Senin, 24 Februari 2020

CIRI-CIRI PENGIKUT HADADIYYAH

TERMASUK CIRI-CIRI AL HADADIYYAH :

1.    Kebencian dan pelecehan mereka terhadap para ulama salafiyyin zaman sekarang, terlebih lagi ulama Madinah. Bahkan sampai (membenci, mencelehkan) Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim dan Ibnu Abil Izz pensyarah (kitab Aqidah Thohawiyyah). Untuk menjatuhkan kedudukan mereka dan menolak ucapan-ucapan mereka.


2.    Ucapan mereka yang mentabdi’ (memvonis bid’ah) setiap orang yang terjatuh pada sebuah kebid’ahan. Dan Ibnu Hajar -Rahimahullohu- menurut mereka lebih keras dan lebih berbahaya (kebid’ahannya -pent) dibandingkan dengan Sayyid Qutub.

3.    Memvonis bid’ah, setiap orang yang tidak membid’ahkan orang yang terjatuh pada suatu kebid’ahan, memusuhinya dan memeranginya.Tidak cukup bagi mereka (Hadadiyyah -pent), engkau mengatakan : “Fulan memiliki pemikiran Asy’ariyyah atau Asy’ariy”, bahkan wajib bagimu untuk mengatakan : ” Fullan mubtadi”. Jika tidak, mereka akan memerangi, menghajr dan memvonis bid’ah orang tersebut.

4.    Haramnya “At Tarohhum” (mendo’akan “Rahimahullohu”) kepada Ahli bid’ah secara mutlak, tanpa membedakan apakah ia seorang Rofidhiy, Qodariy atau Jahmiy dengan seorang alim yang terjatuh pada suatu kebid’ahan.


5.    Memvonis bid’ah seorang yang mendoakan “Rahimahullohu” kepada seorang (alim -pent) semisal Abu Hanifah, Asy Syaukaniy, Ibnul Jauziy, Ibnu Hajar dan An Nawawiy.

6.    Sikap berlebih-lebihan mereka dalam menyampaikan kabar dusta dan mengaku-aku lebih unggul dalam ilmu, untuk bisa menjatuhkan (kedudukan -pent) para ulama kibar.


7.    Melaknat secara individu, sampai sebagian mereka melaknat Abu Hanifah dan sebagiannya lagi sampai mengkafirkannya.

8.    Mereka memiliki hubungan-hubungan dengan hizbiyyin, dan sebagian mereka dengan orang-orang fasiq. Pada waktu yang bersamaan, mereka memerangi Salafiyyin dan menyimpan rasa dendam yang sangat kepada mereka.

9.    Taqiyyah (sikap berdusta) yang melampaui batas.

10.    Mereka menulis, menggambil ilmu dari nama-nama yang majhul (yang tidak dikenal) dan para plagiat, yang apabila salah seorang mereka meninggal tidak diketahui siapa orangnya tidak pula jejaknya. Dengan sikap ini, mereka melebihi dari pada (syi’ah rafidhoh). Dikarenakan mereka dikenal dan ditulis sejarah mereka, jarh wa ta’dil yang memuat nama-nama dan keadaan (imam-imam) mereka. Walaupun mereka juga menggunakan prinsip taqiyyah dan menutup-nutupi.

11.    Mereka menolak prinsip-prinsip ahlus sunnah dalam permasalahan jarh wa ta’dil. Dan mereka meremehkan para imam jarh wa ta’dil serta prinsip-prinsipnya.

12.    Mereka menolak prinsip-prinsip ahlus sunnah dalam menimbang mashlahah wal mafsadah.

13.    Mereka menolak prinsip-prinsip ahlus sunnah dalam perkara bolehnya mengambil rukhsoh (keringanan) pada perkara prinsip dan kewajiban-kewajiban.

14.    Sikap mereka yang menutup-nutupi sebagian para ulama sunnah dalam rangka membuat makar dan tipu daya, dengan kebencian mereka terhadap (ulama tersebut), menyelisihi prinsip-prinsip, mauqif (sikap) dan manhaj mereka. Ini sebagaimana perbuatan rafidhoh, yang mereka menutup-nutupi (keadaan) ahlul bait.

15.    Mereka menyeru kepada taklid buta, sebagaimana keadaan syi’ah rofidhoh dan kelompok sufi yang ghuluw. Dan ini yang dimunculkan oleh Abdul Lathif Basyamil setelah kegagalan Mahmud Al Hadad dan para pengikutnya.

16.    Sikap Abdul Lathif Basyamil yang berpura-pura membela (dakwah) Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, setelah sebelumnya membuat-buat kebohongan terhadap Asy Syaikh Al Albaniy sebagai musuh besarnya. Dengan dia berpura-pura membela Al Imam Muhammad

(bin Abdul Wahhab) dan dakwahnya, serta Alu Su’ud akan bisa mengikat penduduk Madinah dengan (sikapnya) tersebut.

17.    Memfitnah Asy Syaikh Rabi’ dan orang-orang  yang membela beliau di atas  al haq, dari

kalangan    para    ulama    dan    anggota    Syabakah    SAHAB    as    salafiyyah.

Menuduh mereka dengan murjiah.

18.    Keserupaan mereka dengan rafidhoh dalam hal kedustaan, membenarkan dusta dan medustakan perkara yang benar.

19.    Mereka membuat makar yang bertubi-tubi dengan sembunyi-sembunyi. Lihatlah apa yang mereka perbuat terhadap Syaikh Al Albaniy menampakan pemuliaan dan pembelaan kepada beliau, bahkan menuduh setiap orang yang mensifati beliau (Syaikh Al Albaniy -pent) dengan murjiah, bahwa mereka khowarij. Kemudian setelah itu mereka berbalik mencela beliau dan menuduhnya dengan murjiah dan menyelisihi manhaj salaf.

20.    Mereka saling ta’awun di atas dosa, permusuhan dan kedholiman. Saling menolong dalam kedustaan, kemaksiatan dan kaidah-kaidah yang bathil.

21.    Terus menerus dalam kebatilan yang tiada hentinya, kelancangan mereka memutarbalikan perkara yang haq menjadi bathil dan yang bathil menjadi al haq, kedustaan menjadi kejujuran dan kejujuran dianggap kedustaan. Menjadikan orang yang rendah, hina dianggap sebagai orang besar dan sebaliknya menjadikan ulama kibar sebagai orang yang hina dan rendah.

22.    Membangun al wala’ wal baro’ di atas individu tertentu, bahkan orang yang paling bodoh, yang paling dusta dan paling keras permusuhannya terhadap manhaj salaf dan para ulamanya.

Segala puji bagi hanya bagi Alloh Rabb semesta alam.



Disusun oleh : Abu Juhhad Al Jazairiy

(Dari kitab “Khuturoh Al Hadadiyyah Al Jadiddah”

Dan

“Manhajul Hadadiyyah” Syaikh Rabi’ -hafidhohulloh-)

Sumber artikel :

http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=12718

Alih bahasa : Ibrohim Abu Kaysa

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah