Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien.
21. Keutamaan berdzikir saat sendirian
“Berdzikir kepada Allah paling utama adalah pada saat menyendiri. Karena itu janganlah merasa kesepian pada saat sendirian ingatlah Allah selalu bersama anda. Karena justru itu waktu yang paling utama untuk berdzikir kepada-NYa. Dan kau akan menemukan hikmah yang banyak dibalik kesendirian sambil mengingat kekuasaan Tuhan Semesta Alam”.
(syair ashabul muslimin dari hadits nabi)
22. Orang yang bangkrut diakhirat
“Orang yang bangkrut bukanlah orang yang dagangnya rugi. Tapi orang yang benar-benar bangkrut adalah seseorang yang telah susah payah beramal banyak namun pahalanya hilang bagaikan debu yang berterbangan karena mulutnya diumbar seenaknya (menyakiti orang lain, nggibah, fitnah dll)”.
"karena pahalanya habis digunakan untuk membayar hutang dosa mulutnya. jika pahala tidak mencukupi untuk membayar hutang maka tidak lain akan jatuh keneraka."
(ashabul muslimin)
23. Lekaslah meminta maaf
“Jika kau marah lekaslah meminta maaf. Sebelum marah itu menjelma menjadi api yang membakarmu(dineraka) dan membakar amalmu (karena marah yang dituruti akan membuahkan sifat dendam kesumat yang menghabiskan pahala amal baik dan membuat keruhnya hati)”.
“dan pemberian maaf adalah pahala yang besar dan pemutus mata rantai setan (kebencian yang turun temurun)”.
(ashabul muslimin)
24.Manusia yang suci adalah..
“Tak ada manusia yang suci dari dosa kecuali mereka yang gemar bertaubat. Karena sebaik-baik orang (yang berbuat salah) adalah yang bertaubat”.
"Manusia bukan malaikat. setiap manusia memang sudah kodratnya diciptakan untuk berbuat dosa. oleh karena itu Allah memberikan taubat sebagai solusi terbaiknya".
"Jangan sepelekan dosa kecil. Jika dibiarkan maka akan menumpuk maka jadi dosa besar juga".
(ashabul muslimin)
25. tak ada kata tidak belajar
“Pagi hari suasana sehangat mentari pagi, sore hari suasana sehangat lembayung senja. Maka semangatlah belajar diwaktu kecil (karena kau akan mudah menghafal ilmu) dan tak ada kata malu untuk belajar diwaktu usia dewasa (karena tak ada kata hidup tanpa belajar)”.
(ashabul muslimin)
26.Gengsi lawan dari qona'ah
“Gengsi adalah lawan dari qona’ah. Maka barangsiapa menuruti sifat gengsi maka dia akan terkena penyakit ganas yang bisa mematikan hati yaitu cinta dunia dan takut mati”.
(ashabul muslimin)
27. Manja lawan dari mandiri
“Manja adalah lawan dari mandiri. Maka barangsiapa menuruti sifat manja karena kehidupannya serba ada maka dia akan menyesal dihari tuanya, karena hidup ini tidak selalu dicukupi kebutuhannya oleh orang yang mengurusinya. akan ada suatu masa dimana kita hidup mandiri dan berganti dari seorang manusia yang diurus menjadi manusia yang mengurus”.
(ashabul muslimin)
28. Pendidikan akan berhasil jika...
“Pendidikan tidak akan berhasil bila hanya mengutamakan kepandaian hafalan tetapi tidak memperhatikan pemikiran akal (kemandirian), kesadaran / makrifat (untuk belajar) dan pengamalan (ilmu) yang telah didapatkan”.
(ashabul muslimin)
29. Pinter malah keblinger
"Janganlah biarkan dirimu menjadi katak dalam tempurung ".
“Yaitu menjadi orang yang pinter keblinger.
Yaitu orang yang banyak ilmu (hafalan) namun tak tahu bagaimana cara mengamalkan ilmunya.
"Yaitu orang yang hafal banyak ilmu namun malah kebingungan oleh ilmunya sendiri ".
Dan hafalan(ilmu) tidak akan berbuah kebaikan, kecuali disertai dengan pengamalan”.
Dan amalan tidak akan sempurna juga tanpa disertai ilmu yang mapan".
(ashabul muslimin)
30. Siapakah alim itu
“Seseorang yang berilmu belum dikatakan alim bila belum mengamalkan ilmu yang dia dapat”.
Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien.
11. Lakukan perintah sesuai kemampuan
Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: ” Apa saja yang aku larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu”.
Maka sungguh buruk orang yang berlebih-lebihan dalam agama (bersikap ekstrem) dan terlalu sibuk dengan perdebatan agama sementara akhlaq dan perbuatannya kepada saudaranya (sesama muslim) belum dia perbaiki dahulu”.
Walaupun dianggap baik namun hakikatnya tercela karena suka memecah belah umat islam. Dan sebaik-baik keadaan dalam hal tersebut adalah sabar dalam perbedaan pendapat".
(syair ashabul muslimin dari hadits nabi)
12. Penghambat terkabulnya do'a
“Jika seorang bertanya-tanya mengapa do’anya tidak terkabul-kabul. Maka justru dia sendiri yang harus bertanya pada dirinya sendiri. Karena barangkali dia tidak memperhatikan rejekinya (didapat dari jalan halal atau haram) dan makanannya (makanan haram atau halal).”
(ashabul muslimin)
13. Jangan marah
“Jangan marah, marah akan membakar hati. Karena marah itu dari setan. Setan diciptakan dari api. Setan tempatnya dineraka. Jangan banyak marah jika ingin jauh dari neraka”.
(ashabul muslimin)
14. Sifat keraguan
“Jauhilah perbuatan yang sekiranya meragukan meskipun itu kelihatannya benar. Dan bergantilah mengerjakan sesuatu yang jelas kebenarannya. Karena sifat ragu-ragu hanya akan mudah ditipu setan.”
(ashabul muslimin)
15. Tinggalkan yang sia-sia
“Tinggalkan segala sesuatu yang tidak berguna dan bergantilah mengerjakan sesuatu yang berguna maka akan lebih tentram hidupmu. Karena sesungguhnya waktu kita didunia ini tidak banyak. Dan nasehat nabi perbuatan seperti itu (meninggalkan hal sia-sia) merupakan tanda baiknya keimanan seseorang”
(ashabul muslimin)
16. Sikap saling menyayangi sebagian dari iman
Rasulullah saw bersabda “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.”Oleh karena itu takkan terjadi perpecahan, perselisihan, pertikaian, iri dan dengki, bahkan sampai bunuh membunuh jika sesama muslim lebih mengedepankan sifat kasih sayang terhadap sesama dan menjauhi egoisme”.
(Syair ashabul muslimin dari hadits nabi)
17. Perbuatan kufur
“Termasuk perbuatan kufur bila seorang muslim membunuh saudara tanpa alasan yang bisa dibenarkan, jika mati belum bertaubat niscaya dia masuk neraka.karena hanya 3 hal sebab darah seorang muslim halal (dibunuh) yaitu Murtad, zina tapi sudah menikah, dan membunuh sesama muslim itu sendiri”.
(syair ashabul muslimin dari hadits nabi)
18. Berkata baik atau diam
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari pembalasan (kiamat) maka berkatalah baik atau diam karena kebanyakan manusia masuk neraka disebabkan dosa mulutnya. “
(syair ashabul muslimin dari hadits nabi)
19.Perintah berbuat baik kepada tetangga
“Barangsipa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya”.
“Karena tetangganya adalah saudara (sesama muslim) terdekatnya. Ingatlah kalau kita sedang tertimpa kesusahan maka biasanya tetangga terdekat dulu yang kita minta bantuannya”.
“ Ingatlah bahagia itu banyak teman bukan banyaknya kemewahan”.
“Sungguh buruklah sifat individualisme dan egoisme yang telah merajalela di perkotaan karena walaupun mereka mengaku muslim tapi prilaku tidak mencerminkan sebagai seorang muslim karena dengan tetangga menjauhi dan masa bodoh bila tetangganya tertimpa kesusahan”.
(ashabul muslim dari hadit nabi)
20. Hikmah memuliakan tamu
“Barangsiapa beiman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tamunya”.Karena Allah akan memberikan berkah yang banyak kepada seseorang melalui perantaraan tamunya”. Barangsiapa memuliakan tamu maka akan dilapangkan rejeki dan umurnya oleh Allah. Dan juga barangsiapa yang tidak memuliakan tamunya maka Allah akan mempersempit rejeki dan berkah umurnya”.
Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien.
1. amal tergantung niat
“Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya”. Maka jika berniat ibadah ikhlas karena Allah maka akan dibalas pahala yang berlipat baik didunia maupun akhirat , akan tetapi berniat ibadah namun hanya untuk mendapatkan pujian orang lain atau berharap imbalan daripada manusia maka sia-sialah seluruh amalnya dan dia hanya mendapatkan apa yang dia harapkan”.
( dari hadits rasulullah)
2. Tingkatan Ihsan
“Islam berbicara masalah amal yang bersifat lahiriyah, iman berbicara masalah amal yang bersifat batiniyah. Sehingga bisa dikatakan islam namun belum tentu bisa dikatakan iman karena yang tampak dhohirnya saja (seperti orang munafik), dan juga seseorang bisa dikatakan iman akan tetapi belum dikatakan islam bila belum mengamalkan apa yang diyakininya. Sedangkan tingkatan ihsan mencakup keduanya yaitu mengimani dan mengamalkan apa yang diyakininya.”
(syair ashabul muslimin dari hadits tentang iman islam ihsan)
3. Tentang Rukun Islam
“Islam ibarat sebuah bangunan, bila bagian satu roboh maka akan berpengaruh kepada kekuatan bangunan itu. Maka jika rukun islam (berjumlah lima) ibarat bagian-bagian sebuah bangunan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Syahadat adalah pondasi dasar agama. Tidak bisa dikatakan bangunan bila tak ada pondasi. Maka yang paling berbahaya bila roboh adalah robohnya syahadat. Karena walaupun masih mengerjakan sholat, zakat dan sebagainya akan tetapi syahadatnya tidak beres maka sia-sia amalnya, karena hal tersebut sudah dianggap kafir.
2.Sholat adalah tiang agama. Bangunan takkan bisa berdiri tegak bila tidak ada tiang penyangganya. Maka barangsiapa meninggalkan sholat berarti sedang merobohkan agamanya sendiri secara tidak sadar.
3.Zakat adalah temboknya agama (dinding). Ibarat sebuah bangunan tanpa dinding maka maling atau binatang buas mudah sekali masuk kedalam bangunan itu. Begitu pula dengan orang yang bersyahadat dan sholat namun tidak mau berzakat maka secara tidak sadar orang itu telah membiarkan dirinya dimangsa oleh binatang buas (hawa nafsu dunia berupa penyakit tamak, pelit, kikir, bakhil).
4.Puasa adalah atap agama. Begitu pula bangunan tidak sempurna tanpa atap. Maka bangunan jika tanpa atap maka akan mudah air hujan masuk kedalam bangunan itu. Maka orang yang meninggalkan puasa (wajib) secara tidak sadar orang itu telah membiarkan dirinya kehujanan dan berakibat masuk angin (membiarkan anggota badan berbuat dosa seenaknya akhirnya bathinnya sakit tidak terasa). Karena pada hakikatnya puasa itu melatih anggota badan supaya meminimalisir (menahan) dari perbuatan-perbuatan dosa yang telah “dianggap” biasa. Seperti mencela, menggunjing, memandang yang tidak halal, melihat dan mendengar kemaksiatan dsb. Akhirnya kalau sudah terbiasa walaupun itu dosa kecil pasti dampaknya menjadi dosa besar karena menumpuk.
5.Haji adalah ibarat perhiasan agama. Ibarat sebuah rumah akan nampak indah bila rumah itu dikasih cat warna-warni, taman dan pot bunga, lampu-lampu hias, pigura-pigura lukisan dsb. Seperti ibarat itu jika seseorang kaya mempunyai rumah maka dia akan menghiasi rumahnya dengan berbagai macam perabot dan hiasan lainnya. Begitu juga dengan islam, haji diwajibkan bagi yang telah mampu saja.
(Ashabul Muslimin)
4. Diterimanya amal itu tergantung akhirnya
“Sesungguhnya amal itu tergantung akhirnya. Karena itu istiqomahlah supaya terhindar dari kematian yang buruk (su’ul khotimah). Karena ada ahli ibadah masuk neraka karena ajal menjemput pada saat berbuat maksiat, ada juga ahli maksiat yang masuk surga karena pada saat mati menjemput pada saat berbuat amal shalih. Dan kita wajib berlindung kepada Allah dari kematian yang buruk dan memohon kematian yang baik”
(ashabul muslimin)
5. Amal yang diterima
“Amal sedikit diterima (Allah) lebih baik daripada amal yang banyak namun tidak diterima (karena berbuat riya’ dan melakukan amalan bid’ah”.
(ashabul muslimin)
6. Hati adalah pokok kehidupan manusia
Rasululullah bersabda “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati. Maka sebab dari hati yang rusak adalah gemar makan makanan haram dan gemar maksiat tapi enggan bertobat”.
(ashabul muslimin)
7. Agama islam adalah nasehat
“Agama (islam) adalah nasehat berupa kabar gembira bagi orang yang beriman yang beramal shalih kelak akan mendapatkan kehidupan bahagia (surga). Dan peringatan bagi orang kafir yang tidak mau beriman dan gemar maksiat yang kelak akan dibalas dengan azab yang amat pedih (neraka)”. Maka orang beriman yang tahu bahwa islam adalah nasehat maka tidak akan membantah perintah dan larangan-Nya seperti yang dilakukan para kafirin”.
(Ashabul Muslimin)
9. Islam adalah rahmat bagi semesta alam
“Islam adalah agama rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam. Islam tidak mengajarkan berbuat bengis dan kejam tapi islam mengajarkan kasih sayang dan tolong menolong. Oleh karena itu kepada binatang sekalipun dilarang menyiksa kepada alam dilarang merusak apalagi kepada sesama manusia . maka berdakwahlah dengan keterbukaan dan tanpa paksaan dan kelembutan dan keindahan akhlaq mulia sebagaimana yang diajarkan baginda rasulullah saw. Dakwah dengan kefanatikan golongan dan kekerasan dan anarkisme hanya akan membuat orang lari dari hidayah”.
(ashabul muslimin)
10. Islam adalah agama yang tidak "macam-macam"
“Islam adalah agama yang nyeleneh (tidak neko-neko) akan tetapi bukan juga agama yang tidak punya harga diri. Maka kepada musuh jangan membuat gara-gara dan jika musuh yang menyerang dahulu maka wajiblah islam kita bela mati-matian”.
Nabi SAW bersabda: “Berkatalah yang baik-baik (secukupnya) atau sebaliknya diam apabila tidak bisa.” “Iman seseorang tidak akan lurus sebelum hatinya lurus. Dan hati tidak akan lurus sebelum lisannya lurus.” (HR Thabrani).
Pelajaran :
Hadits diatas mengandung pelajaran bahwa baik tidaknya keimanan seseorang tercermin daripada lidahnya. Tanda kedalaman ilmu seseorang juga tercermin daripada ucapan-ucapan yang dikeluarkan lidahnya, oleh karena itu walaupun ada orang itu punya ilmu setinggi gunung dan dianggap sebagai orang terpandang namun jika perkataanya menyakitkan hati orang maka orang akan memandangnya sebagai orang yang bodoh dan mendapat julukan si Lidah tajam artinya wibawanya sebagai orang berilmu hilang karena ucapan-ucapannya. Oleh karena itu jika seseorang ingin mempunyai keimanan yang benar maka tidak akan pernah terwujud sebelum hatinya diperbaiki karena apa yang ada dalam hati merupakan cermin daripada perbuatan-perbuatan seseorang. Dan hatipun jika sudah diperbaiki tapi tidak akan pernah lurus sebelum lidahnya (lisan) dijaga dengan baik. Maka kita bisa menyimpulkan bahwa kita harus perbaiki lisan kita dan perbuatan-perbuatan kita sebelum kita memperbaiki keimanan kita.
Karena kita melihat tidak jarang orang bisa berkata ini tapi tidak bisa mengamalkan apa yang dia ucapkan (bisa bicara tidak bisa berbuat). Maka orang seperti ini walaupun dia adalah ahli ilmu yang faqih namun pasti banyak orang tak segan dengan dirinya kadang nasehat-nasehat yang dia ucapkan tidak mau digubris orang karena citranya dimata umum sudah buruk. Begitu juga kita juga harus memperbaiki perbuatan-perbuatan kita sebelum kita membenahi keimanan kita, karena tidak jarang pula kita menemukan orang-orang yang ‘mengaku’ mengikuti sunah Rasul dengan penampilan bercadar dan berjilbab syar’i (longgar), berjenggot, celana diatas mata kaki, bergamis, memakai peci dan sebagainya namun sayang sekali kadang sama tetangga dekat saja tidak rukun walau cuman beda partai, mengucapkan salam kepada yang kenal saja, fanatis golongan secara berlebihan dsb. artinya penampilannya tidak mencerminkan perbuatan-perbuatannya. Secara tidak sadar maka orang-orang seperti ini telah membuat citra islam jelek dimata masyarakat, sehingga jika ada orang mau belajar berpenampilan sunnah (misalnya memakai gamis dan bercelana tidak isbal) jadi kepikiran karena nanti dikira golongan orang-orang fanatik sempit dan munafik (bisa berkata tidak bisa berbuat). Karena perbuatan dan lisan kita yang belum benar namun sudah berani berkata dan mengaku berpenampilan paling “nyunnah” artinya bisa dibilang juga penampilan yang tidak sesuai perbuatan kadang akan menjauhkan orang dari hidayah, Naudzubillah.
Bahkan kadang orang yang mengikuti sunahpun kadang difitnah oleh musuh sebagai ‘teroris’ akhirnya banyak orang muslim yang awam ikut-ikutan mencap orang-orang yang berpenampilan syar’i sebagai ‘teroris’ padahal yang jelas-jelas teroris adalah orang kafir yang mengadu domba kita. Hal itu terjadi karena tidak lain adalah penampilan yang tidak sesuai dengan akhlaq dan perbuatan baik itu perkataan atau perbuatan. Juga pergaulan kita dimasyarakat umum yang kurang dan cenderung menutup diri karena mungkin sudah merasa ‘mengikuti sunnah’ / paling benar sendiri dan tidak mau bergaul dengan orang awam karena menganggap diri kita lebih benar dari mereka. Bukankah hal itu termasuk SOMBONG. Alangkah baiknya jika mengaku paling mengikuti sunnah perbaiki dulu akhlaq dan lisannya sehingga orang akan memandang islam ini bukan hanya agama dipenampilan saja sebagaimana yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Teladan sampai hari kiamat. Maka benarlah kata nabi saw kalau iman takkan lurus sebelum perkataan dan perbuatan lurus. Perkataan adalah apa yang keluar dari lidah / lisan sedangkan perbuatan adalah apa yang dikeluarkan oleh keinginan dalam hati.
Nabi saw telah juga menjelaskan kepada kita bahwa lebih baik diam daripada banyak bicara namun sia-sia. Karena kebanyakan dosa manusia adalah justru berasal dari mulutnya karena itu memanglah benar kalau ada pepatah mengatakan “lidah lebih tajam daripada pedang”. Kadang Dengan lisan, seseorang mengucapkan sepotong-dua potong kalimat yang membuat Allah ridha, sehingga ia masuk surga. Pun dengan lidah, seseorang mengucapkan seatah-dua patah kata yang mengundang murka Allah, sehingga ia tergelincir begitu jauh ke dalam neraka, sejauh jarak timur dan barat.
Lisan pun seringkali menjadi sumber bencana bagi seseorang, ibarat harimau yan siap menerkam. Atau dengan kata lain, kunci keselamatan manusia ada pada apa yang dia ucapkan. Yang memprihatinkan, tak sedikit dari kaum muslimin yang tidak menyadari bahaya potensial yang dapat disebabkan oleh mulut. Terbukti, ghibah, namimah, kedustaan, persaksian palsu, dan dosa-dosa lainnya masih begitu mewarnai kehidupan. Padahal hal-hal diatas bukan saja menyebabkan kebinasaan seseorang di dunia, tetapi juga di akhirat.
