Rabu, 21 Desember 2016

Kumpulan Ayat dan Hadits Tentang Keutamaan Memaafkan

Sifat Memaafkan merupakan sifat terpuji yang merupakan akhlaq yang bisa menjunjung martabat manusia disisi Allah, Karena tidak semua orang mudah memberikan maaf dan berlapang dada atas kesalahan orang lain atas dirinya, kebanyakan manusia ingin orang lain dibalas seperti apa yang telah ia lakukan kepadanya, Sifat memaafkan merupakan sifat yang sangat jarang kita temui dewasa ini, padahal sifat ini bisa mengantarkan pemiliknya menuju surga, Rasulullah bersabda:
 “Barangsiapa melakukan tiga hal berikut ini, ia akan dihisab dengan mudah dan akan masuk surga dengan rahmatNya.Pertama, memberi kepada orang yang bakhil. Kedua, silaturahim dengan orang yang memutuskannya. Ketiga, memberi maaf kepada orang yang zalim” (HR AthThabrani)


seperti kemarin ada kisah nenek hanya mencuri sebotol minyak angin di mini market untuk mengobati cucunya karena terpaksa tidak punya uang, kemudian ketahuan karyawan dan nenek itu minta maaf tapi pihak minimarket bersikukuh untuk menghukum nenek ini dan denda puluhan juta, atau kisah nenek yang dituduh mencuri beberapa batang kayu harus berurusan dengan polisi dan sel penjara padahal nenek itu bersumpah tidak mencuri, sungguh banyak manusia yang tidak waras dan kehilangan hati nurani manusia dijaman materialisme dan individualisme sekarang ini. Sifat pemaaf merupakan sifat langka yang dapat kita temui dijaman sekarang ini. Memang dunia telah mendekati kiamat, janganlah nurani kita ikut sekarat, karena sesungguhnya bekal paling utama setelah mati adalah hati yang bersih dan penuh ketakwaan, bukan harta benda yang kita usahakan. Harta benda yang sudah kita usahakan tak ada yang dibawa mati sepeserpun.
urusan mereka yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain adalah kepada Allah bukan saja kepada manusia saja, akhlaq buruk seperti itu bukan akhlaq seorang muslim. Orang yang mudah memaafkan akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dihari kesulitan atau hari kiamat nanti.
banyak ayat dan hadits yang mengatakan bahwa memaafkan adalah sifat yang sangat utama dan merupakan contoh keteladanan dari rasulullah saw, mari kita simak berikut ini 

BACA JUGA Amalan yang memasukkan kedalam surga



AYAT AL-QURAN

“Maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”

 (QS. Asy-Syura: 40)

''Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.''
( al-A'raaf ayat 199)

 ''Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.'' 
(al-Hijr ayat 85)

''Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.''
 (QS: asy-Syuura; 43).

 Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. 
 (Asy-Syura Ayat 40)




HADITS NABI SAW 

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan –pembalasan– maka Allah SWT akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan para makhluk sehingga memberikan pilihan kepadanya, bidadari mana yang ia inginkan.” 
 (Hadits Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3394)

  Abdullah al-Jadali berkata, ''Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab, 'Beliau bukanlah orang yang keji (dalam perkataan ataupun perbuatan), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan.''
 (HR Tirmidzi; hadis sahih).

  Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya, apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan), niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat).” 
(HR Al-Hakim).

“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan.” 
(HR Ath-Thabrani).

“Barangsiapa senang melihat bangunannya dimuliakan, derjatnya ditingkatkan, maka hendaklah dia mengampuni orang yang bersalah kepadanya, dan menyambung (menghubungi) orang yang pernah memutuskan hubungannya dengan dia.“
 (HR: Al-Hakim).

“Jika hari kiamat tiba, terdengarlah suara panggilan, “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu .Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga.” 
 (HR: Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)

“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memualiakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab; tentu. Rasul pun bersabda; Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu.” 

(HR. Thabrani) 

“Jika kamu membuat suatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan suatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”

 (HR. Bukhari)


u Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah al-qalla’, al-jayyuf, al-qattat, ad-daibub, ad-dayyus, shahibul arthabah, shahibul qubah, al-‘utul, az-zanim, dan al-‘aq li walidaih.

Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.”

Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.”

Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mengadu domba.”

Beliau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.”

Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.”

Rasulullah saw. ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.”

Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil.”

Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-‘utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasan orang lain.”

Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain. Adapun al-‘aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).”

Mu’adz bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandangan engkau tentang ayat ini: yauma yunfakhu fiish-shuuri fata’tuuna afwaajaa, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kalian datang berkelompok-kelompok?” (An-Naba’: 18)

“Wahai Mu’adz, engkau bertanya tentang sesuatu yang besar,” jawab Rasulullah saw. Kedua mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya.

“Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka ada yang berwujud kera; ada yang berwujud babi; ada yang berjalan berjungkir-balik dengan muka terseret-seret; ada yang buta kedua matanya, ada yang tuli, bisu, lagi tidak tahu apa-apa; ada yang memamah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya; ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong; ada yang disalib di atas batangan besi panas; ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada bangkai; dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”

“Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang haram, seperti cukai dan uang suap.”

“Yang berjalan jungkir-balik adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.”

“Yang memamah lidahnya adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.”

“Yang disalib di batangan besi panas adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada penguasa dengan pengaduan batil dan palsu. Yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang ada pada harta mereka.”

“Adapun orang yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih adalah orang yang suka takabur dan membanggakan diri.” 


(HR. Qurthubi)


 


1 komentar:

yanto rahardjo mengatakan...

Pengikut Para Nabi Dan Rasulullaah Wajib Memiliki Sifat Memaafkan.Bila Tidak Memiliki Sifat Memaafkan Bukanlah Pengikut Para Nabi Dan Para Rasulullaah.

Posting Komentar

silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah