupan dunia ini singkat sekali :
“Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya”. (HR. Ibnu Majah)
dan kehidupan akhirat itu kekal selamanya maka dari itu jangan sampai kita merugi nantinya. Supaya tidak termasuk kaum yang merugi maka seperti yang diterangkan dalam Qur’an surat al-Ashr ayat 1-3 berikut maka kita sebaiknya senantiasa beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran islam dan saling menasehati supaya berbuat adil dan bersabar dalam menjalani cobaan hidup didunia ini.
وَالْعَصْرِ , إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ , إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Demikian semoga bermanfaat bagi kaum muslimin semuanya dan seluruh pembaca umumnya.
Wallahu’alam
Kamis, 12 Juli 2012
Pendidikan Islam : Lihatlah Kerusakan Generasi Jaman Ini
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Oleh : Ust. Drs. Budi Utomo, M.Pd. Editor : Muhammad Ashabus Samaa'un Perhatikan Keadaan Remaja Jaman Sekarang Wahai para orang tua, waspadalah! Coba engkau prediksi kehidupan seperti apa yang akan dialami putra-putri kalian ! Jika kalian tidak perhatikan keadaan ini barangkali bisa menimpa buah hati kalian! Perhatikanlah data penelitian kehidupan remaja pada saat ini : mengkonsumsi minuman keras (83,3%), begadang malam (93,3%), berbohong (100%), hubungan seks diluar nikah (40%), mencuri (46,7%), penyalahgunaan narkoba (73,3%), berjudi (33,3%), kumpul kebo (16,7%), melihat gambar porno (23,3%), membunuh (3,3%), dan sejumlah data kerusakan akhlak di berbagai sisi kehidupan (Hasil penelitian Puslitbang Departemen Sosial RI). Kebobrokan akhlak remaja merupakan pantulan rusaknya aqidah dan agama mereka. Hidup liar tanpa kendali agama, para pelaku maksiat menjadi panutan, bahkan syetanpun sudah enggan untuk menggoda karena tanpa digoda sudah terjerumus, mereka sudah mengarahkan diri pada kebinasaan. Kebanyakan anak sekolah tidak melaksanakan sholat lima waktu, mereka sibuk dengan berbagai kegiatan yang melalaikan sholat. Mengerjakan sholat jika mereka sedang perlu, para guru jarang yang peduli keadaan ini, barangkali satu dari seratus guru yang memikirkan nasib remaja sekarang. Apa sebenarnya yang diperoleh dari pendidikan di sekolah? Kualitas pendidikan tidak memadai di era globalisasi. Banyak ditemukan ketidakjujuran tatkala Ujian Akhir Nasional. Kebohongan dan kecurangan merupakan hal yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan. Dimanakah kejujuran? Apakah pendidikan hanya mengejar sederet nilai angka pada selembar ijasah dengan mengorbankan kejujuran? Lantas apa yang diperoleh siswa dari pendidikan, nilai atau perusakan prinsip hidup? Di sisi lain, hidup sekarang menuntut kemampuan penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghadapi persaingan global. Pasar bebas Cina-Asia dimulai tahun 2013 dan perdagangan bebas dunia ditetapkan 2020. Apa yang akan terjadi pada remaja yang hari ini hidupnya hanya foya-foya tanpa tujuan? Tentunya berbagai kesulitan hidup sudah menunggu. Mereka akan sulit mencari kerja maka bertambahlah deretan barisan para pengangguran. Masalah pengangguran semakin hari semakin rumit dan membludak. Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memproyeksikan angka pengangguran pada tahun 2009 naik 1% dari sebelumnya. Jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 9% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia + 220.000.000 berarti 19.800.000 orang. Jumlah ini semakin tahun semakin bertambah. Bagaimanakah nasib anak – anak kita pada saat lima belas tahun mendatang ? Pengangguran sangat dekat dengan kriminalitas. Pencurian, dan perampokan berawal dari kebutuhan hidup yang mendesak tetapi dalam kondisi tanpa penghasilan. Maka jalan pintaslah yang ditempuh berupa tindakan kriminal. Atau menjajakan dirinya sebagai sarana pemenuhan syahwat bagi siapa yang menginginkan. Baik remaja putri maupun putra mereka berlomba menawarkan diri mereka. Dimanakah harga diri? Bagaimakah Masa Depan Mereka ? Jika pola asuh dan pendidikan terhadap mereka tidak diperbaiki maka keadaan generasi hari ini hancur dengan ciri: murtad dari islam, tidak bermoral, akrab dengan kejahatan, menganggur dan menjadi sampah masyarakat. Hidup mereka jadi beban keluarga ,orang tua dan negara. Bagaimana mungkin lima belas tahun mendatang mereka hidup ,bahagia? Kondisi mental rusak, pendidikan dan kemampuan mereka tidak sepadan dengan tantangan zaman. Bisa jadi mereka hidup miskin, kufur dan termarjinalkan dari kehidupan masyarakat. Betapa pilunya orang tua bila menyaksikan kesengsaraan mereka. Lebih tragis, mereka sengsara di dunia dan akhirat. Tolong mereka wahai para orang tua….! Firman Allah SWT, dalam QS An Nisa ayat 9: “Hendaklah orang-orang yang takut kepada Allah apabila meninggalkan keturunan yang lebih lemah keadaannya sebagaimana mereka khawatirkan, maka bertakwalah kepada Allah dan bertutur kata yang lebih baik." Orang tua mempunyai kewajiban membimbing, mendidik dan membina mereka agar berkembang keimanannya, mentalnya dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi. Pendidikan yang dijalankan terkait kerjasama antara sekolah dan orang tua. Langkah terbaik bagi orang tua tentunya menitipkan anak-anaknya kepada sekolah yang mampu menjaga amanah. Memilih sekolah adalah hak anak tapi harus mendapat persetujuan orang tua. Karena semua yang terjadi pada anak maka orang tua harus ikut bertanggung jawab. Apalah gunanya anak dimasukkan sekolah kalau hanya menambah kufur kepada Allah? Bukankah rugi jika menyekolahkan anak ternyata akhlak (moralnya) makin buruk? Apa untungnya bersekolah bila melahirkan pengangguran? Berbagai macam pertanyaan harus dijawab bagi orang tua yang sadar dengan masa depan anak. Wallahu a’lam bishowab. |