Dan diantara ketergelinciran lisan karena ketidakmampuan seseorang menjaganya adalah Misalnya dengan mengatakan, ‘Bencana ini bisa terjadi karena bulan ini adalah bulan Suro’ atau mengatakan ‘Sialan!Gara-gara angin ribut ini, kita gagal panen’ atau dengan mengatakan pula, ‘Aduh!! hujan lagi, hujan lagi’, ee dasar kambing dungu sukanya nyuri tanaman orang. Dan sebagainya
Lidah ini begitu mudah mengucapkan perkataan seperti ini. Padahal makhluk yang kita cela tersebut tidak mampu berbuat apa-apa kecuali atas kehendak Allah. Mencaci waktu, angin, dan hujan, pada dasarnya telah mencaci, mengganggu dan menyakiti yang telah menciptakan dan mengatur mereka yaitu Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta'ala berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa. Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti’.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,”Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)
Lalu yang lainnya adalah dusta menjadi hal yang biasa. Hal ini juga sering dilakukan oleh kita saat ini. Dalam mu’amalah saja seringkali seperti itu. Hanya ingin mendapat untung yang besar, seorang tukang bangunan rela berdusta. Harga semennya sebenarnya 30 ribu, namun tukang tersebut mengatakan pada juragannya bahwa harganya 40 ribu. Begitu juga dalam mendidik anak, seringkali juga muncul perkataan dusta. Ketika seorang anak merengek, menangis terus-terusan. Untuk mendiamkannya, sang Ibu spontan mengatakan, “Iya, iya, nanti Mama akan belikan coklat di warung. Sekarang jangan nangis lagi.” Setelah anaknya diam, ibunya malah tidak memberikan dia apa-apa. Kelakuan ibu ini juga secara tidak langsung telah mengajarkan anaknya untuk berdusta. Jadi jangan salahkan anaknya, jika dewasa nanti, anaknya malah yang sering membohongi orang tuanya. Saudaraku, bentuk pertama dan kedua ini sama-sama berkata dusta. Ingatlah bahwa perbuatan semacam ini termasuk ciri-ciri kemunafikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda orang munafik itu ada tiga : jika berkata, dia dusta; jika berjanji, dia menyelisinya; dan jika diberi amanat, dia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim) Inilah di antara dua bentuk ketergelinciran lisan dan masih banyak sekali bentuk yang lainnya.
Walhasil, keberadaan lisan sangat berpengaruh terhadap nasib kehidupan seorang hamba, baik di dunia terlebih di akhirat. Karena itulah, pengetahuan tentang potensi-potensi bahaya yang ditimbulkan oleh lisan penting untuk kita kuasai. Berangkat dari keprihatinan ini, marilah kita perbaiki lisan kita sebelum kita berbuat banyak untuk keimanan kita dan menjadi panutan bagi masyarakat sekitar kita.
KEUTAMAAN MENJAGA LISAN
Pertama, Diam adalah Kebijaksanaan yang paling utama.
Rasulullah saw pernah bersabda : Diam adalah kebijaksanaan dan sedikit orang yang mampu melaksanakannya. (HR. Abu Manshur ad-Dailamy)
Begitulah saudaraku, kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah, betapa banyaknya manfaat yang didapat oleh seseorang yang dapat menjaga lisannya dengan baik. Bahkan rasulullah pernah mengatakan diam adalah kebijaksanaan paling utama. Lalu ada pepatah juga mengatakan “diam adalah emas” artinya orang yang lebih banyak diam daripada bicara banyak namun sia-sia pasti dia terpandang sebagai orang yang mulia dimata masyarakat. Memang menjaga lidah yang kecil ini tidak semudah yang dibayangkan karena hawa nafsu manusia selalu ingin mengeluarkan kata-kata tidak berguna yang terlintas didalam pikiran manusia. Tapi apapun kemauan kita, Insyaallah kita bisa melakukannya jika kita berlatih menjaga lidah mulai sekarang. Perbuatan baik akan terasa ringan bila kita mengerjakannya secara istiqomah lalu lama-lama akan terbiasa dengan sendirinya. Ibaratkan sebuah pesawat roket yang ingin menuju angkasa luar maka pertama-tama yang dilakukan adalah menyalakan mesin pendorong dengan sekuat-kuatnya sampai lepas dari tarikan gravitasi bumi. Setelah pesawat roket tersebut sampai kepada titik dimana gaya gravitasi bumi tidak mempengaruhi maka tidak perlu tenaga yang banyak untuk mendorong roket yang berat itu. Bahkan hanya dengan dorongan satu tangan roket itu bisa meluncur dengan sendirinya diruang angkasa tanpa hambatan.
Begitulah ibarat kita belajar beramal baik (contohnya menjaga lidah). Pertama-tama memang amat sulit dan memang harus memaksa diri dengan kesabaran yang menghabiskan tenaga dan pikiran, karena dalam hal ini kita akan memutar balik 180 derajat kebiasaan lama yang buruk itu (contohnya mengumbar lidah / perkataan-perkataan tidak berguna). Akan tetapi jika lama-lama kita terbiasa begitu maka hal itu takkan sesulit pertama melakukan perbuatan baik itu. Bahkan tidak perlu kesadaran diri kita sudah bisa melakukannya karena istiqomah dan kesabaran akan berbuah kemudahan dan kebaikan yang banyak.
Bukankah Allah itu telah memberitahukan kepada kita bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Insyirah ayat 6 yang artinya “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Jika kita mengambil teladan ulama-ulama salaf (terdahulu) yang bisa kita jadikan panutan, contohnya ulama yang selalu menjaga lisannya bahkan sampai dalam keadaan sakit. Imam Ahmad pernah didatangi oleh seseorang dan beliau dalam keadaan sakit. Kemudian beliau merintih karena sakit yang dideritanya. Lalu ada yang berkata kepadanya (yaitu Thowus, seorang tabi’in yang terkenal), “Sesungguhnya rintihan sakit juga dicatat (oleh malaikat).” Setelah mendengar nasehat itu, Imam Ahmad langsung diam, tidak merintih. Beliau takut jika merintih sakit, rintihannya tersebut akan dicatat oleh malaikat. (Di kutip dari : Silsilah Liqo’at Al Bab Al Maftuh, 11/5)
Lihatlah saudaraku, bentuk rintihan seperti ini saja dicatat oleh malaikat, apalagi ketergelinciran lisan yang lebih dari itu. Lalu contoh lainnya adalah keteladanan dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Tidak ada yang lebih pantas dipenjara dalam waktu yang lama melainkan lisanku ini." (Dikutip dari : Mukhtashor Minhajil Qoshidin, hal. 165, Maktabah Darul Bayan)
Maka tak sepantasnya bagi seorang mukmin yang mengimani akan datangnya hari kiamat dan hari pembalasan mengumbar lidah seenaknya. Karena jika kita tidak bisa “memenjarakan” lidah kita didunia maka bisa berakibat kita sendiri yang “dipenjara” diakhirat.
Kedua, Dengan menjaga Lisan, Seseorang Bisa Ditinggikan Derajatnya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu.” (HR. Bukhari)
Hadits ini mengandung pelajaran bahwa kadang seseorang itu mengatakan suatu kebaikan atau mengatakan kalimat-kalimat kebaikan yang biasa dia ucapkan karena kalau memang sudah kebiasaan maka melakukannya pun sampai-sampai dalam keadaan tidak sengaja atau tidak dipikirkan dahulu, ternyata perkataanya itu memiliki timbangan yang berat disisi Allah SWT sehingga Allah mengangkat derajat orang itu. Perkataan itu memang tak harus dalil-dalil dari al-Qur’an ataupun dari hadits rasulullah saw akan tetapi perkataan itu yang penting merupakan nasehat yang berguna dan memotivasi orang lain untuk beramal baik dan menjauhi kemungkaran.
Misalnya saja tanpa sengaja kita mengatakan kalimat syair “Hidup di Dunia ini sementara, janganlah kita terpedaya karena akhirat kampung kita sebenarnya”. Karena memang kita suka dengan kalimat itu lalu selalu membunyikannya tanpa sadar sehingga kadang ada orang yang mendengar lalu berniat melakukan maksiat menjadi urung karena ingat kata-kata kita. Atau ada orang berkata “bersedekah itu hakikatnya kita menabung diakhirat” lalu kalimat ini terdengar oleh temannya akhirnya temannya termotivasi untuk bersedekah. Secara tidak langsung bukankah orang itu mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah itu tadi, karena kata-katanya itu kelihatannya remeh tapi ternyata bisa memotivasi orang untuk beramal. Itulah contoh kecil saja. Maka alangkah banyaknya pahala jika kita terbiasa melakukan perkataan-perkataan yang baik terus. Karena secara tidak sadar pahala juga mengalir terus.
Lalu dalam kitab Nashihatu Linnisa’, Ketinggian derajat di sini bisa diperoleh jika lisan selalu diarahkan pada perkara kebaikan, di antaranya dengan berdo’a, membaca Al Qur’an, berdakwah di jalan Allah, mengajarkan orang lain di majelis ilmu dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain, ketinggian derajat tersebut bisa diperoleh dengan mengarahkan lisan pada perkara-perkara yang Allah ridhoi. (Lihat Nashihatu Linnisa’, hal. 20)
Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menjaga lisan ini dan mengarahkannya kepada hal-hal yang dirihoi oleh Allah. Amin Ya Mujibad Da’awat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat.
CARA MENJAGA LISAN
Pertama, Berpikirlah Sebelum Berucap
Hendaklah seseorang berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena lisannya, dia akan dilempar ke neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim)
Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, ”Ini merupakan dalil yang mendorong setiap orang agar selalu menjaga lisannya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.’ (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu perkataan atau kalimat, hendaknya merenungkan dalam dirinya sebelum berucap. Jika memang ada manfaatnya, maka dia baru berbicara. Namun jika tidak, hendaklah dia menahan lisannya.” Itulah manusia, dia menganggap perkataannya seperti itu tidak apa-apa, namun di sisi Allah itu adalah suatu perkara yang bukan sepele. Allah Ta’ala berfirman, “Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur [24] : 15)
Dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini ringan. Namun, di sisi Allah perkara ini dosanya amatlah besar.
Kedua, Mengingat betapa besarnya dosa akibat tergelincirnya lisan
Karena dalam satu riwayat Nabi saw pernah mengatakan bahwa kebanyakan manusia menjadi penghuni neraka adalah karena lidah dan kemaluannya. Ternyata organ tubuh yang lemah bila dibandingkan dengan organ tubuh lain semacam tangan atau kaki, ternyata lebih menjerumuskan orang kedalam neraka karena kelalaian menjaganya. Karena dibiarkan berkata-kata bohong, mengumpat, menyakiti hati orang lain, meng-nggibah, mengucapkan kalimat syirik dan sebagainya. Juga sebab orang tidak bisa menjaga kemaluan adalah berawal dari lidah juga yang mengatakan kata-kata yang manis namun berduri dan menimbulkan syahwat (seperti kata-kata “i lov yu”, kamu cakep ya, aku mencintaimu, dan juga menyanyikan lagu-lagu dewasa yang membangkitkan syahwat dsb) kepada lawan jenis yang bukan muhrim. Sehingga bila kedua hati telah terpikat akhirnya terjadi pendekatan kepada zina (pacaran) lalu akhirnya zina beneran, naudzubillah. Karena tidak mungkin zina terjadi tanpa kata-kata manis dahulu sebagai pemanasan. Tentulah segala sesuatu ada permulaan. Dan permulaan zina adalah berawal dari pandangan mata dan kemudian kata-kata lisan yang mengajak kepada zina, akhirnya bila ada kesempatan berduaan ditempat sepi maka terjadilah zina.
Memang jika orang menganggap dosa lisan itu kecil (meremehkannya) akhirnya jika dibiarkan maka akan terbiasa melakukan dosa lisan itu. Akhirnya walaupun dosa mulut itu kecil namun jika terbiasa bukankah akan menjadi menumpuk hingga menjadi dosa yang besar?.
Mengingat konsekuensi dosa lisan yang begitu berat maka percuma Keimanan kita bangun namun lidah tidak terjaga akhirnya usaha kitapun sia-sia. Maka dari sekarang marilah kita jaga lisan kita supaya tidak tergelincir kedalam kesusahan dan kesengsaraan.
"Bersakit sakit dahulu senang-senang kemudian tapi ini adalah lagu. Kenyataan malah bersakit-sakit dahulu malah mati kemudian. Begitulah nasib pengejar dunia yang melupakan kebahagiaan dirinya didunia dan akhirat, terlalu sibuk mencari materi tapi lupa dinikmati dan untuk beramal baik."